Home / Fantasi / Legenda Dewa Racun / Bab 73 - Kematian Murong Bai

Share

Bab 73 - Kematian Murong Bai

Author: Murlox
last update Last Updated: 2025-03-29 21:31:17

Murong Bai menggertakkan giginya, merasa frustrasi dengan tungku yang menghalanginya itu. Setiap kali ia mencoba menerjang ke arah Du Shen, tungku itu selalu menghadang jalannya, bagaikan benteng tak tertembus yang terus memblokir serangannya.

Namun, semuanya sudah terlambat. Du Shen akhirnya memutuskan untuk mengakhiri pertarungan tersebut. Matanya menyipit tajam, menilai tekad Murong Bai yang begitu besar untuk membunuhnya.

Seketika, aura yang lebih mengerikan merembes keluar dari tubuhnya, bergetar liar sebelum memadat menjadi ribuan jarum energi berwarna gelap yang melayang di sekitarnya.

Di saat Murong Bai masih sibuk menghadapi tungku raksasa yang terus menghalau jalannya, ia sama sekali tak menyadari ancaman yang akan datang.

Dengan satu gerakan tangan, ribuan jarum energi Qi itu melesat bagaikan hujan meteor, menyerbu ke arahnya tanpa memberikan sedikit pun celah untuk menghindar.

Dihadapkan dengan tekanan dari tungku yang memaksanya bertahan dan kini serangan mematikan yang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Legenda Dewa Racun   Bab 74 - Racun Belenggu Kematian

    Murong Ning berdiri di barisan terdepan anggota klan Murong, wajahnya muram dan rahangnya terkatup rapat. Matanya memandang Du Shen dengan sorot kebencian yang terpendam. Namun, ia tahu betul bahwa perbedaan kekuatan di antara mereka terlalu timpang sebelah."Kau hanya orang asing yang datang mengacau! Beraninya kau mencoba mengatur hidup kami, klan Murong!" bentak seorang pria dari barisan belakang dengan nada penuh amarah."Benar! Kau membunuh kepala klan hingga para tetua kami! Orang sepertimu yang pantas mati!" seru yang lainnya, suaranya menggelegar seakan ingin membakar api keberanian di hati para anggota klan Murong yang tersisa.Namun, sebelum gema suara mereka sempat lenyap, dua jarum energi Qi melesat bagai kilatan petir. Dalam sekejap, kedua pria itu terjatuh, mata mereka membelalak kosong, darah mengalir dari dahinya. Kematian yang datang begitu cepat membuat tubuh mereka langsung lunglai, tumbang tanpa suara.Kesunyian mencekam menggantung di udara. Para anggota klan Muro

    Last Updated : 2025-03-30
  • Legenda Dewa Racun   Bab 75 - Petunjuk Terkait Bandit Kapak Merah

    Di lantai tiga bangunan utama Paviliun Alkemis, suasana tegang menyelimuti ruangan yang diterangi cahaya lentera redup. Beberapa pria duduk melingkar di sekitar meja bundar dari kayu eboni, di atasnya terdapat gulungan peta, dokumen-dokumen, serta cangkir teh yang mengepulkan uap hangat.Di antara mereka, Hao Jifeng, kepala Klan Hao, duduk tegap dengan raut wajah serius. Rambutnya yang telah beruban sebagian menandakan usianya yang tak lagi muda, tetapi sorot matanya tetap tajam. Dengan suara penuh wibawa, ia akhirnya membuka percakapan."Dengan sedikit petunjuk yang ada, sesuai permintaan Tuan Muda Shen, orang-orangku menemukan beberapa jejak yang mengarah pada kelompok bandit Kapak Merah." ucapnya.Suasana tampak hening sesaat menyelimuti ruangan. Du Shen, pemimpin baru Paviliun Alkemis, tetap diam dan menatap kosong ke cangkir tehnya. Pantulan cahaya dari permukaan cairan itu menunjukkan bayangan samar wajahnya yang penuh akan luka masa lalu. Jemarinya yang panjang dan kokoh meng

