Home / Fantasi / Legenda Dewa Racun / Bab 6 - Kepala Keluarga Hao

Share

Bab 6 - Kepala Keluarga Hao

Author: Murlox
last update Last Updated: 2025-02-04 17:00:33

Hao Yexin menyeka butiran air matanya, setelah mempertimbangkan ucapan Du Shen, ia mulai sadar bahwa menangis tak akan menyelesaikan masalah. "Kau benar, tak ada gunanya meratapi dengan kesedihan."

"Aku minta maaf karena menunjukkan tingkah memalukanku." lanjutnya sebelum berdiri perlahan.

Hao Yexin melangkahkan kakinya keluar dari toko. Namun, kali ini sorot matanya sedikit lebih tajam dan bertekad.

"Aku bisa mempertimbangkan tawaranmu tadi. Tapi, ada syaratnya," ujar Du Shen, langsung menghentikan langkah Hao Yexin yang hendakk pergi.

Gadis itu menoleh kembali dengan tatapan penuh akan tanda tanya. Walaupun masih ada jejak kesedihan dalam raut wajahnya, ia berusaha tetap tegar.

"Syarat?" gumamnya pelan, menatap ke lantai kayu di bawah kakinya sebelum kembali menatap Du Shen.

"Aku rasa tak ada gunanya mempertimbangkan ucapanku tadi. Aku hanya mengatakannya tanpa pikir panjang... kau bisa melupakannya." balas Hao Yexin akhirnya setelah memikirkan kembali beberapa hal.

Du Shen menghela nafas pelan, mendengar jawaban gadis itu membuatnya sedikit lega, namun juga merasa kehilangan kesempatan.

Selain itu, ia mencoba mempertimbangkan tawaran Hao Yexin bukan tanpa sebab. Du Shen sadar, ia baru saja melangkah di dunia yang luas ini, dan dia sendiri tak begitu mengetahui segalanya.

'Memang tujuan utamaku adalah untuk membalas kejahatan para bandit itu. Namun, aku sadar, bertidak sendiri akan memakan waktu lama hingga akhirnya tujuanku tercapai.' batin Du Shen.

"Kau dari keluarga Hao di kota ini, bukan?" tanya Du Shen memastikan.

Hao Yexin mengangguk pelan, menjelaskan segala hal tentang identitasnya. Keluarga Hao merupakan salah satu dari tiga keluarga teratas di kota Danau Hitam, sebuah keluarga bangsawan yang beroprasi dalam perdagangan.

Du Shen telah mengulik-ngulik sedikit informasi dari gurunya dahulu, dan hal itulah yang mendorongnya untuk mencoba menciptakan sebuah sekutu dalam membantu mencapai tujuannya.

"Aku akan melindungi keluargamu. Sebagai gantinya aku juga membutuhkan bantuan keluargamu." ucap Du Shen penuh dengan rasa percaya diri yang membuat Hao Yexin mengernyitka alisnya.

Gadis itu diam sesaat, "Aku tahu kau kuat, tapi ikut campur dalam urusan keluargaku adalah masalah yang jauh lebih berbahaya. Terlebih... keluarga Murong sangatlah kuat dan sulit dihadapi." jelas Hao Yexin dengan senyum yang dipaksakan.

"Seberapa kuat? Apakah mereka mampu menghancurkan gunung dan langit hanya dengan jentikan jari?" kata Du Shen seolah-olah bercanda, namun tak sedikitpun ekspresi seriusnya berubah.

Hao Yexin tertawa getir, mendengar ucapan yang dianggap lelucon keluar dari mulut pemuda di hadapannya itu. "Menghancurkan gunung dengan jentikan jari? Jika keluarga Murong memiliki kemampuan seperti itu, mungkin kami sudah lama musnah." candanya.

"Oh, sepertinya aku terlalu jauh menilai mereka." ucap Du Shen, "kalau begitu, keluarga Murong ini tak ada apa-apanya bagiku."

Mendengar itu Hao Yexin mengangkat sebelah alisnya lagi, dia merasa sepertinya Du Shen tak pandai mengatur nada bercanda dalam ucapannya. Atau mungkin dia sendiri yang salah mengartikan ucapan itu sebagai candaan?

