Bara Sena menatap goa yang terlihat megah dari luar. Nampak empat pilar merah yang berdiri didepan mulut goa. Dan didepan goa tersebut terlihat halaman yang cukup luas membuat goa itu menjadi goa terbaik yang ada di Dunia Golok Luo Tian Long. "Tempat ini berbeda dengan dua goa sebelumnya? Apakah penghuninya lebih mengerikan dari dua Dewa dan Dewi tadi?" tanya Bara."Kali ini yang kita kunjungi adalah Iblis Darah Langit bernama Guo Jiu. Iblis ini lebih tua dari empat Legenda Iblis yang terkenal itu. Dan dia adalah satu-satunya Iblis dengan Ras Darah Langit..." kata Luo Zhen."Kemampuan Guo Jiu adalah menciptakan badai darah yang bisa membunuh jutaan manusia dalam sekejap. Itu sebabnya, dia diburu oleh para Dewa di Utara dan berhasil di kalahkan oleh Luo Ba, anak dari Luo Zhen," kata Tian Zu Ning."Keluarga Luo ini, apakah mereka semua itu hebat-hebat? Banyak musuh kuat dan Sakti yang berhasil dikalahkan dengan Golok ini..." tanya Bara.Luo Zhen tersenyum."Anak muda, keluarga Luo sej
Luo Zhen dengan gerakan kilat sudah berada didepan Guo Jiu. Tapi saat tinjunya hampir menghujam ke tubuh Iblis Darah Langit tersebut, tiba-tiba muncul Rantai Hijau yang mengikat tangan Luo Zhen.Rantai Hijau itu mencengkram dengan kuat lalu menariknya hingga tubuh pria tua itu terseret menjauh dari Guo Jiu yang rupanya sudah menanti serangan tersebut dengan semburan kabut merah miliknya.Kabut merah itu menerjang dengan cepat kearah Luo Zhen. Bara langsung menghentakkan kaki ke tanah. Dinding es muncul menghalangi kabut merah tersebut sehingga Luo Zhen tidak terkena serangan yang cukup berbahaya dari Guo Jiu.Kabut merah itu mengerubuti dinding es yang Bara kerahkan. Saat kabut itu menghilang, dinding es tersebut juga ikut menghilang entah kemana. Luo Zhen yang melihat itu benar-benar dibuat terkejut."Kau hampir saja mati bodoh!" umpat Tian Zu Ning.Guo Jiu menatap kearah Bara Sena yang tadi menghalangi kabut merah miliknya."Sialan kau...! Hampir saja aku membunuh pria tengik itu ji
Bara Sena tertegun mendengar apa yang dikatakan oleh Luo Zhen. Sementara Tian Zu Ning tidak berkata apa-apa. Wanita itu memang lebih banyak diam ketimbang pria tua leluhur keluarga Luo tersebut."Kenapa aku bisa mati jika aku menerobos masuk?" tanya Bara."Aku sudah katakan padamu, kau belum saatnya memasuki istana ini. Aku sendiri belum pernah memasukinya...Aku hanya bisa berdiri sampai ditempat ini, Tian Zu masih memiliki dendam padaku sehingga tidak mungkin aku bisa masuk kedalam sana," kata Luo Zhen.Bara menoleh kearah Tian Zu Ning."Benarkah apa yang dia katakan?" tanya Bara."Kau boleh mencobanya jika kau tidak percaya. Tapi aku tidak bertanggung jawab jika terjadi sesuatu padamu. Istana yang tercipta dari sebagian besar kekuatan milikku ini memiliki kesadaran sendiri. Kesadaran itu adalah ingatan lama yang penuh dengan dendam. Jadi, selain diriku, sudah pasti dia akan menyerang orang lain yang berusaha memasuki istana. Aku beri sedikit berita mengenai kekuatan dari Istana ini.
