Home / Fantasi / Legenda Dewa Racun / Bab 80 - Binatang Buas Serigala Abu-Abu

Share

Bab 80 - Binatang Buas Serigala Abu-Abu

Author: Murlox
last update Last Updated: 2025-04-02 16:03:45

Di tengah perjalanannya, Hao Yexin tiba-tiba berhenti. Perasaannya terusik oleh sesuatu—tatapan dingin yang mengintai dari kegelapan hutan di depannya. Napasnya tertahan sejenak, nalurinya mengatakan bahwa ada bahaya yang mengintainya.

Dengan hati-hati, ia memperkuat genggaman pada pedangnya, matanya menyapu sekitar, berusaha memastikan ancaman yang bersembunyi di balik rimbun pepohonan dan semak belukar. Daun-daun bergemerisik, ranting-ranting kecil patah dengan suara lirih yang membuat suasana semakin tegang.

Tiba-tiba, dari balik semak-semak lebat, seekor serigala abu-abu muncul. Matanya berkilat tajam, sorotnya penuh kelicikan dan niat membunuh. Binatang buas itu menggeram rendah, suaranya menggetarkan udara di sekeliling, menciptakan suasana mencekam. Rahangnya terbuka sedikit, menampakkan taring-taring tajam yang siap merobek mangsanya tanpa ampun.

"Binatang buas...?" gumam Hao Yexin, tak merasa terkejut sedikitpun.

Setelah menempuh perjalanan panjang meninggalkan kota Danau Hit
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Legenda Dewa Racun   Bab 81 - Lapisan Luar Hutan Perbatasan

    Wilayah di luar Hutan Kabut Ilusi dikenal sebagai Hutan Perbatasan, daerah liar yang jarang dikunjungi manusia. Meskipun berbahaya, tempat ini masih lebih ramah dibandingkan Hutan Kabut Ilusi, yang konon menyembunyikan kengerian tak terbayangkan. Kabarnya tidak ada yang bisa kembali setelah melangkah ke dalam kabut pekatnya.Hutan Perbatasan terbagi menjadi dua lapisan: bagian luar dan bagian dalam. Lapisan luar masih memungkinkan para pemburu atau kultivator biasa untuk mencari sumber daya, meski selalu dalam bahaya. Namun, bagian dalamnya adalah dunia lain yang dipenuhi makhluk buas dan energi qi yang kacau, tempat yang hanya segelintir orang yang berani menginjakkan kaki.Di ujung barat, beberapa ratus kilometer dari bagian luar Hutan Perbatasan, dulunya pernah berdiri Kota Batu Giok. Kota ini satu-satunya benteng pertahanan manusia yang berdiri tegak dan mampu bertahan dari ancaman binatang buas. Dikelilingi tembok kokoh dan benteng alami pegunungan berbatu, Kota Batu Giok bertah

    Last Updated : 2025-04-02
  • Legenda Dewa Racun   Bab 82 - Sosok Penyelamat

    Hao Yexin menatap pemuda itu dengan ekspresi penuh kewaspadaan. Bahunya masih terasa nyeri akibat serangan mendadak dari Iblis Kera itu. Ia mengeratkan genggamannya pada pedang di tangannya, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih berpacu.Beberapa saat yang lalu, ia tengah terburu-buru melewati hutan yang luas dan menyesatkan itu. Dengan kultivasinya yang masih rendah, perjalanan ini bukanlah hal mudah. Setiap langkahnya dipenuhi ketegangan, menyadari bahwa bahaya bisa muncul dari balik pepohonan kapan saja.Ketakutannya terbukti nyata ketika seekor Iblis Kera, makhluk buas dengan kekuatan yang hampir mencapai puncak ranah Blue Core, muncul dari balik rerimbunan pohon dan menghalangi jalannya. Berbeda dengan serigala abu-abu yang sebelumnya ia hadapi, Iblis Kera ini memiliki kekuatan yang jauh melampaui kemampuannya. Setiap gerakannya menggetarkan tanah, dan tatapan mata merahnya tampak penuh kebuasan. Hao Yexin tahu bahwa melawan makhluk itu berarti menantang kematian. Na