"Sudahlah, aku akan pergi. Sampai jumpa lagi," ujar Hao Yexin akhirnya meninggalkan tempat itu dengan melambaikan tangan ke arah Du Shen yang masih menatapnya menjauh.

***

Tak berselang lama, Hao Yexin kembali ke kediaman keluarga Hao. Tepatnya di bagian barat kota Danau Hitam, di sebuah komplek yang cukup megah untuk menampung keluarga bangsawan.

Saat ia melangkah memasuki kediaman keluarga, tiba-tiba suara yang mendesak terdengar dari arah samping.

"Tuan Putri! Tuan Putri!" panggil sosok pelayan dengan nafas tersenggal dan terlihat sedikit terdesak.

"Ada apa, Lao'er? Apa yang terjadi?" tanya Hao Yexin mencoba menenangkan pelayan itu agar mengatur nafasnya kembali.

"Tuan... Kepala keluarga, penyakitnya kambuh lagi, dan... kali ini terlihat lebih parah dari biasanya!" ucap pelayan itu gugup.

Segera ekspresi tak enak dan hawatir terpampang jelas di wajah Hao Yexin.

Gadis itu buru-buru melangkahkan kakinya menuju kediaman utama, tempat Kepala keluarga berada...

Di atas ranjang, sosok paruh baya terbaring lemah seolah hidupnya berada di ujung tanduk.

Hao Jifeng, Kepala keluarga Hao, pria paruh baya yang setidaknya berusia empat puluh tahun terbaring lemah dengan semburat hitam menjalar di sekujur tubuhnya.

"Ayah!?" ujar Hao Yexin dengan panik menghampiri Kepala keluarga.

Di samping tempat tidur itu, dua sosok paruh baya lain berdiri dengan ekspresi berbeda-beda.

Seorang pria tua berjanggut putih menatap Hao Jifeng dengan tatapan yang sulit di jelaskan dari sudut matanya yang sipit.

"Saya telah meminta Tabib Liu memeriksa keadaan Kepala keluarga. Namun, beliau mengatakan bahwa Kepala keluarga... sudah tak tertolong." ucap pria tua berjanggut putih dan bermata sipit itu penuh dengan nada penyesalan.

Hao Yexin dengan butiran air yang terbendung di matanya menoleh ke arah pria tua itu. "Apa maksudmu Tetua Zhang? Tak mungkin ayahku tak bisa diselamatkan! Tabib Liu pasti punya kesalahan," bentaknya penuh emosi.

Tetua kedua, Hao Zhang, menatap gadis muda itu dengan tajam dan dingin. "Apa kamu meragukan Tabib Liu!?" serunya keras, "beliau adalah Master Pengobatan dari keluarga Murong, beraninya kau berkata tanpa rasa hormat padanya!"

Wajah Tetua Zhang berubah keras dan penuh keseriusan.

Sementara itu yang disebut Tabib Liu berdiri di samping Tetua Zhang denngan ekspresi yang lemah lembut. Mendengar ucapan Tetua Zhang, Tabib Liu mengangguk penuh kepercayaan diri.

"Apa yang dikatakan Tetua Zhang memang benar, Tuan Putri. Kepala keluarga Hao, mengalami infeksi parah pada organ dalamnya, mungkin disebabkan oleh Qi yang menumpuk atau tersumbat dalam waktu yang lama." jelas Tabib Liu, matanya terpejam seolah memberikan kesan penuh wibawa.

"Infeksi organ dalam?" gumam Hao Yexin pelan, bertanya-tanya penyakit seperti apa itu.

"Apa tidak ada cara untuk menyembuhkannya?" tanya gadis muda itu menoleh ke arah Tabib Liu.

Sayangnya sosok Tabib Liu menggelengkan kepala dengan wajah seolah menunjukkan penyesalan. "Saya baru pertama kali menemukan penyakit seperti ini, dan saya tak memiliki obat untuk menyembuhkannya." ucapnya.