Hanya dalam waktu beberapa saat saja bagi Bara untuk sampai di Istana Luo Tian. Tanpa basa basi dia langsung mendobrak gerbang hijau yang ada didepannya. Namun alangkah terkejut nya pemuda itu saat rantai hijau muncul dari dalam gerbang tersebut dan langsung menghantam tubuhnya.Bara pun segera melompat mundur dan menciptakan Anak Panah Angin untuk menghalau serangan tersebut.Wusss!Daarrr!Rantai hijau itu pun tertahan sejenak di udara. Namun setelah itu kembali menyerang Bara Sena. Sementara itu, Rantai yang terbelenggu es dan rantai ungu berhasil menghancurkan belenggu tersebut dan kembali ke istana dengan cepat."Gawat! Rencanaku gagal! Ternyata masih ada Rantai yang lain di dalam istana...Ditambah rantai tadi sudah berhasil menghancurkan belenggu yang aku ciptakan..." batin Bara.Luo Zhen dan Tian Zu mendarat di halaman luas istana Luo Tian. Dari wajah Tian Zu, terlihat perasaan cemas setelah melihat Rantai hijau yang ternyata masih ada di dalam istana."Apa yang akan dia lakuka
Pedang Es Raksasa semakin mendekat dan siap menghujam bangunan besar tersebut. Saat itulah muncul rantai hijau dengan jumlah yang sangat banyak menahan gerakan pedang tersebut. Rantai-rantai itu melilit tubuh Pedang Es Raksasa tersebut hingga ke atas. Pedang itu pun tertahan dan diam diatas istana setelah Rantai Hijau itu berhasil melilit seluruh tubuh pedang hingga tak tersisa. Namun karena beratnya pedang tersebut, Rantai Hijau yang berjumlah tak kurang dari 500.000 itu harus bertahan dengan keras.Sementara itu, Bara Sena masih sibuk menyatukan kekuatan api dan es. Setelah bertahan dari tekanan dua kekuatan yang saling berlawanan tersebut akhirnya dua kekuatan itu menyatu menjadi satu bola dengan kekuatan api dan es."Aku menyatukan kekuatan angin dan api lebih mudah ketimbang es dengan api...Apakah kau tahu kenapa?" tanya Bara pada Cakara."Tentu saja penggabungan es dan api akan lebih sulit karena elemen yang berlawanan. Jika kau menggabungkan api dengan angin, itu sangat mudah k
Bara Sena sangat terkejut dengan apa yang Tian Zu Ning lakukan padanya. Wanita itu tiba-tiba saja mencium bibirnya dan menyuruhnya untuk menggigit bibir Dewi Naga tersebut. Tak hanya itu, dia juga menyuruh sang Pendekar untuk menghisap darahnya.Meski rasa penasarannya cukup tinggi, mengingat wanita itu berpesan jika dia ingin hidup dia harus menghisap darah wanita tersebut, Bara pun melakukan apa yang diperintahkan Tian Zu. Dia menggigit bibir wanita cantik itu hingga berdarah dan langsung menghisapnya."Rasanya panas..." batin Bara."Lakukan saja. Kau tidak tahu, saat seorang Naga memberikan darahnya, itu artinya dia telah mempercayai orang tersebut dan memberikan sebagian kekuatan padanya," kata Tian Zu melalui telepati. Kedua matanya terpejam saat Bara menggigit bibirnya dan menghisap darahnya. Meski pemuda itu merasakan panas dari darah Tian Zu, dia tetap menelan darah tersebut. Entah kenapa tubuhnya tiba-tiba saja terasa mendidih. Rasa yang hampir sama saat dia menerima Inti Ji
Bara Sena membuka kedua matanya. Hal pertama yang dia lihat adalah Golok Luo Tian Long yang menancap di lantai."Aku sudah kembali...? Tian Zu...Luo Zhen...Aku belum bertemu mereka sebelum kembali kesini. Sepertinya mereka yang mengantar sukma ku kembali kedalam raga...Tian Zu...Aku belum sempat melihat wajah cantikmu lagi..." batin Bara. Dia pun meraba bibirnya. Ingatan nya melayang saat dia dan Tian Zu saling berciuman."Aku berhasil memerintah Rantai Hijau kembali kedalam Istana Luo Tian. Apakah itu artinya saat ini aku bisa mengendalikan kekuatannya?" ucap pemuda itu dalam hati sambil bangkit berdiri.Dia mencabut Golok yang menancap di lantai."Saat ini, namamu akan aku ganti. Kau bukan lagi Golok Luo Tian Long, tapi saat ini kau adalah Golok Iblis! Dan aku akan memberi julukan pada diriku sendiri sebagai Pendekar Golok iblis!" ucap Bara dengan suara lantang.Golok besar di tangan nya tersebut bergetar hebat lalu memancarkan cahaya merah kehijauan seolah menerima nama tersebut de