    Last Updated : 2025-04-02
  • Legenda Dewa Racun   Bab 83 - Pertimbangan

    Hao Yexin melirik pemuda itu dengan penuh kewaspadaan. Tangannya masih sedikit gemetar, refleks dari pertarungan sengit yang baru saja ia lewati. Namun, pemuda itu tak menunjukkan niat buruk sedikitpun, hanya berdiri dengan sikap santai. Hao Yexin tetap berjaga-jaga, tetapi untuk saat, ia memutuskan untuk menyambut sapaannya."Hao Yexin," jawabnya singkat, suaranya terdengar dingin dan berjarak. "Dan kau...?""Qin Chen, murid sari sekte Pedang Bulan." pemuda itu menjawab dengan nada percaya diri, senyum tipis tersungging di bibirnya. Mata Hao Yexin sedikit menyipit mendengar nama itu. Sekte Pedang Bulan adalah salah satu dari tiga sekte terbesar di benua ini. Jika pemuda ini benar berasal dari sana, tidak heran jika ia memiliki kekuatan yang cukup untuk mengalahkan Iblis Kera di puncak ranah Blue Core dengan mudah.Qin Chen tersenyum bangga, ia tampaknya sadar bahwa namanya cukup menarik perhatian, dan ia segera melanjutkan, "Oh? Apakah kau baik-baik saja? Aku lihat dirimu tampak ke

    Last Updated : 2025-04-03
  • Legenda Dewa Racun   Bab 84 - Lorong Bawah Tanah Yang Tersembunyi

    Reruntuhan kota Batu Giok. Tempat itu tampak diselimuti kabut tipis, menciptakan suasana suram di antara puing-puing bangunan yang sudah lama ditinggalkan. Dinding-dinding yang runtuh kini ditumbuhi tanaman liar yang merambat tinggi, seolah alam berusaha menelan kembali kota yang dahulu megah ini. Angin berhembus lembut, membawa bisikan samar seakan ada suara-suara dari masa lalu yang tertinggal di sana. Di atas tanah yang penuh pecahan batu dan tembok sisa-sisa bangunan, seorang pemuda melayang dengan tenang. Du Shen, terbang santai beberapa meter di atas permukaan sambil mengamati reruntuhan dengan tatapan tajam. Matanya yang hitam berkilat tajam meneliti daerah sekitarnya tanpa melewatkan satupun celah. 'Hao Jifeng mengatakan bahwa di sinilah jejak terakhir yang ditinggalkan oleh para bandit itu... Tapi apa yang mereka cari di tempat seperti ini? Mungkinkah ada sesuatu yang berharga di kota ini dulu hingga menarik perhatian mereka?' batin Du Shen, semakin penasaran. Dengan gera

    Last Updated : 2025-04-03
  • Legenda Dewa Racun   Bab 85 - Pilar Batu Misterius

    Du Shen tiba-tiba merasakan sekujur tubuhnya membeku. Hatinya bergetar hebat melihat pemandangan yang terbentang di hadapannya.Sebagai seorang yang hampir mencapai puncak kekuatan umat manusia di daratan luas ini, ia telah memahami seberapa kejamnya takdir kehidupan, merasakan penderitaan tak terhitung jumlahnya hanya untuk menjadi lebih kuat. Namun, di balik kekuatan dan ketegarannya, hatinya tetaplah seperti seorang manusia biasa yang bisa merasakan berbagai emosi penderitaan.Sepanjang matanya memandang, hanya ada kerangka-kerangka tak terhitung jumlahnya berserakan di lantai batu yang dingin dan berdebu. Sisa-sisa kehidupan yang telah lama sirna. Rasa iba dan kesedihan menyelinap ke dalam hati sanubarinya, mencengkeramnya erat, seolah mencegahnya untuk melangkah lebih jauh.Tulang-belulang itu tampaknya milik penduduk kota Batu Giok yang terjebak di ruang bawah tanah ini. Mereka mungkin melarikan diri dari bahaya, berharap menemukan tempat aman untuk bertahan hidup. Namun, nasib

