Abinawa menarik semua tenaga dalam di tubuhnya, dia menggunakan segenap kemampuannya."Jika aku tidak bisa selamat lagi, paling tidak aku harus membawa dua pendekar suci ini mati bersamaku," ucap Abinawa dengan dingin.Bersamaan dengan itu pula, Abinawa melepaskan aura bertarungnya guna menekan Asoka dan Jaya Kata. Detik kemudian, Abinawa bergerak cepat ke arah Asoka dan Jaya Kata dengan pedangnya di selimuti energi api. Abinawa jelas ingin memberikan luka dalam yang serius kepada dua orang itu, karena setelah itu dia harus berhadapan dengan sosok Arpidana yang jauh lebih kuat."Letupan Pedang Asmara "Tusukan pedang dari Abinawa langsung menghujani Asoka dan Jaya Kata secara bergantian. Dalam waktu singkat, Abinawa mampu mendaratkan beberapa luka tusukan kepada dua orang itu. Dia benar-benar membuat dua orang itu kelimpungan.Dua orang itu bukan tanpa perlawanan, ke-duanya jelas berusaha untuk keluar dari tekanan dan memberikan perlawanan balik. Namun, hal itu gagal di lakukan kare
Tubuh Abinawa sudah di penuhi lebam dan luka. Hampir di seluruh sekujur tubuhnya sudah berdarah-darah. Nafasnya memburu tak beraturan.Abinawa tetap berdiri dengan sisa tenaganya, matanya menyala-nyala mengobarkan semangat besar."Naga Langit, jika kau memang pusaka tingkat tinggi, maka bantulah aku ... " Ucap Abinawa dengan dingin.Abinawa menarik nafas panjang, dia kembali fokus kepada sosok yang berdiri tidak terlalu jauh darinya dengan senyum penuh kemenangan dan hawa pembunuh yang pekat.Keduanya secara bersamaan bergerak cepat ke depan. Arpidana dengan cambuknya, sementara Abinawa dengan pedang naga langit di cengkraman tangan kanannya.Dua kekuatan besar kembali bertemu dan menghasilkan gelombang kejut yang besar. Pertemuan dua kekuatan itu berhasil menyapu bebatuan hingga bertebaran ke sembarang tempat dan menghancurkannya.Kecepatan keduanya dalam membangun serangan bak sebuah kilatan cahaya yang saling berbenturan, manusia biasa niscaya tidak akan mampu untuk melihat dan men
Abinawa langsung melindungi tubuhnya dengan aura bertarung, meskipun begitu dia tetap terpundur beberapa langkah ke belakang akibat tekanan yang di lakukan oleh Arpidana.Aura yang di lepaskan oleh Arpidana adalah salah satu tingkatan tertinggi dari aura bertarung, hanya sedikit sekali yang mampu membentuk aura bertarung seperti yang di lakukan oleh Arpidana."Dengan kemampuannya ini, dia seharusnya namanya sudah sangat tersohor. Seperti dunia persilatan masih menyimpan banyak pendekar hebat, salah satunya adalah sosok yang sedang aku hadapi ini," ucap Abinawa dengan pelan.Abinawa menarik nafas panjang dan bersiap menyambut serangan dari Arpidana.Detik kemudian, Arpidana melesat cepat ke arah Abinawa. Aura yang di milikinya itu membuat Abinawa mampu bergerak lebih cepat dan taktis.Berbeda dari sebelumnya, kali ini Abinawa benar-benar di buat mati kutu. Dia jelas sudah tidak mampu mengimbangi kecepatan dari Arpidana yang meningkat pesat. Selain itu, aura yang di lepaskan oleh Arpida