Mendengar itu Hao Yexin membelalakkan mata, merasakan tubuhnya menegang tak mampu berbuat seolah merasakan hidupnya dalam kehancuran.

Di samping Tetua Zhang menunjukkan senyum tipis yang tersembunyi, matanya yang sipit menatap penuh kelicikan. "Tapi, masih ada cara untuk menyembuhkan Kepala keluarga," ucapnya kemudian, membuat Hao Yexin menoleh seketika dengan penuh harap.

"A-apa itu, Tetua Zhang?" tanya Hao Yexin segera.

Seakan merasakan kemenangan, Tetua Zhang tersenyum lagi. "Kudengar Tabib Surgawi saat ini berada di wilayah Sekte Azure Dragon. Jika kita dapat membawanya ke sini, kemungkinan besar Kepala keluarga akan selamat." ucapnya.

Mendengar itu Hao Yexin langsung terbenahi dengan harapan baru. Bagaimanapun tabib Surgawi adalah sosok terkenal, seorang ahli dalam bidang pengobatan yang memiliki reputasi setinggi langit.

Konon katanya, Tabib Surgawi ini mampu menyembuhkan segala jenis penyakit, bahkan seseorang yang sekarat atau berada di ujung hidupnya dapat ia sembuhkan dengan mudah.

Mata Hao Yexin langsung berbinar penuh kebahagian. Apapun caranya dia telah memutuskan agar segera pergi dan mencari Tabib Surgawi itu.

Namun, kebahagiannya terhalang niat busuk Tetua Zhang. "Tapi keluarga Hao kita tak mungkin mampu untuk membawa tabib terkenal seperti itu... Untungnya keluarga Murong menawarkan bantuan, tentu dengan sebuah syarat..." ucapnya.

Mata bulat Hao Yexin menatap pria tua itu penuh rasa penasaran. 'Keluarga Murong lagi. Apa tak ada cara lain, selain melibatkan mereka?' batinnya agak kesal.

"Syarat? Apa itu, Tetua?" tanya Hao Yexin dengan wajah polosnya.

Related chapters

  • Legenda Dewa Racun   Bab 7 - Desakan Tetua Zhang

    Tetua Zhang yang masih mempertahankan senyum tipisnya menatap gadis muda itu seakan peluang besar telah terbuka. "Kau harus menikah dengan Tuan Muda Murong Chen. Dengan begitu mereka akan membantu menghubungi Tabib Surgawi dengan koneksi mereka di Sekte Azure Dragon." Seketika Hao Yexin kembali membeku, kali ini pikirannya mengembara kemana-mana. Ia tak menyangka bahwa syarat yanng dikatakan Tetua Zhang adalah hal buruk yang tak pernah ia bayangkan.'J-jadi ini tujuan Tetua Zhang? Bagaimana bisa, dia memanfaatkan keadaan ini dan menyeretku demi keuntungannya.' batin Hao Yexin.Wajahnya tampak memerah menahan kemarahan yang seketika tumbuh dalam hatinya. Ia melirik pria tua itu dengan tatapan benci dan kesal.Namun, matanya yang kembali melirik Kepala keluarga terbaring di atas ranjang, membuat pendirian Hao Yexin mulai goyah. Butiran air di pelupuk matanya semkin tak tertahankan, perlahan tumpah membasahi pipinya yang mulus."Kau harus memutuskan, Tuan Putri. Jika tidak, keselamatan