    Last Updated : 2025-04-04
  • Legenda Dewa Racun   Bab 86 - Tiba-tiba Muncul di Hutan Belantara

    Du Shen melangkah mendekati pilar batu itu, tatapannya tajam mengamati setiap detail ukiran inskripsi yang terukir di permukaannya. Jarinya hampir menyentuh simbol-simbol kuno tersebut, ketika tiba-tiba cahaya redup merambat dari permukaan pilar, merayap seperti akar bercahaya dan menyebar ke pilar lain di seberangnya.Sekelebat kilau keemasan berpendar di udara, membentuk pola inskripsi yang berputar perlahan, membangun formasi tulisan kuno yang mengambang di antara dua pilar itu. Du Shen tertegun. Teks inskripsi yang muncul tampak kompleks, penuh misteri, namun ada sesuatu yang menggugah kesadarannya—sesuatu yang seolah berbisik di dalam jiwanya.Meski tidak memahami sepenuhnya makna teks inskripsi itu, ia bisa merasakan kekuatan luar biasa yang tersimpan di dalamnya. Setiap baris inskripsi tampak seperti serpihan dari teknik kultivasi kuno yang sangat kuat. Namun, yang ia lihat hanyalah sebagian kecil. Du Shen menyipitkan mata, mengamati pola yang samar namun terasa mendalam di pik

    Last Updated : 2025-04-04
  • Legenda Dewa Racun   Bab 87 - Kosep Hukum Ruang

    Di dunia ini, kekuatan sejati tidak lahir semata dari tenaga murni, teknik kultivasi kuno, atau tubuh yang diperkuat ribuan kali lipat. Semua itu hanyalah fondasi awal—batu pijakan kasar di jalan panjang menuju pemahaman yang sebenarnya.Di atas semua bentuk kekuatan itu... terdapat sesuatu yang tak terlihat, tak tersentuh, namun mengatur segala hal. Ada yang menyebutnya esensi alam, ada pula yang memanggilnya napas dunia. Tapi, mereka yang telah menyelami kedalaman dunia kultivasi dan membelah batas pikiran menyebutnya dengan satu nama, yaitu: "Hukum".Hukum adalah kebenaran murni, bagaikan benang halus yang menenun keberadaan seluruh alam semesta ini. Tanpa hukum, dunia dan seisinya tak akan pernah berjalan, dan hukum itu sendiri diciptakan untuk mengatur seluruh kehidupan agar berjalan pada tempatnya.Di dunia ini terdapat bergagai jenis hukum, seperti hukum Api yang membakar tanpa ampun, bukan karena suhu, tapi karena ia memahami kehendak akan kehancuran. Begitu pula hukum-hukum l

    Last Updated : 2025-04-05
  • Legenda Dewa Racun   Bab 88 - Rubah Ekor Sembilan

    Di bawah cahaya bulan purnama yang menggantung tinggi di langit malam, sinarnya yang pucat menembus celah dedaunan lebat hutan. Cahaya itu memantul lembut di permukaan kabut tipis yang menggantung rendah, menciptakan ilusi seperti dunia mimpi. Suasana tampak tenang di permukaan, namun Du Shen merasakan kejagalan yang tak bisa dijelaskan.Ia berdiri tegak di atas sebuah batu datar, jubahnya berkibar lembut tertiup angin malam. Matanya menyipit, menatap ke arah barat, tempat hawa yang tidak biasa mulai merambat perlahan. Hidungnya mengendus samar, mendeteksi bau logam tipis bercampur dengan aroma tanah basah."Kabut ini tidak biasa," gumamnya dalam hati. "Seolah-olah mengandung Qi yang terdistorsi… presepsiku bahkan tak bisa menembus lebih dari beberapa kilometer. Sesuatu… atau mungkin seseorang… telah mengacaukan medan spiritual tempat ini."Beberapa detik berlalu. Kemudian, tanah tiba-tiba bergetar, ranting-ranting dan dedaunan kering juga tampak berderak. Suara langkah besar yang me