    Last Updated : 2025-03-31
  • Legenda Dewa Racun   Bab 76 - Keputusan Du Shen

    "Hutan Kabut Ilusi... aku akan pergi ke sana dalam waktu dekat." ungkap Du Shen membuat kedua pria paruh baya itu tertegun sejenak. "Ka-kau ingin pergi ke hutan itu!?" seru Hao Jifeng, matanya membelalak penuh keterkejutan. Du Shen hanya mengangguk singkat, ekspresinya tak berubah sedikit pun. "Benar. Bagaimanapun, tujuanku saat ini hanya untuk menemukan para bandit itu. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, ke mana pun mereka pergi, bahkan ke ujung dunia sekali pun, aku akan tetap mengejar mereka." Ruangan seketika diliputi keheningan. Ye Long yang mendengar keeputusan itu kini menatap Du Shen dengan sorot mata penuh khawatir. Baginya, Du Shen bukan sekadar pemuda berbakat dalam ilmu alkimia, tetapi juga seorang pemimpin yang membawa harapan bagi banyak orang. Keputusan pemuda itu untuk pergi ke Hutan Kabut Ilusi terasa seperti keputusan yang terlalu berisiko. "Tempat itu terlalu berbahaya, Pemimpin Paviliun," ujar Ye Long, suaranya terdengar penuh kekhawatiran. "Sebaiknya

    Last Updated : 2025-03-31
  • Legenda Dewa Racun   Bab 77 - Persiapan dan Perubahan

    Dalam beberapa hari terakhir, Kota Danau Hitam dipenuhi hiruk-pikuk penduduk yang mulai sibuk dalam berbagai pekerjaan. Setiap sudut kota tampak lebih hidup dari biasanya. Para pedagang membuka lapak-lapak baru, menawarkan barang-barang langka dan makanan khas jualan mereka. Di alun-alun kota, panggung besar mulai dibangun, disiapkan untuk turnamen yang akan datang, sementara arena utama dibersihkan dan diperkuat untuk menampung para petarung yang akan bertarung di hadapan ribuan pasang mata. Namun, di tengah kemeriahan itu, kabar mengejutkan tersebar dengan cepat, desas-desus terdengar di antara para penduduk yang sibuk: Paviliun Alkemis sepertinya telah berhasil menciptakan ramuan baru yang luar biasa. Berkat formula yang diberikan oleh Du Shen, mereka kini memiliki Ramuan Pemurnian Qi dengan efektivitas hampir mencapai seratus persen. Kabar ini bukan hanya sekadar angin lalu. Para kultivator dari klan-klan kecil yang tinggal di kota Danau Hitam segera berbondong-bondon

    Last Updated : 2025-04-01
  • Legenda Dewa Racun   Bab 78 - Perjalanan Menuju Hutan Kabut Ilusi

    Di suatu tempat yang tampak suram, Du Shen melangkah perlahan di antara pepohonan raksasa yang menjulang tinggi di dalam hutan lebat. Walaupun matahari telah meninggi, cahaya hanya mampu menyelinap samar-samar melalui celah dedaunan yang begitu rapat. Suasana yang lembap dan kabut tipis yang melayang di udara menambah kesan mistis hutan itu.Beberapa hari telah berlalu sejak Du Shen meninggalkan kota Danau Hitam. Perjalanannya sejauh ini cukup lancar, meski sesekali ia bertemu dengan binatang-binatang buas yang mengintai dari balik pepohonan. Namun, kali ini, suasana berubah. Hawa di sekitar tiba-tiba terasa lebih menekan, dan keheningan yang tak biasa membuatnya berhenti sejenak.Sebuah bayangan besar bergerak di antara batang pepohonan yang rimbun. Perlahan, dari dalam kegelapan, muncullah sosok mengerikan—seekor beruang iblis bertubuh kekar dengan bulu hitam legam. Sepasang matanya bersinar merah seperti bara api, dan setiap langkahnya mengguncangkan tanah. Nafasnya yang kasar te