Bara Sena berdiri diatas arena sambil menatap kearah Iblis yang baru saja dia pukul hingga mencelat keluar arena. "Pemenangnya adalah...Hei, namamu siapa!?" teriak moderator yang ada disana. Dia ternyata duduk diatas bola biru berukuran cukup besar yang melayang di udara. Bara Sena mengangkat kepalanya dan menatap pria tersebut."Aku Pendekar Golok Iblis!" sahut Bara sambil menyeringai."Cih, sombong sekali kau dalam berkata. Baiklah! Pemenangnya adalah Pendekar Golok Iblis! Pendatang baru di dunia ini!" teriak moderator yang menurut Bara adalah seorang Dewa tingkat bawah atau sejajar dengan Shi Yun.Tak ada suara menyahut seperti gemuruh teriakan atau tepuk tangan. Semua orang menatap kearah Bara Sena yang berdiri di atas arena sambil sedekap tangan."Pendekar, Iblis itu berhasil kau kalahkan. Kau bisa mengambil Inti Jiwanya sekarang. Jika kau tidak mengambilnya, maka inti Jiwa itu akan diambil orang lain." kata Moderator yang membawakan acara pertarungan di arena Kematian tersebut.
Sosok wanita yang baru saja membukakan pintu terkejut dengan kemunculan pemuda tampan yang tahu nama dirinya dan siapa suaminya. "Kau siapa? Bagaimana kau bisa tahu namaku?" tanya wanita tersebut. "Aku tahu dari Kahiyang Dewi semua tentang Gandi dan dirimu. Bolehkah aku masuk? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," kata Bara. "Oh...Sebentar, aku sendirian di rumah ini..." ucap wanita itu seolah enggan menerima tamu seorang pemuda tampan yang dia tak tahu siapa orang tersebut. "Ada aku Sinta," terdengar satu suara dari balik tubuh Bara Sena. Saat wanita itu melongok keluar pintu, dia melihat Raja Kartikeyasingha yang berdiri di belakang sang Pendekar Golok Iblis. "Paman...! Kalau begitu silahkan masuk!" kata Sinta sambil membuka pintu lebar-lebar. Dia merasa tenang setelah melihat Raja Kalinggapura tersebut ada disana. Itu artinya dia tidak sendirian. Bara dan Raja duduk di sebuah kursi kayu. Sementara Rara Sinta membuatkan minuman panas. Aroma teh yang wangi mengingatkan B
Tak terasa, perjalanan Bara Sena dan armada Kekaisaran Zhou sudah memasuki kawasan laut Jawa. Itu artinya sebentar lagi mereka akan sampai di Pelabuhan Kalingga. Sebelum sampai kesana, Bara mengajak semua pengikutnya untuk memasuki Lantai Rahasia yang dia dapatkan setelah mengalahkan Dewa Hong di Lantai 100 Ujian Pagoda Dewa.Di lantai tersebut Bara menemukan banyak harta Karun yang tentu saja tidak dia makan sendiri. Para pengikutnya pun mendapatkan banyak harta Karun untuk menunjang kemampuan bertarung mereka. Bara mendapatkan satu gelang perak yang memiliki kemampuan untuk menahan tenaga dalam. Dia memberikan gelang tersebut kepada anaknya yang masih kecil dari Dewi Biru Xue Ruo bernama Meili Tianshi. Hal itu dikarenakan gadis bayi itu belum mampu mengendalikan kekuatannya yang sangat besar. Akan sangat berbahaya jika sampai tak terkendali diluar sana. Meili bisa menjadi bencana bagi manusia.Harta Dewa Hong terlalu banyak sehingga mereka semua bingung memilih harta untuk kemampuan