    Last Updated : 2025-04-06

Latest chapter

  • Legenda Dewa Racun   Bab 112 - Bertemu Kembali

    Namun ia tak begitu peduli pada patung itu dan mengalihkan perhatian ke segala arah di dalam aula yang luas itu."Hmm?" Du Shen bergumam lirih sambil menatap sekeliling ruangan luas yang terasa sunyi. Pilar-pilar batu yang menjulang tinggi tampak kokoh menopang langit-langit aula, ia memandangi sekitar seolah tengah mencari seseorang. "Pak tua Zhao... Dia tak ada di sini. Apakah dia masih terjebak dalam dimensi ilusi sebelumnya? Atau jangan-jangan ada ruangan lain selain tempat ini?"Pikirannya terus bergulir, mencoba mencari jawaban. Namun tepat saat ia hendak bergerak untuk menyelidiki lebih jauh, seberkas aura yang familiar tiba-tiba muncul dari sisi timur aula. Aura itu samar namun mengandung nuansa yang tak asing baginya.Du Shen menoleh cepat. Matanya menajam, menyapu arah tempat datangnya aura tersebut.Beberapa langkah dari tempatnya berdiri, sesosok gadis perlahan muncul dari balik kerumunan. Ia tidak sendiri—di dekatnya berdiri dua orang asing yang tampak waspada.Satu adal

  • Legenda Dewa Racun   Bab 111 - Aula Misterius

    Beberapa saat berlalu dalam keheningan yang mendebarkan. Du Shen, yang sejak berdiri tegak dengan mata tertutup, akhirnya membuka kelopak matanya perlahan. Dari balik pupil hitamnya, semburat cahaya hijau tua berkilat tajam seperti bara yang baru saja menyala dari arang yang tertiup angin kencang. Aura dari tubuhnya seketika merembes.Seketika itu pula, atmosfer di sekitar mereka mendadak menjadi berat. Udara seolah menebal, menekan tubuh seperti selimut raksasa yang mengandung niat pembunuhan. Bahkan suara embusan angin tak terdengar lagi, digantikan oleh keheningan mencekam yang seperti berdiri di hadapan binatang buas purba, yang berdiri kokoh dan tak tergoyahkan bagaikan gunung es abadi.Lu Tian, yang semula berbaring santai sambil bersenandung kecil, tiba-tiba menegang. Matanya membelalak, napasnya tercekat di tenggorokan. Rasa sesak menyerangnya begitu cepat hingga ia seketika terduduk, lalu berubah jongkok dengan tangan memegangi sisi kepalanya. Keringat dingin mulai merembe

  • Legenda Dewa Racun   Bab 110 - Pemuda Aneh

    "Kau salah," ujar pemuda itu sambil menarik napas dalam. Suaranya terdengar kesal, namun tak kehilangan semangatnya. "Aku bukan datang ke sini karena kemauanku sendiri. Aku diseret masuk oleh seorang penjahat tua. Dan lihat ini, dia bahkan mengikat kakiku dengan rantai terkutuk ini." lanjutnya sambil menunjuk ke arah kakinya, Du Shen menurunkan pandangannya, memperhatikan dengan seksama. Rantai hitam itu tampak mencengkeram pergelangan kaki pemuda tersebut dengan erat, seperti binatang buas yang tertidur namun siap menerkam kapan saja. Riak aura hitam samar-samar bergelombang dari permukaannya, menebarkan hawa dingin yang menusuk. Du Shen menyipitkan mata. Energi Qi yang mengalir dari rantai itu terasa bengis, seperti mengandung kutukan yang dibentuk dari niat buruk dan dendam yang tak sederhana. "Rantai itu bukan sesuatu yang biasa," gumam Du Shen, lebih kepada dirinya sendiri. Pemuda itu yang sepertinya tak terlalu terganggu dengan situasinya—mengalihkan perhatian pada Du Sh

