Empat gadis itu saling pandang. Mereka menatap kearah cincin biru yang mereka kenakan. "Cincin itu akan memudahkan pertemuan kita nanti. Saat ini, aku hanya bisa melakukannya dengan Yue Zu. Nanti saat aku memiliki waktu, aku akan datang lagi ke Dunia ini." kata Bara Sena. "Jadi, cincin ini sebenarnya untuk apa?" tanya Yue Mey. "Kau akan tahu nanti. Saat aku meminta cincin itu kembali padaku, maka dia akan membawa tubuh salah satu dari kalian padaku, sesuai urutan tetua di Sekte Awan Es," terang Bara. "Jadi, kau tidak akan melakukan nya disini lagi?" tanya Yue Cang. Bara tersenyum. "Dunia milikku ini luas, dan ini adalah rumah Yue Fei. Bukankah tidak pantas melakukan hal itu di rumah orang lain? Apalagi dia adalah kakak pertama kalian," ucap Bara membuat para gadis itu jengah. Yue Fei tersenyum mendengar hal itu. "Kalau begitu, aku akan pergi dulu. Aku merasakan firasat buruk beberapa waktu yang lalu
Jaka Geni melangkah masuk kedalam hutan pohon kelapa yang tumbuh sangat rimbun. Iswara Aninda mengikutinya dari belakang dengan perasaan was-was. Hingga saat kedua kakinya memasuki satu wilayah yang memiliki aura kabut cukup pekat, wanita cantik itu terdiam terpaku seketika. "Apa yang terjadi...? Tiba-tiba saja tubuhku menjadi lemas..."Jaka Geni menoleh ke arah istrinya lalu meraih tangan lembut wanita itu sambil tersenyum. "Seperti inilah Penjara Dewa. Kau akan sangat terkejut saat pertama memasuki tempat ini." ucap nya. "Aku merasa tubuhku sangat berat dan sulit sekali untuk berjalan..." sahut Iswara Aninda dengan wajah yang terlihat pucat. "Kekuatanmu akan menghilang saat kau memasuki wilayah ini. Itu sebabnya kau merasa lemas dan tidak berdaya. Saat ini, kau tidak ubahnya seperti manusia biasa," kata Jaka Geni sambil menuntun istrinya berjalan. Dia ingat betul saat dirinya bersama dua istrinya, Ling-
Jaka Geni bersama istrinya dan Raja Mundong akhirnya sampai didepan mulut goa. Raja Mundong masuk kedalam goa lalu terdengar dia mengetuk batu yang ada di dekat mulut goa. Seseorang berperawakan kurus dengan rambut panjang yang sudah memutih muncul dari dalam goa dengan langkah terseok-seok. Sesampainya didepan mulut goa, pria tersebut berhenti melangkah dan menatap Jaka Geni serta Iswara Aninda yang tertegun melihat sosok tersebut. "Ayah..." lirih Iswara dengan mata berkaca-kaca sambil menutup mulutnya dengan satu tangan. Dia tidak menyangka, ayahnya yang dulu sangat hebat, kekar dan berwibawa, kini terlihat seperti orang tua renta yang terlantar di pinggir jalan. Pria tua yang tidak lain adalah Batara Guru tersebut menatap Jaka Geni dengan sengit. "Kenapa kau kesini lagi...!? Kau pikir aku akan memaafkan semua perlakuan iblis seperti dirimu hah!?" hardik Batara Guru. Jaka Geni tidak mempedulikan u
Iblis Mata Satu menatap Pedang Es yang ada di tangan Song Yue. Seringai sinis terlihat di bibir tebalnya."Pedang Es Abadi? Kau pikir aku tidak tahu itu hanyalah pedang palsu? Meski kau bisa menciptakan tiruan dengan sangat mirip, aku masih bisa merasakan perbedaan pedang itu dengan yang aslinya," cibir Iblis Mata Satu.Tentu saja Song Yue terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Iblis didepannya."Bagaimana kau bisa tahu mana yang asli mana yang palsu?" tanya nya."Cih, kau sepertinya pengagum Tuan Iblis Es ya?" Merah wajah Song Yue mendapat ledekan seperti itu. Namun hati kecilnya mengakui bahwa dirinya memang menyukai bentuk dari Pedang Es Abadi milik Cakara alias Iblis Es. Namun tentu saja dia menolak untuk mengakuinya terang-terangan."Siapa yang menyukai siapa! Jaga mulutmu itu!" teriak Song Yue marah lalu dia pun menggerakkan tangan kanannya.Empat tameng raksasa bergerak mengurung Iblis Mata Satu. Suara gemuruh dari tameng itu terdengar cukup keras. Bara Sena yang tengah melun