    Last Updated : 2025-02-04
  • Legenda Dewa Racun   Bab 8 - Diremehkan

    Du Shen malah tersenyum sederhana, ia mengangguk sesaat, namun gelak tawa cekikikan terdengar dari arah samping mereka.Tetua Zhang dan Tabib Liu tampak menahan perut mereka yang sakit karena tawa."Anda dengar, Tabib Liu? Pemuda ini benar-benar menganggap dirinya sebagai tabib." ujar Tetua Zhang menahan tawanya.Sedangkan Tabib Liu mengusap butiran air mata yang keluar setelah tawa terbahak-bahak. "Aku sendiri yang telah berlatih teknik pengobatan selama puluhan tahun, mengaku tak mampu menyembuhkan penyakit Kepala keluarga Hao." ucapnya dalam jeda, "namun, kau yang tak lebih dari setengah umurku, tiba-tiba datang dan mengaku sebagai tabib." lanjutnya."Benar, apa yang bisa dilakukan pemuda lusuh sepertimu?" sambung Tetua Zhang kali ini dengan tatapan serius, ucapannya penuh penghinaan.Du Shen menatap kedua pria paruh baya itu dengan tatapan dingin dan seringai tipis."Kepala keluarga Hao tak menderita penyakit, melainkan menderita karena racun." ujar Du Shen membuat Tetua Zhang dan

    Last Updated : 2025-02-05
  • Legenda Dewa Racun   Bab 9 - Bentrokan Dua Jenis Racun

    Menghina gurunya berarti orang itu siap untuk mati. Namun, Du Shen menahan gejolak emosinya yang tumbuh seketika, mencoba untuk tetap tenang dan fokus pada penyembuhan Kepala keluarga Hao.Tabib Liu dan Tetua Zhang masih tertawa penuh penghinaan, tapi mereka tak tahu bahwa nama mereka telah masuk ke dalam daftar hitam di lubuk hati Du Shen.Mengabaikan cemohan mereka, Du Shen kembali membuka tutup botol kecil di tangannya. Tampak asap kehijauan yang samar keluar, memberikan sensasi dingin dan mematikan dari racun itu."T-tunggu." potong Hao Yexin dengan tatapan ragu. "Apakah ini akan baik-baik saja?" tanyanya kehawatir.Bagaimanapun jika Du Shen gagal dalam mengobati ayahnya, maka semua akan menjadi lebih buruk dari apa yang dia harapkan. Saat ini ia hanya bisa pasrah dan membiarkan Du Shen memenuhi harapannya.Segera cairan dalam botol itu di tuangkan ke dalam mulut Hao Jifeng, Du Shen menutup hidungnya agar racun itu tertelan sepenuhnya.Tak berselang lama, Kepala keluatga Hao menun

    Last Updated : 2025-02-05
  • Legenda Dewa Racun   Bab 10 - Ucapan Terimakasih

    Tabib Liu tersenyum sinis mengira tindakannya akan berhasil. Tapi, sebuah aliran Qi kehijauan melenghentikan jarum itu di tengah udara, membuat pandangan semua orang teralihkan."Kau lihat itu, Nona Hao? Tabib bodoh ini mencoba membunuh ayahmu dengan trik kecil." ujar Du Shen tertawa getir sembari meraih jarum itu yang mengambang di udara.Mata Hao Yexin membulat tak percaya, ia menatap tajam Tabib Liu dengan tatapan penuh amarah. "Beraninya kau, tabib penipu ingin membunuh ayahku!" tegasnya, suaranya terdengar tajam.Hao Yexin meraih pedang di samping dinding ruangan, menghunusnya sebelum menebas ke arah Tabib Liu berdiri.Walaupun Hao Yexin bukanlah seniman bela diri ahli, namun gerakannya cukup cepat di mata orang biasa."Berhenti!" seru Tetua Zhang, menahan tebasan pedang itu dengan telapak tangannya yang diselimuti energi Qi."Apa kau sadar dengan tindakanmu, Tuan Putri! Bagaimana bisa kau mengancungkan pedang ke a

    Last Updated : 2025-02-06
  • Legenda Dewa Racun   Bab 11 - Kemaraha Murong Chen

    Di kediaman keluarga Murong, suasana tegang menyelimuti ruang utama. Murong Chen, seorang pemuda dengan aura angkuh, duduk di atas kursi kayu berukir di samping meja bundar kecil. Matanya yang tajam memancarkan kemarahan, sementara urat-urat di pelipisnya tampak menonjol. Wajahnya kini terlihat mengeras, menyiratkan kekecewaan dan rasa frustrasi yang memuncak."Tabib bodoh! Bagaimana bisa kau gagal membuat Kepala Keluarga Hao sekarat, kau benar-benar merusak segalanya!" suaranya menggema tajam di ruangan itu, membuat seorang pria paruh baya yang berlutut di hadapannya gemetar ketakutan.Tabib Liu membungkukkan tubuhnya lebih dalam, keningnya menghantam lantai dengan bunyi pelan namun terdengar jelas. "T-tuan Muda! Mohon ampuni saya! Saya telah melakukan semua yang diperintahkan. Namun, jika bukan karena pemuda itu, rencana ini pasti sudah berhasil," katanya dengan nada penuh permohonan.Murong Chen menggeram, tangannya yang memegang cangkir teh bergetar hebat hingga cangkir itu retak