    Last Updated : 2025-04-01
  • Legenda Dewa Racun   Bab 79 - Sepucuk Surat

    Setelah menelusuri hutan sejauh puluhan kilometer, Du Shen akhirnya tiba di sebuah lembah yang diapit oleh pegunungan berbatu yang menjulang tinggi. Langkahnya terhenti di tepi jurang sempit, di mana angin pegunungan berdesir kencang, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang berguguran. Mata Du Shen menyapu sekeliling, memeriksa setiap celah yang bisa menjadi tempat persembunyian atau ancaman tersembunyi. Dengan gerakan ringan dan nyaris tak bersuara, tubuhnya melesat ke udara. Dalam sekejap, ia sudah berada di puncak salah satu gunung tertinggi, berdiri di atas batu besar yang lapuk oleh waktu. Dari ketinggian ini, pemandangan di depannya begitu luas dan mencengangkan: ratusan gunung menjulang, hamparan hutan lebat yang menyerupai lautan hijau, dan yang paling mencolok adalah reruntuhan sebuah kota kecil yang tersembunyi di antara perbukitan dan pegunungan berbatu. Dari kejauhan, puing-puing bangunan itu tampak suram, seperti luka lama yang belum sepenuhnya sembuh. Dinding-dind

    Last Updated : 2025-04-02
  • Legenda Dewa Racun   Bab 80 - Binatang Buas Serigala Abu-Abu

    Di tengah perjalanannya, Hao Yexin tiba-tiba berhenti. Perasaannya terusik oleh sesuatu—tatapan dingin yang mengintai dari kegelapan hutan di depannya. Napasnya tertahan sejenak, nalurinya mengatakan bahwa ada bahaya yang mengintainya.Dengan hati-hati, ia memperkuat genggaman pada pedangnya, matanya menyapu sekitar, berusaha memastikan ancaman yang bersembunyi di balik rimbun pepohonan dan semak belukar. Daun-daun bergemerisik, ranting-ranting kecil patah dengan suara lirih yang membuat suasana semakin tegang.Tiba-tiba, dari balik semak-semak lebat, seekor serigala abu-abu muncul. Matanya berkilat tajam, sorotnya penuh kelicikan dan niat membunuh. Binatang buas itu menggeram rendah, suaranya menggetarkan udara di sekeliling, menciptakan suasana mencekam. Rahangnya terbuka sedikit, menampakkan taring-taring tajam yang siap merobek mangsanya tanpa ampun."Binatang buas...?" gumam Hao Yexin, tak merasa terkejut sedikitpun.Setelah menempuh perjalanan panjang meninggalkan kota Danau Hit

    Last Updated : 2025-04-02
  • Legenda Dewa Racun   Bab 81 - Lapisan Luar Hutan Perbatasan

    Wilayah di luar Hutan Kabut Ilusi dikenal sebagai Hutan Perbatasan, daerah liar yang jarang dikunjungi manusia. Meskipun berbahaya, tempat ini masih lebih ramah dibandingkan Hutan Kabut Ilusi, yang konon menyembunyikan kengerian tak terbayangkan. Kabarnya tidak ada yang bisa kembali setelah melangkah ke dalam kabut pekatnya.Hutan Perbatasan terbagi menjadi dua lapisan: bagian luar dan bagian dalam. Lapisan luar masih memungkinkan para pemburu atau kultivator biasa untuk mencari sumber daya, meski selalu dalam bahaya. Namun, bagian dalamnya adalah dunia lain yang dipenuhi makhluk buas dan energi qi yang kacau, tempat yang hanya segelintir orang yang berani menginjakkan kaki.Di ujung barat, beberapa ratus kilometer dari bagian luar Hutan Perbatasan, dulunya pernah berdiri Kota Batu Giok. Kota ini satu-satunya benteng pertahanan manusia yang berdiri tegak dan mampu bertahan dari ancaman binatang buas. Dikelilingi tembok kokoh dan benteng alami pegunungan berbatu, Kota Batu Giok bertah

