Yang Yue Fei benar-benar tak habis pikir dengan bayi yang baru saja dia lahirkan. Bayi itu mengaku bernama Antasena dan mengatakan bahwa dia mendapat nama dari seorang paman berwujud manusia kepala gajah yang tidak lain dan tidak bukan adalah Dewa Ganesha."Aku bisa lebih cepat berkembang karena tempat ini. Seharusnya aku tetap sama seperti bayi-bayi lain yang baru lahir. Tempat ini, membuat diriku cepat berkembang..." kata Antasena."Jadi begitu ya... Lalu, apakah kau sudah tahu siapa ayahmu?" tanya Yue Fei.Bayi yang baru saja lahir itu menyeringai. Hal itu membuat Yue Fei berpikir bahwa anaknya tersebut tidak ada lucu-lucunya sama sekali karena di usianya yang masih sangat kecil sudah bisa berbincang-bincang dengan dirinya. Apalagi setelah baru saja dia melihat bayi itu meyeringai layaknya orang dewasa. "Benarkah aku melahirkan anak seperti ini? " batin Yue Fei. "Tentu saja aku tahu siapa ayahku. Dia bukan ayah yang baik," kata Antasena. Kedua mata Yue Fei membesar mendengar uca
Bara Sena dan Hu Shi Yun mencari keberadaan istana Jiangsu yang menghilang dari tempatnya. Setelah cukup lama mencari, akhirnya mereka menemukan istana yang saat ini bergeser sejauh hampir seribu tombak dari tempat semula.Saat kedua orang itu datang dan mendarat di gerbang istana, semua orang menyambutnya termasuk ribuan Pasukan Kematian milik Kaisar Zhou Yin.Mereka semua memberikan penghormatan kepada Bara Sena yang dianggap sebagai pahlawan.Raja Xue menyambut kedatangan Bara didepan halaman istana bersama sang putri, Xue Ruo."Menantuku, sepertinya kau harus segera menemui dua orang itu..." kata Raja Xue.Bara mengangguk. Dia menoleh kearah Xuer Ruo, gadis yang belum lama dia nikahi. Pemuda itu mendapat kabar tidak mengenakkan dari Hu Shi Yun mengenai Dewi Biru yang tidak berusaha membantunya."Adik, aku ingin bicara denganmu setelah urusan dengan dua orang itu selesai," ucap Bara lalu melangkah memasuki istana di ikuti oleh
Bara Sena menatap cincin yang ada di tangannya. Lalu dia pun membandingkan dengan cincin akik ijo miliknya."Bentuknya sama..." gumam nya."Tentu saja sama. Karena cincin yang kau kenakan adalah cincin Raja Iblis Neraka yang lainnya. Sebenarnya aku merasa aneh dengan cincin yang kau kenakan, bagaimana bisa kau mengenakan cinci iblis itu?" tanya Dewi Biru.Bara menatap kearah Dewi Biru lalu berganti menatap Xue Ruo. Dua sosok yang berbeda. Tapi keduanya sudah sah menjadi istrinya."Aku mendapatka cincin akik ijo ini dari Ganesha. Dan tanpa aku duga, aku bertemu dengan pemiliknya yang sudah mati di Makam Bukit Batu yang ada di Hutan Kematian," kata Bara."Ganesha? Bagaimana bisa dia memiliki cincin itu?" gumam Dewi Biru sambil mengelus dagunya. Dia mondar-mandir sambil mengernyitkan kening. Terlihat bahwa dia tengah berpikir keras."Kau sudha tahu bukan, bahwa dia adalah anak Dewi Durga?" tanya Bara membuat Dewi Biru tersentak
Bara menatap dua peti yang ada didepan nya. Itu adalah hadiah yang dia dapatkan setelah menyelesaikan ujian di lanta pertama. "Harus memilih salah satu ya? Hm... Sepertinya, peti kayu memiliki sesuatu yang bagus. Tapi, peti besi juga membuatku penasaran..." gumam pemuda tersebut. Setelah cukup lama berpikir, akhirnya Bara pun mengambil peti kayu dimana didalamnya terdapat senjata Pedang tingkat bumi. Setelah tahu isinya, Bara merasa sedikit kecewa. Karena pedang tingkat bumi tak bisa dibandingkan dengan Pedang Es Abadi milik Cakara yang sudah berada di tingkat dewa. "Tapi tidak buruk juga mendapatkan pedang ini. Sepertinya Pedang Es ikut terhisap oleh Pedang Penyegel Jiwa milik Orochi... " batin Bara Sena. Pedang tingkat Bumi yang dia dapatkan adalah pedang sisik hijau. Memiliki kekuatan pertahanan yang cukup kuat untuk menahan serangan pedang yang berada di tingkatnya.Bara memejamkan kedua matanya. Saat dia membuka mata, dia su