    Last Updated : 2025-02-07
  • Legenda Dewa Racun   Bab 12 - Ramuan Pemurnian Qi

    Sementara Du Shen tetap tenang, ekspresinya tidak menunjukkan kesombongan sedikit pun. "Ramuan ini bukanlah sesuatu yang dapat ditemukan dengan mudah, bahkan di antara para alkemis terbaik sekalipun," lanjutnya. "Namun, seperti yang kubilang, dunia ini tidak sempurna. Ramuan ini memiliki batasnya sendiri."Hao Jifeng masih terpaku, pikirannya dipenuhi berbagai rencana. Ramuan ini tidak hanya berharga, tetapi juga bisa menjadi kartu as dalam upaya meningkatkan kekuatan keluarganya di antara klan-klan besar lainnya. Ia tahu, kesempatan seperti ini tidak datang dua kali.Dia, yang sejak tadi menatap ramuan itu dengan penuh kekaguman, akhirnya membuka mulut, suaranya sedikit bergetar karena antisipasi."Lalu, berapa harga jual untuk satu butir ramuan ini, Tuan Shen?" tanyanya, berusaha terdengar tenang, meskipun di dalam hatinya ia sudah bersiap mendengar angka yang akan membuat kantongnya menjerit.Peluh dingin mulai mengalir di pelipisnya. Harapan kecil terbesit dalam benaknya—semoga ha

    Last Updated : 2025-02-08
  • Legenda Dewa Racun   Bab 13 - Murong Chen Yang Seenaknya

    Hao Jifeng mengangguk, matanya berbinar saat mengulang informasi yang ia dengar. "Ya. Dari apa yang kudengar, benda itu menjadi sorotan utama dalam pelelangan kali ini. Banyak pihak yang sudah mengincarnya, termasuk keluarga-keluarga besar."Ia bersandar di kursinya, mengusap dagu sejenak sebelum melanjutkan. "Detailnya masih belum jelas, tapi katanya benda itu memiliki kekuatan yang mampu meningkatkan kultivasi seseorang secara signifikan. Artefak seperti ini belum pernah ditemukan sebelumnya dan baru pertama kali muncul dalam pelelangan."Du Shen mendengarkan dengan tenang, tetapi ekspresinya tidak menunjukkan antusiasme yang sama. Ia merenung sejenak, membiarkan kata-kata itu bergema di benaknya. Namun, dalam hitungan detik, ketertarikannya mulai memudar. Bagi Du Shen, sebuah artefak hanya memiliki nilai jika benar-benar berguna baginya.‘Jika hanya sekadar meningkatkan kultivasi hingga batas tertentu, maka itu bukan sesuatu yang istimewa.’ pikirnya.Ia memiliki rencana tersendiri

    Last Updated : 2025-02-10
  • Legenda Dewa Racun   Bab 14 - Omong Kosong Murong Chen

    "Ketahui tempatmu, Murong Chen!" suara Hao Jifeng bergema, penuh dengan kemarahan yang ditekan. "Sikapmu benar-benar kurang ajar! Kau menerobos masuk ke kediaman keluarga Hao tanpa izin, dan lebih buruk lagi, kau berani memukuli penjaga gerbang kami!"Nada suaranya tajam seperti bilah pedang yang menusuk harga diri Murong Chen. Beberapa pelayan dan penjaga yang menyaksikan kejadian ini menahan napas mereka, tak ada yang berani bergerak sedikit pun.Murong Chen, yang awalnya penuh percaya diri, berdiri sedikit kaku mendengar kata-kata itu. Ia tahu bahwa apa yang dikatakan Hao Jifeng memang benar. Namun, bukankah dia adalah Tuan Muda keluarga Murong, keluarga yang paling berpengaruh di Kota Danau Hitam?Siapa yang berani menentangnya? Siapa yang berani mengomentari tindakannya?Jika ada orang yang cukup bodoh untuk melawan kehendaknya, maka orang itu hanya akan mencari mati dengan menantang keluarga Murong. Bahkan jika itu adalah Kepala keluarga Hao sendiri.Murong Chen menarik napas, m