Asoka dan Jaya Kata harus merasakan amukan kemarahan dari Arpidana. Ke-duanya jelas hanya bisa menundukkan kepalanya menahan takut.Asoka dan Jaya Kata menjadi bahan pelampiasan dari Arpidana. Arpidana jelas menyalahkan Asoka dan Jaya Kata berhasilnya Abinawa melarikan diri."Kalian semuanya sangat bodoh!!! Bagaimana bisa dia yang sudah terluka parah melarikan diri!!!" Bentak Arpidana.Tidak ada jawaban, keduanya memilih bungkam karena sadar tiada guna menjawab. Menjawab sekalipun hanya akan memperpanjang masalah dan menyudutkan mereka semakin dalam."Tidak berguna, jadi kalian hanya menonton saja saat aku bertarung!!! Seharusnya kalian memikirkan strategi seperti apa yang akan kalian siapkan jika aku mengalami kekalahan seperti yang kalian alami itu!!!" Arpidana terus mengoceh tanpa henti.Di sisi lain, baik Asoka ataupun Jaya Kata memilih bungkam. Mereka jelas sangat yakin jika Arpidana akan mampu mengalahkan Abinawa dengan mudah, oleh sebab itu mereka memilih untuk menonton saja, h
Beberapa hari berlalu dengan cepat.Abinawa akhirnya membuka matanya untuk pertama kalinya setelah kehilangan kesadaran akibat pertarungan dahsyat dengan Arpidana."Di mana aku?" Tanya Abinawa.Abinawa langsung mengambil posisi duduk bersandar, dia menemukan luka di tubuhnya telah mengering dan terbalut perban yang berisi ramuan herbal."Jadi ada yang telah menyelamatkan aku, aku kira aku sudah tamat saat kehilangan kesadaran di pinggir sungai," ucap Abinawa sambil mengambil posisi duduk bersila.Abinawa langsung melakukan meditasi guna mengembalikan tenaga dalam dan mengobati luka dalamnya dengan sendiri. Namun, sebelum itu Abinawa sudah mengkonsumsi beberapa tanaman ajaib yang memiliki khasiat penyembuhan tingkat tinggi.Abinawa merasakan jika dia menderita luka dalam yang cukup serius, dapat melewati masa kritis adalah salah satu berkah yang di berikan Dewata kepada dirinya.Saat matahari hampir terbenam, sosok pemuda yang tidak lain adalah Sembayu berdiri di hadapannya."Kau sudah
Sumbayu menjelaskan kepada Abinawa, jika dia sudah memetakan semua jalan dan jalur untuk mereka keluar dari Kota Bandar Agung. Sumbayu menekankan jika dia sudah melakukan beberapa kali riset untuk memastikan keamanan pada jalur yang di pilihnya itu.Selain penjagaan di jalur itu tidak terlalu ketat, dia juga memastikan tidak ada pendekar yang memiliki kemampuan tinggi yang berjaga di jalur itu."Bagaimana kau bisa begitu yakin? Bukankan dengan kejadian tempo waktu yang lalu membuat MagaDewi meningkatkan penjagaan guna memastikan tidak ada yang keluar dari Kota Bandar Agung tanpa sepengetahuan mereka?" Tanya Abinawa.Sumbayu tersenyum tipis, seolah dia sudah mengetahui pertanyaan yang akan keluar dari mulut Abinawa."Benar sekali, mereka memang sudah meningkatkan penjagaan, tetapi tidak di titik-titik yang menjadi jalur pelarian kita dari Kota Bandar Agung," jawab Sumbayu."Apa yang membuatmu begitu yakin?"Sumbayu menggelengkan kepalanya, dia merasa Abinawa adalah sosok yang terlalu b
Setelah keduanya sepakat untuk menjalin kerja sama, Abinawa memfokuskan dirinya untuk menyembuhkan luka dalamnya. Dia memerlukan beberapa purnama untuk membuat tubuhnya benar-benar pulih seutuhnya, seperti sedia kala.Sementara Abinawa memfokuskan diri untuk memulihkan diri, Sumbayu memilih untuk terus memperdalam ilmu dan kemampuan bersiasatnya, sesekali juga dia berkelit kota hanya untuk membeli beberapa keperluan dan memastikan tidak ada perubahan di beberapa jalur yang di pilihnya.Tidak di rasa, satu purnama berlalu dengan sangat cepat. Abinawa sudah berhasil mengembalikan tenaga dalam dan mengobati luka dalamnya, serta membuat tubuhnya dalam posisi prima lagi. Sumbayu sendiri berhasil mendapatkan banyak informasi berharga mengenai Kota Bandar Agung."Jadi Arpidana mengalami luka parah ya, haha aku tidak menduga jika dia akan terluka sangat parah," Abinawa tertawa.Sumbayu hanya tersenyum tipis. Dia mulai mengenal tabiat Abinawa setelah bersama selama kurang lebih satu purnama te