Raja Api pun tewas setelah terkena serangan Bor Es Langit milik Yang Yue Fei. Wanita itu terlihat kelelahan setelah pertarungan panjang melawan Raja Api. Bara tersenyum melihat kekasihnya itu berhasil membunuh Raja Api dengan tangannya sendiri. "Dia memiliki kekuatan angin untuk mendorong serangannya menjadi lebih kuat. Kalau tidak salah, dia memilih peti besi saat memenangkan pertarungan melawan Raja Suro," kata Bara. "Memang benar apa yang ayah ucapkan. Ibu memilih peti besi atas permintaan dariku. Karena senjata pedang sisik hijau tidaklah begitu berguna untuk nya. Kita akan lihat, hadiah apa yang ditawarkan kali ini dengan usaha yang ibu sendiri lakukan," sahut Antasena. "Mendengar kau berbicara, aku merasa tengah berbincang dengan diriku sendiri... " ucap Bara lalu dia pun mendatangi Yue Fei yang masih duduk bersila sambil mengatur pernapasan. "Bagaimana? apakah kau merasa puas sudah mengalahkan Raja Api? Sekarang giliranku
"Sumur Kuno!?" seru Bara saat dia melihat sebuah sumur di dasar goa.Pemuda itu melesat turun ke dalam sana tanpa pikir panjang lagi. Tiba-tiba saja dari arah sumur tersebut keluar gelombang yang menyerang Bara Sena.Wuuuusss!Pemuda itu dengan cekatan segera menciptakan perisai badai untuk menahan serangan yang tak tahu dari mana sumbernya.Darrrr!!!Ledakan yang cukup keras pun terjadi membuat goa bergetar. Bara Sena terdorong ke belakang setelah menahan serangan tersebut."Ughhh!"Serangan tadi membuat perisai badai miliknya seolah memuai begitu saja. Hal itu cukup membuat Bara terkejut. Dia segera kembali menciptakan perisai untuk melindungi tubuhnya. Kali ini pemuda itu menggunakan Perisai cahaya."Serangan dari dalam sumur tidak main-main. Apakah kali ini aku mendapat lawan yang setingkat Dewa?" batin pemuda tersebut.Saat pemuda itu kembali mendekat kearah sumur yang ada di dasar goa terseb
Anak panah raksasa yang Bara Sena ciptakan dari kekuatan angin itu menghantam tubuh Raja Ular Bangkai dengan telak.Blar!Karena anak panah itu lebih besar dari tubuh Raja Ular Bangkai, tubuh Raja Ular itu pun hancur separuh. Tubuh bagian atasnya menghilang dan menyisakan tubuh bagian bawah saja."Cih! Menyebalkan!" umpat Bara Sena dengan napas sedikit memburu. Dia sedikit menyesal menggunakan kekuatan penuh untuk mengalahkan Raja Ular Bangkai tersebut."Sepertinya hanya dengan separuh kekuatan saja sudah cukup...Tapi tak apalah...Yang penting makhluk ini sudah aku kalahkan...Pemandu! Kenapa diam saja!?" Tak ada sahutan apapun dari pemandu tersebut. Hal itu membuat heran Bara Sena."Apakah makhluk didepanku ini belum mati?" batin pemuda tersebut.Dia menatap kearah potongan tubuh Raja Ular Bangkai yang tergeletak di atas batu. Jelas-jelas potongan tubuh itu tak bergerak sama sekali.Lalu pandangan matanya
Bara Sena menatap Raja Elang Langit yang berdiri tegap menatap tajam kearahnya."Kau memiliki Anting Surgawi milik Dewa Angin Hong Li. Siapa kau manusia?" tanya Raja Elang Langit."Kau bisa bersuara juga ternyata? Matamu jeli juga melihat anting ini..." sahut Bara."Katakan saja, darimana kau mendapatkan itu? Setahuku, Dewa Hong bukanlah seorang dewa yang suka memberikan tanpa pamrih," kata Raja Elang Langit.Bara Sena menyeringai."Kau tahu apa tentang dia? Bukankah semua jiwa yang tertahan di setiap lantai ini adalah musuh-musuhnya di masa lalu? Sudah pasti jiwa sepertimu akan mencelanya tanpa tahu kebenarannya. Kita sudahi pembicaraan yang tidak bermanfaat ini. Aku ingin mencoba kekuatan baru milikku ini. Sebelumnya kau sangat cepat dalam menghindari serangan...Kebetulan, serangan ku adalah kecepatan...Kita lihat,siapa yang paling cepat di antara kita..." kata Bara sambil mengepalkan tinjunya."Huh!? Sombong!" geram Raja Elang Langit lalu dia pun melayangkan tinjunya ke wajah Bara