    Last Updated : 2025-04-02

Latest chapter

  • Legenda Dewa Racun   Bab 112 - Bertemu Kembali

    Namun ia tak begitu peduli pada patung itu dan mengalihkan perhatian ke segala arah di dalam aula yang luas itu."Hmm?" Du Shen bergumam lirih sambil menatap sekeliling ruangan luas yang terasa sunyi. Pilar-pilar batu yang menjulang tinggi tampak kokoh menopang langit-langit aula, ia memandangi sekitar seolah tengah mencari seseorang. "Pak tua Zhao... Dia tak ada di sini. Apakah dia masih terjebak dalam dimensi ilusi sebelumnya? Atau jangan-jangan ada ruangan lain selain tempat ini?"Pikirannya terus bergulir, mencoba mencari jawaban. Namun tepat saat ia hendak bergerak untuk menyelidiki lebih jauh, seberkas aura yang familiar tiba-tiba muncul dari sisi timur aula. Aura itu samar namun mengandung nuansa yang tak asing baginya.Du Shen menoleh cepat. Matanya menajam, menyapu arah tempat datangnya aura tersebut.Beberapa langkah dari tempatnya berdiri, sesosok gadis perlahan muncul dari balik kerumunan. Ia tidak sendiri—di dekatnya berdiri dua orang asing yang tampak waspada.Satu adal

  • Legenda Dewa Racun   Bab 111 - Aula Misterius

    Beberapa saat berlalu dalam keheningan yang mendebarkan. Du Shen, yang sejak berdiri tegak dengan mata tertutup, akhirnya membuka kelopak matanya perlahan. Dari balik pupil hitamnya, semburat cahaya hijau tua berkilat tajam seperti bara yang baru saja menyala dari arang yang tertiup angin kencang. Aura dari tubuhnya seketika merembes.Seketika itu pula, atmosfer di sekitar mereka mendadak menjadi berat. Udara seolah menebal, menekan tubuh seperti selimut raksasa yang mengandung niat pembunuhan. Bahkan suara embusan angin tak terdengar lagi, digantikan oleh keheningan mencekam yang seperti berdiri di hadapan binatang buas purba, yang berdiri kokoh dan tak tergoyahkan bagaikan gunung es abadi.Lu Tian, yang semula berbaring santai sambil bersenandung kecil, tiba-tiba menegang. Matanya membelalak, napasnya tercekat di tenggorokan. Rasa sesak menyerangnya begitu cepat hingga ia seketika terduduk, lalu berubah jongkok dengan tangan memegangi sisi kepalanya. Keringat dingin mulai merembe

  • Legenda Dewa Racun   Bab 110 - Pemuda Aneh

    "Kau salah," ujar pemuda itu sambil menarik napas dalam. Suaranya terdengar kesal, namun tak kehilangan semangatnya. "Aku bukan datang ke sini karena kemauanku sendiri. Aku diseret masuk oleh seorang penjahat tua. Dan lihat ini, dia bahkan mengikat kakiku dengan rantai terkutuk ini." lanjutnya sambil menunjuk ke arah kakinya, Du Shen menurunkan pandangannya, memperhatikan dengan seksama. Rantai hitam itu tampak mencengkeram pergelangan kaki pemuda tersebut dengan erat, seperti binatang buas yang tertidur namun siap menerkam kapan saja. Riak aura hitam samar-samar bergelombang dari permukaannya, menebarkan hawa dingin yang menusuk. Du Shen menyipitkan mata. Energi Qi yang mengalir dari rantai itu terasa bengis, seperti mengandung kutukan yang dibentuk dari niat buruk dan dendam yang tak sederhana. "Rantai itu bukan sesuatu yang biasa," gumam Du Shen, lebih kepada dirinya sendiri. Pemuda itu yang sepertinya tak terlalu terganggu dengan situasinya—mengalihkan perhatian pada Du Sh