Ini Bab ke 116, sedikit kesalahan. *** Ketika pajar tiba barulah semua prajurit yang tewas itu berhasil di bersihkan dan di kumpulkan di tengah lapangan dan sudah di kelilingi oleh para prajurit dan para pendekar lainnya. Berita tentang kematian para prajurit itu jelas membuat banyak pihak terkejut dan tidak percaya. "Asoka, apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Arpidana yang berdiri tidak terlalu jauh dari tumpukan mayat para prajurit itu. "Aku tidak tahu, aku tidak menemukan siapapun di lokasi itu. Kejadiannya berlangsung sangat cepat, sepertinya mereka sudah memperhitungkan waktu yang diperlukan untuk kita tiba di lokasi kejadian." Jawab Asoka. Arpidana yang mendengar hal itu hanya diam. Dia merasa jika pergerakan yang sedang mereka lakukan sudah mulai tercium oleh orang-orang dunia persilatan. Arpidana merasa ke depannya akan menghadapi banyak pertarungan dan kejadian-kejadian lainnya akan terjadi di dunia persilatan. "Setelah ini persiapkan diri kalian, karena aku memiliki
Di saat Abinawa di sibukkan dengan melatih Maung Cana setiap harinya agar menjadi salah satu pendekar nomor satu di daratan dunia persilatan, dan akan menjadi sosok yang akan sangat di andalkan ketika perang pesar antar ras manusia dengan ras siluman nantinya.Sementara Sumbayu terlihat berkutat dengan Bebe lembar lontar di tangannya yang sudah di pembibitan oleh goresan coretan tinta. Sumbayu memang lebih banyak menghabiskan waktunya di meja kamarnya, dari pada berkutat dengan pengembangan kemampuan kanuragan dan silatnya. Hal ini tentunya, karena Sumbayu tahu betul jika kemampuan utamanya bukan pada olah kanuragan, akan tetapi di bidang konseptor/bermain di balik layar dengan strategi dan taktiknya.Seperti saat ini, Sumbayu bukan berantai, akan tetapi dia sedang menyusun beberapa bagan sekte yang harus di bangun dan juga terus di kembangkan, selain kemampuan silat dan kanuragan para murid. Hal ini tentu untuk mempersiapkan sekte ini menjadi kekuatan baru dunia persilatan di masa de
Pasca Liwandara yang mengalami kritis dan berada d kondisi hidup dan mati, Awundara langsung memberikan perintah kepada setiap anggota Sayap Emas untuk kembali berlatih dan meningkatkan kemampuan mereka.Liwandara yang sudah di kenal sangat kuat dan perkasa saja masih mampu di libas oleh dunia persilatan, apalagi mereka yang jauh lebih lemah dan malas untuk berlatih guna meningkatkan kemampuan dan kekuatan."Kalian bebas menggunakan setiap sumber daya yang kita miliki, akan tetapi jangan berlebihan dan tidak menimbulkan dampak pada perkembangan kemampuan kanuragan kalian," tutur Awundara.Awundara kali ini turun langsung memberikan perintah kepada setiap anggota, tentu hal ini membuat banyak persepsi di antara anggota mereka, apalagi berita tentang Liwandara kritis sudah menyebar dan hampir di keju oleh seluruh anggota Sayap Emas."Kemampuan kelompok kita hari ini masih belum cukup untuk membuat kelompok kita menguasai dunia persilatan, maka dari itu aku persilahkan kalian menggunakan