    Last Updated : 2025-02-11

Latest chapter

  • Legenda Dewa Racun   Bab 41 - Pelelangan Paviliun Alkemis

    Dalam putaran waktu yang terasa singkat, fajar perlahan menyingsing, sinar mentari mulai menerobos celah-celah bangunan di kota Danau Hitam, menciptakan cahaya keemasan yang menyelimuti kota itu.Du Shen menghela napas pelan, matanya menatap kosong ke arah langit-langit. Semalaman penuh ia berkultivasi, tetapi hasilnya jauh dari harapannya. Energi dalam tubuhnya tetap stagnan, seolah ada dinding tak kasatmata yang menghalanginya untuk berkembang lebih jauh."Huh... aku perlu mencari solusi secepat mungkin," gumamnya, nada suaranya penuh ketidaksabaran.Tatapannya berubah tajam ketika mengingat satu hal. Hari ini, Paviliun Alkemis mengadakan pelelangan. Mungkin di sana, ia bisa menemukan sesuatu yang dapat membantunya menembus kebuntuan kultivasinya.Setelah membenahi pakaiannya, Du Shen segera meninggalkan kediamannya. Saat ia melangkah ke halaman utama, beberapa sosok sudah tampak menunggunya di sana. Kepala klan Hao, Hao Jifeng, berdiri tegap dengan senyum tipis di wajahnya. Di sam

  • Legenda Dewa Racun   Bab 40 - Tingkatan Ranah Kultivasi

    Tanpa pikir panjang, Tetua Qin melambaikan tangannya, memberi isyarat kepada para pelayan untuk segera membawa Murong Chen dan Xiao Mei keluar dari ruangan. Dua pemuda itu masih berusaha membantah, namun para pelayan bergerak cepat, menggiring mereka keluar tanpa banyak perlawanan."Kalian tak perlu membuang waktuku lagi dengan ocehan tak berguna," suara Tetua Qin terdengar tegas, wajahnya menampakkan ketidaksabaran yang jelas.Murong Chen mendengus kesal, sementara Xiao Mei menggertakkan giginya dengan tatapan penuh kebencian ke arah Du Shen. "Kau akan menyesalinya," gumamnya lirih sebelum akhirnya dipaksa keluar.Setelah ruangan kembali sunyi, Tetua Qin menarik napas panjang, merasakan kelegaan yang amat sangat. 'Walaupun mereka berasal dari keluarga terpandang di kota ini, mengabaikan keduanya lebih baik daripada kehilangan pemuda berbakat seperti ini,' pikirnya dengan mata berbinar.Begitu suasana menjadi lebih tenang, ia kembali menatap Du Shen, kali ini dengan tatapan lebih ra

  • Legenda Dewa Racun   Bab 39 - Hormat Tetua Qin

    "Khmm!" Tetua Qin terbatuk pelan, suaranya terdengar sedikit serak. Ia berusaha menenangkan diri, mencoba menyembunyikan keterkejutan yang masih bergemuruh dalam dadanya. Namun, tak peduli seberapa keras ia berusaha, matanya tak bisa menyembunyikan kilatan kagum yang masih tersisa.Sebelumnya, ia mengira dirinya telah melihat segalanya dalam dunia Artefak. Namun, pemuda yang tampak biasa-biasa saja di hadapannya ini telah membuktikan bahwa ia salah besar.Dengan langkah ringan namun penuh penghormatan, Tetua Qin merapatkan kedua genggaman tangannya di depan dada, lalu sedikit menundukkan kepalanya."Orang tua ini harus meminta maaf atas kebodohannya..." ucapnya penuh penghormatan. Kata-katanya bagaikan petir yang menyambar di tengah ruangan itu.Orang-orang yang menyaksikan langsung membelalakkan mata mereka, tak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar.Tetua Qin… seorang tokoh terhormat dari Paviliun Seribu Harta… meminta maaf dan menunduk hormat?Kepala para pelayan dan or