Aura merah yang keluar dari dalam tubuh Iblis Mata Satu semakin merebak ke segala arah. Luka yang dia dapat dari serangan panah angin milik Bara Sena menutup dengan sendirinya. Wujudnya perlahan berubah menjadi tinggi dan besar. Kedua tanduknya yang menyala merah semakin membesar hingga seukuran kaki manusia. Wujudnya benar-benar menjadi lebih mengerikan. Terlebih mata satunya yang melotot dan menyala-nyala membuatnya semakin terlihat garang. "Kekuatannya tiba-tiba meningkat tajam. Apakah ini wujud Iblis Mata Satu yang sesungguhnya? Dia sudah mencapai tingkat 20 Ranah Alam Mendalam. Akan sulit bagiku untuk mengalahkannya..." batin Bara. Aura merah yang menyelimuti tubuh Iblis Mata Satu mulai membentuk perisai yang menutupi tubuhnya. Bara benar-benar takjub melihat hal itu. "Dia membentuk perisai seperti yang dilakukan Akik Ijo. Menakjubkan..." Bara tak mau diam saja. Dia pun mengeluarkan semua kekuatan yang dia miliki. Wajar saja dia melakukan itu karena lawannya adalah Iblis y
Iblis Mata Satu terkejut mendengar sosok yang ada didepannya menyebutkan nama aslinya. "Kau... Siapa kau sebenarnya!? Bagaimana kau bisa tahu siapa diriku!?" tanya Iblis Mata Satu masih ragu dengan sosok yang tidak lain adalah Cakara sang Iblis Es. "Sudah ribuan tahun kita tidak bertemu, apakah kau melupakan diriku? Kau lupa siapa tuanmu Jabrang? Menyedihkan sekali," ucap Cakara. Iblis bernama Jabrang tersebut masih tidak percaya bahwa orang yang ada di depan dirinya adalah Iblis Es. "Aku tidak percaya dengan dirimu! Kau hanyalah makhluk tiruan! Jika kau memang dirinya, buktikan bahwa kau bisa mengalahkan diriku!" teriak Jabrang. Iblis Es menyeringai. "Lama tidak bertemu, otakmu sepertinya sudah membatu. Baiklah, mudah saja bagiku mengalahkan dirimu, cecunguk merah!" ucap Iblis Es lalu tangannya bergerak cepat menyambar leher Jabrang. Dengan cepat iblis itu berusaha untuk menghindar. Namun entah mengapa, tubuh Jabrang terasa membeku karena tiba-tiba saja dia merasakan hawa ding
Jabrang terkejut mendengar apa yang baru saja Iblis Es katakan mengenai Golok Luo Tian Long. "Jadi, pemuda yang saat ini anda tempati sudah membunuh ayahnya sendiri...? Bagaimana hal itu bisa terjadi?" tanya Jabrang. Iblis Es menghela napas panjang. "Itu semua terjadi karena ketidaksengajaan. Bara tidak mengetahui ayahnya akan datang. Semua sudah diatur oleh para Dewa di Selatan, agar Bima terbunuh oleh anaknya sendiri..." ucapnya. Jabrang terdiam beberapa saat lamanya. "Lalu, apa yang akan Bara lakukan dengan golok itu setelah dia mendapatkan nya?" tanyanya kemudian. "Di dalam golok itu, ada jiwaku yang lain, dan juga jiwa Bima Sena. Berdasarkan sejarah, belum pernah ada yang selamat dari golok itu, dan tidak mungkin bereinkarnasi. Aku penasaran, untuk membangkitkan Bima dari sana, dan juga mengambil jiwaku yang lain..." ujar Iblis Es. "Membangkitkan..!? Apakah tuan Cakara bisa melakukannya?"Iblis Es geleng-geleng kepala. "Tentu saja tidak. Tapi, ada cara lain yang bisa Bara
Kerajaan Mundong... Iswara Aninda memeluk pria tua dan kurus tersebut dengan mata berkaca-kaca. "Bagaimana kabarmu nak?" tanya pria yang tak lain adalah Batara Manikmaya. "Aku baik-baik saja ayah. Justru kau lah yang terlihat menyedihkan..." sahut Iswara. "Ini semua karena ulahnya... Dia mengambil semua kekuatan milikku dengan Karma Dewa sialan itu...!" umpat pria tersebut geram. Setelah mengumpat dia tiba-tiba saja batuk beberapa kali seperti baru saja tersedak. Dengan cepat Iswara Aninda segera mengelus punggung pria tersebut. "Jangan terbawa oleh amarah ayah... Ingat, kekuatanmu tidak berbeda jauh dengan manusia biasa saat ini. Jadi, biarkan aku yang memikirkan bagaimana caraku membebaskanmu dari tempat ini," kata Iswara Aninda. Batara Manikmaya menyeringai kecil. "Kau bukanlah lawannya anakku... Dia itu kuat. Aku akui... Aku akui, semua salahku... Andai saja aku tidak menuruti keinginan Dewasrani, mungkin hal ini tak akan pernah terjadi..." "Semua sudah ber