Bara Sena tidak menyangka Kahiyang Dewi akan menciumnya dengan mesra disaat mereka berada di tengah tempat yang entah berantah tersebut. Setelah beberapa saat, pemuda itu pun mulai membalas ciuman tersebut. Sayangnya, saat dia hendak memulai serangan, wanita cantik itu malah melepaskan ciuamanya.Bara pun merasa sedikit kecewa karena dia belum melakukan apa pun pada tubuh Kahiyang Dewi. Tapi dia menghargai keputusan wanita tersebut."Apakah harga diri wanita Naga itu semua sama? Aku mengalami hal ini beberapa waktu yang lalu saat bersama Tian Zu Ning...Dan sekarang, aku mengalami lagi saat darahku mulai naik ke ubun-ubun. Aaaah...! Benar-benar sial!" batin Bara Sena.Kahiyang Dewi meraih tangan Bara Sena dan meremasnya dengan lembut."Aku tahu, kau tengah menahan gejolak yang luar biasa didalam hatimu. Bersabarlah, pada satu saat nanti, kau bisa melakukan sepuasnya...Untuk saat ini, kita masih memiliki batas. Bukan karena aku tak menyuka
Bola cahaya yang semula kecil itu memancarkan cahaya terang menyilaukan. Makhluk-makhluk yang ada disana terkesiap dan menutup kedua mata agar tidak buta oleh sinar yang terang tersebut. Setelah memancarkan cahaya terang, bola itu tiba-tiba saja meledak hebat dan menjadi besar hingga memenuhi lubang raksasa. Tanah di tempat itu hancur bersama makhluk-makhluk yang terbakar oleh cahaya Matahari buatan tersebut. Terdengar suara bergemuruh saat tempat itu hancur.Ibukota Madangkara yang semula sudah hancur oleh gelombang ledakan dari kekuatan Kahiyang Dewi amblas masuk kedalam tanah setelah Matahari buatan Bara Sena meledak dan meruntuhkan lubang raksasa di dalamnya.Puluhan ribu makhluk mati terbakar didalam sana. Meski tanah mengubur lubang raksasa tersebut, Matahari ciptaan Bara masih tetap menyala terang. Ukuran matahari itu jauh lebih besar dari Matahari yang terakhir Pendekar Golok Iblis ciptakan.Gerbang merah muncul di atas bukit ya
Antaga terdiam mendengar gertakan Jaka Geni yang jelas bukanlah main-main baginya."Kau mengungkit kenangan buruk itu anak muda. Sungguh tak bisa ku percaya, adikku kalah olehmu. Betapa lemahnya dia setelah menjadi penguasa hanya karena parasnya. Kau pikir aku akan takut dengan gertak sambal yang kau lontarkan!? Aku bukanlah Manikmaya yang memiliki sedikit perasaan welas di dalam hatinya...Kau akan merasakan ancaman yang sesungguhnya dari kami yang ada di dunia bawah anak muda!" kata Antaga sambil melotot.Jaka Geni tersenyum kecil. Kedua matanya seketika menyala merah. Saat itu juga bumi berguncang hebat hanya karena Batara Geni mengerahkan kemampuan."Antaga...Jangan kau pikir aku hanya mengancam dirimu. Aku bisa melacak tubuhmu meskipun kau bersembunyi di balik Neraka sekalipun. Bagaimana? Apakah kau ingin pembuktian?" kata Jaka Geni lalu tangan kirinya terangkat kedepan. Jari telunjuknya mengarah ke Antaga yang tak bergeming di tempatnya."Kau ingin mengajak peperangan denganku?"