  • Legenda Dewa Racun   Bab 109 - Memasuki Bangunan Kuno

    Beberapa jam berlalu dalam ketegangan. Langit yang semula cerah perlahan mulai tertutup oleh kabut tipis berwarna kelabu yang muncul entah dari mana. Di depan Paviliun Dewa Kekacauan, ratusan kultivator berdiri menunggu dalam diam. Aura mereka terkendali, namun penuh kewaspadaan. Semua menunggu satu momen saat penghalang kuno itu benar-benar lenyap.Dan akhirnya, itu terjadi.Formasi segel yang melindungi bangunan tua itu mulai bergetar pelan, lalu retak seperti permukaan es yang diinjak. Garis-garis halus menyebar cepat, menciptakan pola aneh sebelum pecah dalam kilatan cahaya. Suara gemuruh yang dalam dan berat terdengar, menggema ke seluruh lembah. Penghalang itu hancur—menguap tanpa sisa.Namun bersamaan dengan itu, gelombang tekanan luar biasa memancar keluar. Tidak seperti sebelumnya, tekanan ini bukan hanya kuat, melainkan mengandung energi yang kacau. Sulit dijelaskan. Tapi semua orang dapat merasakan sesak, panas, dingin, dan hampa bercampur menjadi satu. Beberapa kultivat

  • Legenda Dewa Racun   Bab 108 - Paviliun Dewa Kekacauan

    Beberapa hari kemudian... Di tengah bentangan pegunungan batu cadas yang membentang sejauh mata memandang, berdiri sebuah istana megah nan misterius. Di sekilingnya hanya terdapat hamparan tanah tandus yang luas. Istana kuno tersebut berdiri dengan gagah, dikelilingi oleh pelindung berbentuk kubah transparan yang memantulkan kilau cahaya warna warni ketika cahaya matahari menyentuh permukaannya. Seolah siapapun tak bisa menyentuhnya sembarangan dari luar. Bangunan kuno itu dikenal dengan nama Paviliun Dewa Kekacauan—tempat misterius yang hanya muncul sekali dalam seratus tahun. Legenda menyebutkan bahwa di dalamnya tersimpan artefak-artefak langka, rahasia kultivasi tingkat tinggi, dan warisan dari zaman leluhur. Aura menekan dan kuat merambat keluar dari dalam pelindung itu, membuat para kultivator yang berkumpul di sekitarnya tak berani mendekat sembarangan. Meski tampak samar karena pengaruh pelindung, pancaran energinya jelas mampu membuat para praktisi muda berkeringat dingi

  • Legenda Dewa Racun   Bab 107 - Mendapatkan Ingatan Mu Gui

    Di permukaan, apa yang tengah dilakukan oleh Du Shen tampak seperti proses pemurnian biasa—seorang ahli yang duduk bersila di hadapan tungku alkimia, mengendalikan aliran Qi untuk menenangkan energi dalam sebuah inti merah menyala. Namun, kenyataannya jauh dari kata biasa. Dari telapak tangannya, aura gelap nan pekat mengalir ke udara, membentuk simbol-simbol kuno yang berpendar hijau kehitaman. Ukiran inskripsi dari zaman sebelum zaman, yang bahkan tak dikenali oleh alkemis manapun di zaman sekarang, muncul melingkari ruang kecil itu. Di bawah tungku yang ia gunakan, lingkaran sihir berpendar menciptakan beberapa lapisan inskripsi—menyala satu per satu, menunjukkan kerumitan formasi yang ia bangun. Pemurnian ini bukan sekadar proses menghilangkan kotoran dari bahan alam seperti tanaman herbal atau bahan alkimia lainnya. Ini adalah pemurnian inti jiwa manusia—sebuah seni terlarang dan nyaris terlupakan, yang lebih dekat ke necromancy daripada alkimia. Inti jiwa dimurnikan untuk