  • Legenda Dewa Racun   Bab 38 - Keterkejutan

    "Biarkan aku melihatnya! Biarkan aku melihatnya!" seru Tetua Qin dengan nada penuh semangat, matanya berbinar seperti seorang sarjana yang baru saja menemukan gulungan kitab kuno yang hilang selama berabad-abad.Langkahnya maju dengan penuh antusiasme, seakan tidak sabar untuk merasakan sendiri energi dari belati yang baru saja diukir dengan inskripsi misterius oleh Du Shen.Namun, di tengah kegembiraannya, ekspresi gugup mulai muncul di wajah beberapa orang yang menyaksikan, terutama Xiao Mei dan Murong Chen. Mereka tidak menyangka bahwa Tetua Qin, seorang ahli Artefak yang selama ini dikenal penuh kehati-hatian, tiba-tiba menunjukkan minat yang begitu besar."Tetua Qin, sebaiknya Anda jangan terlalu mudah percaya pada pemuda ini. Bisa saja ini adalah jebakan yang dia rancang untuk menipu kita semua," ujar Murong Chen, segera melangkah maju untuk menghalangi niat Tetua Qin."Benar!" sambung Xiao Mei dengan suara sedikit gemetar, meskipu

  • Legenda Dewa Racun   Bab 37 - Artefak Sejati

    Du Shen lalu mengeluarkan sebuah pena logam sederhana dari sakunya dan meletakkan sebotol kecil berisi darah binatang buas di atas meja kayu. Setelah itu, ia menaruh belati perak yang sebelumnya yang dia digunakan untuk memotong Belati Iblis Bulan.Tindakan itu langsung menarik perhatian semua orang, tetapi sebelum ada yang sempat mengutarakan pendapatnya, suara penuh sindiran terdengar dari arah sampingnya."Apa lagi yang kau coba lakukan?" Xiao Mei mencibir dengan nada penuh ejekan. "Mencoba menipu mata kami dengan trik licikmu lagi?"Ekspresinya berubah semakin jelek, matanya memancarkan ketidaksenangan yang nyata.Sejak awal, ia berharap bisa mempermalukan Du Shen dan membuktikan bahwa pemuda itu hanyalah seorang penipu. Namun, kenyataannya justru sebaliknya. Setiap kata dan tindakan Du Shen selalu membuatnya terkejut dan semakin frustrasi.Melihat pemuda itu dengan santai mengeluarkan alat-alat seperti ingin membuktikan sesuatu, Xiao Mei merasa tak bisa hanya berdiam diri dan mem

  • Legenda Dewa Racun   Bab 36 - Pembuktian

    "Bagaimana bisa…?" gumam Hong Xie. Suaranya terdengar lirih, nyaris tak terdengar. Matanya masih terpaku pada sisa-sisa Belati Iblis Bulan yang kini tergeletak tak berarti di atas lantai, terpotong menjadi dua bagian yang tak lagi memiliki daya tarik apa pun.'Apakah… belati itu memang Artefak cacat?' pikirnya dengan keraguan yang kini mulai menyelimuti benaknya.Beberapa saat lalu, ia adalah salah satu orang yang paling marah saat Du Shen terang-terangan menghina mahakarya pemimpin Paviliun mereka. Namun kini, dengan bukti yang begitu jelas di depan mata, pendiriannya mulai goyah.Sementara itu, Murong Chen dan Xiao Mei masih berdiri kaku, mata mereka membelalak dalam ketidakpercayaan. Apa yang mereka lihat barusan benar-benar di luar dugaan.Artefak tingkat tiga… hasil mahakarya seorang ahli terkemuka di Kota Danau Hitam… Hancur dalam satu tebasan oleh belati biasa.Itu tidak masuk akal. Tak mungkin benda sekuat itu bisa dihancurkan semudah membelah tahu dengan pisau dapur!Namun,