  • Legenda Dewa Racun   Bab 109 - Memasuki Bangunan Kuno

    Beberapa jam berlalu dalam ketegangan. Langit yang semula cerah perlahan mulai tertutup oleh kabut tipis berwarna kelabu yang muncul entah dari mana. Di depan Paviliun Dewa Kekacauan, ratusan kultivator berdiri menunggu dalam diam. Aura mereka terkendali, namun penuh kewaspadaan. Semua menunggu satu momen saat penghalang kuno itu benar-benar lenyap.Dan akhirnya, itu terjadi.Formasi segel yang melindungi bangunan tua itu mulai bergetar pelan, lalu retak seperti permukaan es yang diinjak. Garis-garis halus menyebar cepat, menciptakan pola aneh sebelum pecah dalam kilatan cahaya. Suara gemuruh yang dalam dan berat terdengar, menggema ke seluruh lembah. Penghalang itu hancur—menguap tanpa sisa.Namun bersamaan dengan itu, gelombang tekanan luar biasa memancar keluar. Tidak seperti sebelumnya, tekanan ini bukan hanya kuat, melainkan mengandung energi yang kacau. Sulit dijelaskan. Tapi semua orang dapat merasakan sesak, panas, dingin, dan hampa bercampur menjadi satu. Beberapa kultivat

  • Legenda Dewa Racun   Bab 108 - Paviliun Dewa Kekacauan

    Beberapa hari kemudian... Di tengah bentangan pegunungan batu cadas yang membentang sejauh mata memandang, berdiri sebuah istana megah nan misterius. Di sekilingnya hanya terdapat hamparan tanah tandus yang luas. Istana kuno tersebut berdiri dengan gagah, dikelilingi oleh pelindung berbentuk kubah transparan yang memantulkan kilau cahaya warna warni ketika cahaya matahari menyentuh permukaannya. Seolah siapapun tak bisa menyentuhnya sembarangan dari luar. Bangunan kuno itu dikenal dengan nama Paviliun Dewa Kekacauan—tempat misterius yang hanya muncul sekali dalam seratus tahun. Legenda menyebutkan bahwa di dalamnya tersimpan artefak-artefak langka, rahasia kultivasi tingkat tinggi, dan warisan dari zaman leluhur. Aura menekan dan kuat merambat keluar dari dalam pelindung itu, membuat para kultivator yang berkumpul di sekitarnya tak berani mendekat sembarangan. Meski tampak samar karena pengaruh pelindung, pancaran energinya jelas mampu membuat para praktisi muda berkeringat dingi

  • Legenda Dewa Racun   Bab 107 - Mendapatkan Ingatan Mu Gui

    Di permukaan, apa yang tengah dilakukan oleh Du Shen tampak seperti proses pemurnian biasa—seorang ahli yang duduk bersila di hadapan tungku alkimia, mengendalikan aliran Qi untuk menenangkan energi dalam sebuah inti merah menyala. Namun, kenyataannya jauh dari kata biasa. Dari telapak tangannya, aura gelap nan pekat mengalir ke udara, membentuk simbol-simbol kuno yang berpendar hijau kehitaman. Ukiran inskripsi dari zaman sebelum zaman, yang bahkan tak dikenali oleh alkemis manapun di zaman sekarang, muncul melingkari ruang kecil itu. Di bawah tungku yang ia gunakan, lingkaran sihir berpendar menciptakan beberapa lapisan inskripsi—menyala satu per satu, menunjukkan kerumitan formasi yang ia bangun. Pemurnian ini bukan sekadar proses menghilangkan kotoran dari bahan alam seperti tanaman herbal atau bahan alkimia lainnya. Ini adalah pemurnian inti jiwa manusia—sebuah seni terlarang dan nyaris terlupakan, yang lebih dekat ke necromancy daripada alkimia. Inti jiwa dimurnikan untuk