  • Legenda Dewa Racun   Bab 106 - Memurnikan Inti Merah Menyala

    Tapi tekanan dari manifestasi tangan Qi itu begitu besar hingga bahkan dia sendiri mulai terdorong mundur, tubuhnya terseret di antara udara tipis yang kini nyaris menyusut karena gesekan energi.Sementara itu, Zhao Lao menoleh cepat ke arah seorang gadis muda yang berdiri kaku di balik formasi pelindung yang hampir runtuh."Artefak ini terlalu kuat... aku tak bisa mengendalikannya lebih lama. Tapi jika aku bisa memanfaatkan momen ini…"Dengan segenap kekuatan terakhir, Zhao Lao melepaskan sebagian kendali pada tangan Qi, dan mengalihkan sebagian besar energi spiritualnya untuk menciptakan portal dimensi kecil. Dalam sekejap, dia menerobos badai energi, dan meraih tubuh Han Jue."Gu-Guru!?" Han Jue tergagap, namun sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, tubuh mereka berdua telah terserap masuk ke dalam celah dimensi.Luo Ming, yang baru sadar akan hilangnya keberadaan Zhao Lao, meraung keras seperti binatang buas."Pengecut! Kau kabur saat aku lengah! Dasar tua bangka pengecut!"Namun,

  • Legenda Dewa Racun   Bab 105 - Puncak Pertarungan Dua Ahli

    Langit di atas Wilayah Dewa Leluhur telah berubah menjadi ungu gelap yang pekat, seolah menandakan bahwa malam ini bukanlah malam biasa. Dua bulan kembar menggantung di angkasa, menyinari tanah yang telah lama kehilangan kehangatan mentari. Namun cahaya lembut itu tak mampu mengusir hawa dingin yang menyelimuti beberapa sisi wilayah tersebut—tempat di mana dua ahli besar bertarung memperebutkan gelar terkuat dalam rivalitas mereka. Di atas tanah yang hangus dan retak oleh gelombang energi spiritual, Zhao Lao terhuyung sembari menekan dadanya yang terasa seperti diremuk dari dalam. Napasnya berat dan berderak, dan darah merah pekat mengalir dari sudut bibirnya. Meski tubuhnya nyaris tak mampu berdiri, sorot matanya masih memancarkan perlawanan yang dipenuhi tekad. Ia menatap lurus ke depan, ke arah lawannya: Luo Ming, yang juga tampak terluka namun masih berdiri tegak di atas udara, dengan dada naik-turun dalam tarikan napas yang lebih stabil. Tawa Luo Ming meledak di udara ma

  • Legenda Dewa Racun   Bab 104 - Teknik Pelahap Iblis Semesta

    "A-aku hanya pesuruh dari kelompok kecil yang disebut Bandit Kapak Hitam," ucap Mu Gui dengan suara gemetar, napasnya tersengal, dan tubuhnya menggigil di bawah tekanan tak kasat mata. Pria berjubah hitam sebelumnya, yang kini telanjang bulat, tampak tak lebih dari seekor kambing malang yang tengah menunggu waktu untuk disembelih. Tubuhnya masih terangkat beberapa jengkal dari tanah, dicekik oleh tekanan Qi milik Du Shen yang begitu dingin dan menakutkan. Du Shen memandangnya dengan tatapan tajam, kilatan kebencian di sorot matanya menunjukkan betapa dalam amarahnya tersimpan. Namun saat mendengar nama "Kapak Hitam," seketika seluruh dunianya di penuhi oleh bara emosi yang meluap-luap. "Bandit Kapak Hitam?" ulang Du Shen dengan suara berat, bibirnya nyaris tak bergerak. "Apa hubungan kalian dengan Bandit Kapak Merah?" Seketika, wajah Mu Gui memucat. Napasnya terhenti sepersekian detik. Nama itu, bukan lah nama yang seharusnya keluar dari mulut sembarang orang. Itu adalah organisa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status