Clep!Ranting itu menancap di bagian paling memalukan Dewa Angin Hong Li. Sontak saja hal itu membangunkan Dewa yang baru saja terkapar setelah terkena jurus ilusi milik Kala."Bocah keparat! Apa yang kau lakukan padaku!?" teriak Dewa Hong marah namun dia tak bisa bergerak sama sekali."Oh...! Maaf! Aku kira kau sudah mati!" sahut Bara lalu dia membuang ranting yang dia gunakan untuk menyogok tubuh Dewa tersebut."Aku kalah darimu...Kau pantas menjadi pemilik Pagoda Dewa ini..Dan sebagai hadiah, kau akan mendapatkan sebagian kekuatan yang aku simpan di dalam peti ini...Anggap saja ini sebagai hadiah untuk pemilik baru, bukan hadiah karena kau telah mengalahkan aku. Namun tetap saja, kau akan mendapatkan hadiah sesuai yang telah di tetapkan di Ujian Pagoda Dewa ini..." kata Dewa Hong masih dalam keadaan tengkurap.Sebuah peti perak muncul di hadapan Bara Sena. Dengan rasa penasaran yang tinggi, pemuda itu pun membuka peti tersebut. dan didalam peti itu nampak sebutir pil berwarna putih
Blaaaarrr!!!Ledakan keras menggelegar terdengar saat tinju Bara Sena menghujam. Awalnya pemuda itu yakin serangannya akan membuahkan hasil. Namun ternyata, Dewa Hong tak semudah yang dia kira. Sesuatu yang menyerupai penutup kepala untuk prajurit perang menutupi kepala pria bernama Hong Li tersebut. Dan pelindung kepala itu tercipta dari kekuatan angin miliknya. Ledakan keras tercipta setelah tinju Bara menghantam pelindung tersebut dikarenakan pelindung itu memiliki kekuatan badai yang mampu menahan serangan apa pun!Disaat Bara tercengang dan kaget dengan apa yang dilihatnya, tangan Dewa Hong tiba-tiba saja sudah mencengkram kaki kanannya. Lalu denga satu kali tarikan, tubuh pemuda itu pun menghantam tanah dari pulau terbang tersebut dengan sangat keras hingga tanah itu hancur."Kau cukup pandai juga. Tapi sayangnya aku bukan Dewa lemah yang bisa dengan mudah kau kalahkan anak muda!" kata Dewa Hong lalu dia kembali mengayunkan tubuh Bara yang masih ada dalam cengkraman tangannya ke
Tubuh sosok bersayap kelelawar itu terbakar hebat dan seketika berubah menjadi abu dalam waktu sekejap mata. Dan yang tersisa disana hanya ada satu butiran kecil yang menyala. Itu adalah Inti Jiwa dari makluk tersebut. Bara mengarahkan tanganya ke benda tersebut sehingga benda berbentuk kelereng itu melayang terbang kearahnya.Setelah Inti Jiwa dari makhluk tersebut ada di tangannya, Bara tersenyum kecil."Aku kira akan menjadi Inti Jiwa yang bagus...Huh, ternyata hanya setingkat ini." gerutu nya lalu dia pun menelan butiran inti jiwa tersebut. Yui yang melihat itu terkejut."Hei! Kau langsung telan Inti Jiwa itu mentah-mentah!?" serunya.Bara menoleh dan alis kanannya sedikit terangkat."Kenapa?" tanyanya."Kau...Apakah kau sering melakukan ini?" tanya Yui yang masih ada di gendonga pemuda tersebut."Tentu saja dan itu tak masalah sama sekali bagiku," kata Bara."Bodoh! Kau menyiksa tubuhmu sendiri jika kau melakukan itu dalam waktu lama!" kata Yui membuat mata Bara terbelalak."Apa