Awundara benar-benar murka, dia sangat sulit percaya jika sosok kepercayaannya itu menderita luka dalam yang sangat serius. Bahkan untuk menyelamatkan nyawanya, Awundara harus merelakan begitu banyak sumber daya berharganya.Misi yang sebelumnya di anggap mudah, kini malah memakan korban yang tidak sedikit bagi Sayap Emas. Padahal sebelumnya, Awundara sudah memberi perintah untuk mereka segera berkemas dan pindah ke Pulau Es Utara, karena dia meyakini jika Liwandara tidak akan mengalami kegagalannya."Kau harus selamat, Liwan. Kita masih memiliki misi besar untuk menjadi penguasa dunia persilatan bersama... Kau tidak boleh mati," ucap Awundara.Awundara dan Liwandara sudah bersama sejak puluhan tahun terakhir, di mulai dari hanya seorang pendekar perampok, kini menjelma menjadi salah satu kekuatan dunia persilatan. Awundara ingat betul, jika dalam sebuah aksi, mereka di pertemukan dengan sosok misterius yang memberikan kitab silat tingkat tinggi dan sumber daya berharga, yang pada akh
Detik berganti menit, dan menit berganti pula menjadi jam. Tidak terasa satu hari telah berlalu. Abinawa dan dua rekan seperjalanannya bergegas menuju wilayah bagian selatan yang akan di jadikan lokasi berdirinya sekte mereka.Hutan luas menyambut mereka, pepohonan menjulang tinggi, tidak jauh dari lokasi mereka berdiri terdapat air terjun yang akan menjadi sumber penghidupan sekte ini nantinya. "Di sinilah kita akan mendirikan Sekte, Sekte Naga Langit. Jadi sekarang waktunya untuk bekerja... " Seru Abinawa dengan semangat.Abinawa dengan pedang pusakanya mampu memotong pohon-pohon tinggi itu dengan mudahnya, dia bahkan tidak mengalami kesulitan memindahkan dan membelahnya. Pekerjaan yang harus memakan waktu lama, mampu di selesaikan oleh mereka hanya dalam waktu kurang dari satu hari.Sebuah komplek bangunan sudah berdiri dengan kokohnya. Terdapat tiga bangunan utama yang di fungsikan sebagai tempat latihan dan pembelajaran jurus-jurus. Sementara dua ruangan lainnya di fungsikan seb
Ini harusnya Bab 230. "Siapa dirimu sebenarnya anak muda!!! Aku tidak pernah memiliki urusan denganmu, aku mohon ampunilah aku, aku akan menjadi orang baik dan akan hidup dengan bertanam dan berkebun, aku berjanji," Sorkan memohon ampunan dari pemuda yang berdiri dengan pedang di genggaman tangan kanannya itu. "Mengampuni orang seperti dirimu hanya akan membuat masalah di masa depan, bisa jadi kau akan mencari cara untuk menjadi lebih kuat, setelah itu kau akan menciptakan banyak kekacauan yang akan membuat umat manusia menjadi sengsara, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi... Jadi sebaiknya orang-orang seperti dirimu ada baiknya di lenyapkan saja, " ucap pemuda itu dengan sorot mata yang tajam. Sorkan hanya bisa meneguk selivanya, semua bulu yang ada di tubuhnya berdiri dengan serempak. Pemuda di hadapannya seolah-olah menjelma menjadi iblis haus darah yang akan mencabut nyawanya sebentar lagi. Sorkan menggenggam erat pedangnya, dia tentu tidak ingin mati tanpa memberikan p
Setelah semua masalah yang mendera Kota Tanjung Hitam selesai dan kota itu kembali seperti sediakala, barulah Abinawa melanjutkan perjalanan menuju salah satu desa yang berada di ujung barat yang akan di jadikan berdirinya sekte yang akan mereka dirikan.Tujuan mereka kembali melanjutkan perjalanan memang untuk menuju ujung barat tepat hampir di bawah sinar matahari terbenam. Abinawa akan mendirikan sebuah sekte di sana dan di kemudian hari akan menjadi salah satu kekuatan utama dunia persilatan.Selain itu, Abinawa memiliki tujuan lain, yaitu pusaka legendaris milik salah satu pendekar kera bijaksana, yaitu tongkat Mahadewa. Konon kekuatan pusaka ini hampir sama kuatnya dengan kemampuan pedang naga langit milik Abinawa saat ini.Berita tentang pusaka tongkat Mahadewa tidak banyak di ketahui oleh para pendekar dunia persilatan, karena 100 tahun yang lalu sudah di lakukan pencarian akan tetapi tidak di temukan sehingga di anggap hanya mitos belaka.Namun, Banyu Aji yang memiliki banyak