  • Legenda Dewa Racun   Bab 106 - Memurnikan Inti Merah Menyala

    Tapi tekanan dari manifestasi tangan Qi itu begitu besar hingga bahkan dia sendiri mulai terdorong mundur, tubuhnya terseret di antara udara tipis yang kini nyaris menyusut karena gesekan energi.Sementara itu, Zhao Lao menoleh cepat ke arah seorang gadis muda yang berdiri kaku di balik formasi pelindung yang hampir runtuh."Artefak ini terlalu kuat... aku tak bisa mengendalikannya lebih lama. Tapi jika aku bisa memanfaatkan momen ini…"Dengan segenap kekuatan terakhir, Zhao Lao melepaskan sebagian kendali pada tangan Qi, dan mengalihkan sebagian besar energi spiritualnya untuk menciptakan portal dimensi kecil. Dalam sekejap, dia menerobos badai energi, dan meraih tubuh Han Jue."Gu-Guru!?" Han Jue tergagap, namun sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, tubuh mereka berdua telah terserap masuk ke dalam celah dimensi.Luo Ming, yang baru sadar akan hilangnya keberadaan Zhao Lao, meraung keras seperti binatang buas."Pengecut! Kau kabur saat aku lengah! Dasar tua bangka pengecut!"Namun,

  • Legenda Dewa Racun   Bab 105 - Puncak Pertarungan Dua Ahli

    Langit di atas Wilayah Dewa Leluhur telah berubah menjadi ungu gelap yang pekat, seolah menandakan bahwa malam ini bukanlah malam biasa. Dua bulan kembar menggantung di angkasa, menyinari tanah yang telah lama kehilangan kehangatan mentari. Namun cahaya lembut itu tak mampu mengusir hawa dingin yang menyelimuti beberapa sisi wilayah tersebut—tempat di mana dua ahli besar bertarung memperebutkan gelar terkuat dalam rivalitas mereka. Di atas tanah yang hangus dan retak oleh gelombang energi spiritual, Zhao Lao terhuyung sembari menekan dadanya yang terasa seperti diremuk dari dalam. Napasnya berat dan berderak, dan darah merah pekat mengalir dari sudut bibirnya. Meski tubuhnya nyaris tak mampu berdiri, sorot matanya masih memancarkan perlawanan yang dipenuhi tekad. Ia menatap lurus ke depan, ke arah lawannya: Luo Ming, yang juga tampak terluka namun masih berdiri tegak di atas udara, dengan dada naik-turun dalam tarikan napas yang lebih stabil. Tawa Luo Ming meledak di udara ma

  • Legenda Dewa Racun   Bab 104 - Teknik Pelahap Iblis Semesta

    "A-aku hanya pesuruh dari kelompok kecil yang disebut Bandit Kapak Hitam," ucap Mu Gui dengan suara gemetar, napasnya tersengal, dan tubuhnya menggigil di bawah tekanan tak kasat mata. Pria berjubah hitam sebelumnya, yang kini telanjang bulat, tampak tak lebih dari seekor kambing malang yang tengah menunggu waktu untuk disembelih. Tubuhnya masih terangkat beberapa jengkal dari tanah, dicekik oleh tekanan Qi milik Du Shen yang begitu dingin dan menakutkan. Du Shen memandangnya dengan tatapan tajam, kilatan kebencian di sorot matanya menunjukkan betapa dalam amarahnya tersimpan. Namun saat mendengar nama "Kapak Hitam," seketika seluruh dunianya di penuhi oleh bara emosi yang meluap-luap. "Bandit Kapak Hitam?" ulang Du Shen dengan suara berat, bibirnya nyaris tak bergerak. "Apa hubungan kalian dengan Bandit Kapak Merah?" Seketika, wajah Mu Gui memucat. Napasnya terhenti sepersekian detik. Nama itu, bukan lah nama yang seharusnya keluar dari mulut sembarang orang. Itu adalah organisa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status