Bara Sena melangkah dengan perlahan memasuki Hutan Mati dimana semua pohon yang ada disana hanyalah pohon kering tanpa daun sama sekali. Yui yang berada di gendongan punggung sang pemuda hanya bisa ikut mengawasi keadaan di sekitar dengan waspada."Tak ada pergerakan apa pun yang aku rasakan," kata Bara dengan suara lirih."Justru karena sepi seperti ini kita harus meningkatkan kewaspadaan...Aku merasa gelisah sejak tadi...Kau tahu bukan, bagaimana seekor ular yang gelisah merasakan hawa kehadiran yang tidak jelas?" sahut Yui membuka Bara mengangguk paham.Setiap langkah kaki pemuda itu meninggalkan jejak api yang menyala. Setelah perjalanan hampir mencapai di Kuil, barulah Bara Sena merasakan ada sesuatu yang mengikutinya dari belakang."Sepertinya mereka mulai datang...Aku bisa merasakan ada beberapa ekor yang mengawasi pergerakan kita," bisik Yui."Aku tahu. Tenang saja, setelah sampai di Kuil, kau cukup duduk saja dan menantiku..." kata Bara. Yui mengangguk pelan.Pendekar Golok I
Bara Sena yang saat itu dalam wujud Iblis Neraka melangkah melewati bebatuan tinggi yang tersebar di sejauh mata memandang."Apa di tempat ini hanya ada batu-batu aneh seperti ini?" tanya Bara."Benar. Lembah ini dipenuhi oleh batu-batu ini. Tapi, ada beberapa wilayah seperti hutan mati, lalu ada juga wilayah yang bersalju. Sejauh ini hanya itu yang aku tahu," kata Yui."Hm...selama ribuan tahun, kau juga tak menemukan keberadaan Mahkota Raja itu sama sekali?" tanya Bara.Yui tersenyum kecut."Kau sudah tahu itu.Kalau aku menemukan mahkota tersebut, tidak mungkin aku terus berada di tempat aneh ini terpenjara seumur hidup." kata Yui dengan wajah terlihat kesal.Bara hanya tersenyum kecil melihat wajah cemberut Yui. Dia kembali melangkah dan wanita itu mengikutinya dari belakang. Setelah berjalan cukup lama menembus bebatuan yang menjulang tinggi, tiba-tiba Bara Sena mendadak berhenti."Tunggu...! Didepan sana ada sesuatu..." ucap pemuda tersebut.Yui yang berada di belakang Pendekar G
Bara Sena tertegun mendengar apa yang wanita itu katakan. Dia sama sekali tak terpikir bahwa lembah itu hanya untuk menghukum atau mengutuk para Dewa saja. Itu sebabnya lembah tersebut bernama Lembah Kutukan Dewa."Tapi...Kenapa kekuatan Iblis di dalam tubuhku tak bisa keluar?" nyeletuk pemuda tersebut tanpa sadar membuat wanita itu berjalan mengitari api unggun lalu mendekat kearah Bara Sena. "Iblis? Jadi didalam tubuhmu ada iblis?" tanya wanita tersebut.Bara sempat ragu dan merasa menyesal sudah berkata yang seharusnya tidak dia katakan. Tapi karena sudah kepalang tanggung, akhirnya dia menjawab dengan anggukkan kepala. Wajah wanita itu tiba-tiba menjadi terlihat berseri."Kalau begitu, kau bisa memiliki kekuatan Iblis itu!" serunya sambil meraih tangan Bara Sena. Sontak saja pemuda itu menarik kembali tanganya dari tangan wanita tersebut."Bagaimana caranya?" tanya Bara. Dia melihat wajah tak suka dari wanita itu setelah tangannya yang tengah di pegang oleh si wanita dia tarik ke
Suara aneh yang terdengar mendesis itu adalah suara seekor ular kobra berukuran sangat besar. Ular tersebut mengitari batu tempat dimana Bara bersembunyi dengan melata tanpa suara. Hanya sesekali terdengar suara mendesis dari lidahnya yang juga sesekali keluar dari mulutnya untuk mencari keberadaan mangsa yang tengah dia incar. Dan saat ini, mangsa yang tengah dia buru adalah Bara Sena yang bersembunyi dibalik celah batu tersebut."Sialan...! Kenapa aku menjadi ketakutan seperti ini menghadapi makhluk rendah seperti mereka..? Padahal mereka hanyalah binatang biasa..." batin Bara dengan keringat dingin yang mulai bercucuran.Ular itu kembali mendesis dengan suara yang lebih keras. Dan perlahan-lahan kepalanya mendekati celah dimana Bara Sena berada. Namun karena saking besarnya, kepala ular itu tak bisa masuk kedalam celah batu. Beruntung sekali pemuda itu karena dua binatang yang mengincar dirinya memiliki ukuran tubuh yang tak biasa.Beberapa kali kepala ular itu mencoba untuk masuk