  • Legenda Dewa Racun   Bab 35 - Tebasan Ringan

    Xiao Mei menyilangkan tangan di depan dada, sudut bibirnya terangkat dalam senyum sinis. Matanya dipenuhi penghinaan saat menatap Du Shen.'Huh~ Orang ini? Mari lihat kebodohan apa lagi yang akan kau lakukan,' pikirnya, menikmati pertunjukan yang menurutnya hanya akan berakhir dengan Du Shen mempermlaukan dirinya sendiri.Di tengah suasana yang agak tegang itu, Du Shen dengan tenang mengulurkan tangannya dan meraih kembali Belati Iblis Bulan yang masih dipegang oleh Hong Xie.Cahaya temaram dari kristal di dinding-dinding kayu memantul pada bilah perak belati itu, menciptakan kilauan cahaya yang memancarkan aura tajam dan ganas.Tanpa ragu, Du Shen mengayunkan belati itu beberapa kali di udara.Gerakannya halus, tetapi penuh perhitungan. Setiap ayunan menciptakan suara desiran kecil, seolah bilah belati itu sedang membelah udara dengan kekuatan tersembunyi.Mata semua orang tertuju padanya. Namun, sebelum ada yang bisa mengerti maksud tindakannya, suara cemoohan terdengar."Apa yang c

  • Legenda Dewa Racun   Bab 34 - Kedatangan Tetua Qin

    Di tengah suasana tegangan yang menggelayuti ruangan itu, tiba-tiba suara serak nan berat bergema dari arah samping."Ada apa ini?" suara itu langsung memecah keheningan.Perlahan, seorang pria paruh baya berjalan dengan langkah anggun dan penuh wibawa mendekat ke arah mereka. Setiap gerakannya menunjukkan otoritas yang sulit dibantah, seakan hanya dengan kehadirannya saja, seluruh ruangan harus tunduk dan patuh.Tatapan tajamnya menyapu seluruh orang yang berkumpul di tempat itu.Mata beberapa pelayan dan orang-orang di dalam ruangan Paviliun Seribu Harta segera melebar dalam ketegangan. Sosok ini bukan orang biasa yang dapat diremehkan begitu saja.Dia adalah Tetua Qin Cong, wakil pemimpin Paviliun Seribu Harta.Begitu melihat pria itu muncul, Xiao Mei buru-buru melangkah maju, tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini."T-Tetua Qin, anda akhirnya datang!" serunya dengan nada penuh hormat, bahkan mendahului para pelayan yang seharusnya menyambut pria itu lebih dulu.Qin Cong meng

  • Legenda Dewa Racun   Bab 33 - Artefak Cacat?

    Hong Xie mengangguk, meski ada sedikit keraguan di matanya. Dari interaksi yang berlangsung di depannya, ia mulai memahami beberapa hal. Tatapan matanya sesekali melirik ke arah Hao Yexin, yang gerak-geriknya tampak agak kaku, seolah menahan sesuatu dalam dirinya.Namun, sebagai pelayan yang terlatih, ia tetap mempertahankan ekspresi ramahnya. Dengan nada sopan, ia berkata,"Baiklah, Tuan. Saya akan menyiapkan Belati Iblis Bulan ini untuk Anda, dan untuk pembayarannya bisa—"Ucapan Hong Xie mendadak terhenti. Sebuah lambaian tangan yang tegas menghentikannya sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya.Du Shen. Pemuda itu berdiri tegak dengan ekspresi tidak senang. Tatapan tajamnya menusuk langsung ke arah pelayan tersebut, seakan menelanjangi setiap pikiran yang tersembunyi.Hong Xie merasakan dadanya sedikit bergetar. Ia menelan ludah, lalu menundukkan kepala dengan gugup. Ada sesuatu dalam tatapan pemuda itu yang berbeda—sebuah tekanan tak kasatmata yang membuatnya merasa kecil."A-

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status