Sun Wukong membuka matanya dengan nanar. Cahaya kuning keemasan keluar dari dalam tubuhnya dan menyala hingga beberapa saat lamanya. Dia menatap kearah dua tangannya sambil tersenyum lebar."Aku...Aku baru saja menembus tingkat akhir yang sudah lama aku harapkan! Sebentar lagi aku akan menjadi Dewa Pelindung!" teriaknya kegirangan.Bara Sena dan Kahiyang Dewi yang duduk tak jauh darinya saling pandang dan tersenyum. Tiba-tiba Raja Kera Iblis itu sudah berada di depannya dan langsung memeluk Bara dengan erat sambil tertawa-tawa."Terimakasih saudaraku! Terimakasih saudaraku! Sekarang kau adalah saudaraku!" teriaknya sambil terus memeluk erat. Kahiyang Dewi yang melihat itu tak bisa menahan tawanya. Dia pun tertawa sambil menutup mulutnya. Sementara, Bara Sena tak berkutik dipeluk oleh makhluk berbulu tersebut."Hei! Kau bisa membunuhku dengan bulu-bulumu!" teriak Bara berusaha mendorong tubuh Sun Wukong. Namun karena makhluk itu sangat kuat, dia tak bisa melepaskan pelukannya. Hingga
"Lep...Lepaskan a..aku!" lirih Raja Pati yang mulai merasakan dingin di seluruh tubuhnya. Dia mulai lemas dan tidak mampu lagi menggerakkan tangannya. Dewi Saci membuang mukanya kearah lain. Saat itu juga cacing merah yang melilit leher pria itu pun melonggarkan lilitannya sehingga dia terlepas dan roboh diatas batu."Katakan apa yang ingin kau katakan sebelum aku membunuhmu. Kesabarannku sudah habis, Sakra!" kata Dewi Saci.5000 tahun yang lalu...Istana Keluarga Dewa Perang Luo Bao nampak meriah. Banyak pernak pernik yang terpasang di setiap bangunan yang ada di wilayah Keluarga Luo Bao. Hari ini adalah hari untuk memperingati naiknya keluarga Luo ke Kahyangan Utara.Keramaian itu semakin marak saat Istana Luo mendapat seorang tamu dari selatan. Luo Bao sebagai pemimpin keluarga datang menyambut tamu istimewa tersebut di depan gerbang istana. Satu sosok pria gagah berparas tampan dengan wajah terkesan keras dan angkuh melangkah turun dari kereta terbang yang ditarik oleh kuda terban
Luo Bao tidak berkutik mendengar apa yang Luo Yixi katakan. Karena gadis itu berkata apa adanya. sambil menghela napas dia pun berdiri dengan tegap sambil menatap kearah gadis tersebut."Baiklah, aku kalah." ucapnya pendek.Beberapa Dewa pelayan segera masuk ke halaman dengan tergopoh-gopoh sambil membawakan pakaian sang Dewa Perang. Pria besar itu pun segera mengenakan pakaian miliknya."Sayang sekali Dewa Indra...Baru saja aku mulai merasakan kesenangan, pertarungan ini harus berakhir begitu saja. Aku menyesal bertaruh 10 jurus denganmu. Lain kali, aku akan menunggu saat kita berhadapan dan adu kekuatan. Aku penasaran, seberapa kuat dirimu, Dewa Indra." kata Luo Bao.Dewa Indra melayang turun lalu menyatukan kedua telapak tangannya sambil tersenyum."Kau terlalu memuji Dewa Luo, itu tadi hanyalah sebuah keberuntungan. Kau bahkan hampir saja membunuhku. Tentu saja akan menjadi tantangan tersendiri jika aku harus melawan orang yang pernah bertarung melawan Dewata Wisnu..." ucap Dewa I
Raja Swargapati terdiam terpaku dengan mata melotot. Ingatan yang Dewi Saci tancapkan kedalam kepalanya membuat dia merasa kesakitan yang luar biasa. Tidak hanya itu, cara wanita tersebut menancapkan cacing kecil di kepalanya sama seperti dengan menusukkan sebilah pisau tanpa peduli rasa sakit yang harus dia rasakan. Bahkan darah pun mulai keluar dari mata dan hidung pria tersebut."Kau sudah ingat semuanya? Atau masih belum mengingat janji yang kau umbar waktu itu? Apakah aku perlu menambah lagi ingatan lainnya?" tanya wanita dengan wajah separuh hancur tersebut."Tidak...Cukup...! Aku mohon hentikan ini Saci!" ucap jelmaan Dewa Indra tersebut memelas.Dewi Saci menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia menyeringai lebar dan dari dalam sela daging rusak di wajahnya keluar beberapa cacing yang berjatuhan di atas lantai batu."Aku mengalah selama 5000 tahun...Menjaga tubuh milikmu yang akan dijadikan wadah. Kau berjanji setalah tragedi di Kahyangan Selatan kau akan mencintaiku dan menjadikan
Bara membuka gerbang merah yang mengarah ke lantai ujian Pagoda Dewa. "Masuklah Sun," kata Bara.Tanpa ragu lagi, Raja Kera Iblis itu langsung melompat masuk kedalam gerbang merah. "Apakah ada yang ingin melanjutkan Ujian Pagoda Dewa? Mungkin saja kalian ingin menyelesaikan Ujian ini seperti Kahiyang Dewi." tanya Bara kepada para pengikutnya.Rui Yun maju kedepan."Aku akan mengikuti ujian itu. Apakah boleh?" tanyanya.Pendekar Golok Iblis menatap wajah Rui Yun yang hampir mirip dengan Shi Yun. Dia menganggukkan kepalanya. Wanita itu pun masuk kedalam gerbang merah. Beberapa orang yang lain pun menyusul sesuai ujian terakhir yang mereka jalani.Hingga tersisa Kahiyang Dewi seorang yang sudah menyelesaikan Ujian tersebut. Bara menutup kembali gerbang merah lalu dia pun melangkah masuk kedalam kamarnya. Wanita berambut panjang sepinggang itu pun menyusulnya dengan langkah anggun di belakangnya."Apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanyanya."Aku akan menyelesaikan sesuatu terlebih da