Nafas Sorkan mulai memburu dan ngos-ngosan. Dia sudah sejak awal terus menyerang pemuda itu, akhirnya memilih bergerak mundur untuk mengatur ulang nafas dan tenaga dalamnya yang mulai terkuras."Siapa sebenarnya dirimu!!! Seingatku kita tidak pernah memilih masalah, aku bahkan tidak mengenalmu," ucap Sorkan.Sorkan yang cukup pintar, tentu memahami dengan betul jika pemuda itu belum menggunakan kemampuannya. Jika pemuda itu mulai serius, nyawanya akan sulit untuk di pertahankan."Siapa diriku itu tidak penting, dan kita memang tidak memiliki masalah, akan tetapi dengan kau mengusik kediama tuan Dasan, maka sama halnya kau sedang mencari masalah denganku... " Tukas pemuda itu, "Aku sudah memberimu pilihan di awal, akan tetapi kau lebih menyukai cara kekerasan, jadi aku tidak akan menahan diri lagi,"Sorkan mengumpat keras, dia tentu tidak bisa meninggalkan kediaman Dasan, tanpa membawa anaknya, Maung Cana bersama dengannya."Berapa yang telah di bayarkan oleh tua Bangka itu kepadamu? K
Sorkan tidak ingin berjudi dengan nasib dan mengambil resiko penyerangan ini gagal, sehingga dia sendiri yang akan turun langsung guna memastikan semuanya berjalan sesuai dengan rencana.Sorkan dan anggotanya menggunakan jubah berwarna hitam, sehingga mereka seolah menyatu dengan alam. Sangat sulit melihat Persero mereka di tengah gelapnya malam. Apalagi bulan dan bintang tidak tampak, seolah mereka tidak ingin melihat pertumpahan darah kembali terjadi di atas muka bumi.Sorkan dan anggotanya mulai masuk ke dalam kediaman walikota itu dengan senyap. Kedatangan mereka tentu tidak disadari oleh para prajurit yang berjaga, karena merekalah menyusup dengan menggunakan ilmu meringan tubuh yang tinggi. Alhasil pergerakan mereka tidak terendus.SRET!!! SRET!!! SRET!!!Tiga sabetan pedang berhasil membuat tiga prajurit kehilangan nyawa hanya dalam beberapa tarikan nafas saja. Gerakan mereka yang dinamis belum terbaca dan belum disadari, sekalipun tiga prajurit sudah kehilangan nyawanya.SRET!
"Jika benar cerita yang tuan sampaikan, apakah tuan tidak curiga jika pemilik kedai minuman itu terlibat dalam masalah yaitu melanda kota ini, di tambah lagi mereka sampai hari ini masih tetap beroperasi," ucap Sumbayu.Dasan yang mendengarnya seolah tersadarkan dari kebodohannya selama ini yang tidak menyadari hal itu. Harusnya sejak awal dia sadar jika pemilik kedai minuman terlibat dalam masalah yang melanda Kota Tanjung Hitam ini."Aku rasa dirimu sudah menyadarinya bukan, tuan. Sebab itulah kami datang kemari untuk membantu kalian, dirimu dan prajurit yang tuan miliki mungkinkah mampu mengalahkan penjaga yang di miliki kedai minuman itu, akan tetapi tidak dengan para pendekar yang berada di belakang kedai minuman itu," jelas Sumbayu.Dasan yang mendengar penjelasan dari Sumbayu merasa pundaknya seperti memikul batu yang berat di punggungnya."Anda tinggal perlu khawatir, Tuan. Seperti yang di katakan oleh rekanku tadi, kedatangan kami kemari untuk membantu kalian agar keluar dari