Prometheus berhenti di dalam bentengnya lalu menaruh kotak yang sudah menjadi batu hitam tersebut. Orang-orang menatap kotak tersebut dan menanyakan perihal tentang kotak itu."Kotak ini, berisi harapan manusia. Karena kebodohan Pandora, semua roh jahat dan penderitaan keluar dari dalam guci ini. Selama harapan itu masih terkunci, manusia akan terus merasakan kesengsaraan di dunia ini..." kata Prometheus."Lalu, bagaimana kita menghadapi roh jahat itu Prometheus?" tanya salah satu orang."Kita harus bertahan sampai mati. Mungkin tujuan Zeus adalah untuk membinasakan kita...Tapi tidak akan aku biarkan itu terjadi. Aku bukan dewa, tapi aku memiliki kemampuan untuk menghancurkan dewa...Lihat saja nanti, apa yang akan dilakukan olehku dan anak keturunanku..." ucap Prometheus.Dia pun mengambil kain kecil yang dia sisipkan di celananya. Dengan perlahan dia pun menaruh kain tersebut di atas batu hitam."Dia adalah anak dari Pandora dan adikku Epimetheus. Dari ratusan bayi yang ada di sana,
Bara Sena melangkahkan kakinya masuk kedalam sebuah Kedai yang bernama Kedai Merah. Entah kenapa nama kedai tersebut memiliki nama Merah. Padahal semua hiasan di kedai itu memiliki warna biru.Dia menoleh ke segala arah untuk mencari Xia Qing Yue. Rupanya gadis itu duduk di kursi bagian ujung sana. Sambil tersenyum kecil pemuda itu pun melangkah mendekat. Xia Qing Yue menoleh saat dia merasakan hawa kehadiran orang yang sudah cukup lama ditunggunya."Maaf aku telat," kata Bara.Qing Yue mengangguk. '"Tidak masalah. Aku juga baru saja datang," kata Qing Yue sambil mempersilahkan Bara untuk duduk di hadapannya. Bara pun duduk dan menatap gelas yang ada di depan Qing Yue. Isinya telah habis separuh."Dia berbohong. Gadis ini cukup bersabar menantiku. Apa yang ingin dia katakan?" batin Bara."Tuan Cakara, langsung saja. Aku ingin bertanya satu hal padamu, kenapa...""Aku lapar," potong Bara membuat gadis itu terdiam seketika. Lalu sejurus kemudian Qing Yue menoleh kearah pelayan yang keb
Bara Sena tertegun mendengar apa yang Yue Fei katakan. Entah dirinya harus bahagia atau khawatir. Karena kehamilan itu jelas tidak diharapkan sama sekali oleh Yue Fei mengingat dia masih berada di bawah perintah Ratu Es Song Yue.Bara memegang kedua bahu Yue Fei dan menenangkannya."Bukankah itu kabar yang baik? Kenapa kau malah menangis?" tanya Bara."Kakak tahu sendiri kan...Bagaimana peraturan di Istana Awan Es...?" tanya Yue Fei."Kau tenang saja. Aku akan mencari cara agar kau merasa aman. Apakah para tetua dan Ratu Es tahu hal ini?" tanya Bara.Yue Fei menggeleng kan kepala."Jika mereka sampai tahu, maka aku akan di usir dan diambil kembali semua kekuatan yang aku miliki," kata Yue Fei dengan suara lirih.Bara Sena mengepalkan tinjunya."Sepertinya aku harus bertindak jika sampai itu terjadi..." ucap Bara."Yue Fei, maukah kau tinggal di dalam Dunia Penyimpanan milikku? Aku akan membuatkan satu tempat yang paling nyaman untukmu di dalam sana," pinta Bara."Sepertinya tidak bisa
Jung Seo melongo saja saat Bara Sena berkata seperti itu. Dia pun menoleh kearah para Pendekar yang mengepung tempat itu. Dari raut wajah mereka jelas nampak bahwa mereka masih ragu untuk bertindak."Apa yang terjadi? Apakah mayat-mayat itu juga kawan mereka?" tanya Jung Seo.Bara Sena melompat dari atas tumpukan mayat."Benar sekali. Mereka adalah orang-orang yang mengincar diriku. Sebenarnya tanpa bantuan darimu aku bisa menyelesaikan semut-semut nelangsa ini....Tapi, agar tak begitu terlihat mencolok, aku bisa meminta bantuan darimu bukan?" Jung Seo tertawa lalu menyeringai."Aku suka itu...Mari kita bunuh mereka semua. Aku suka darah!" ucap Jung Seo lalu tanpa basa basi dia langsung melesat kearah para Pendekar yang ada di depannya."Siapa bocah cilik ini!? Tiba-tiba saja dia ada di sana!" seru salah satu pendekar."Bunuh saja sampah itu!" sahut yang lain.Jung Seo yang mendengar hal itu langsung murka.Kedua tangannya menyala merah mengeluarkan aura api Yeomra."Dasar bajingan ma
Darrrr!!!!Tubuh Jung Seo terdorong hingga beberapa tombak ke belakang. Yuan Liu tersentak namun dia masih bertahan. Dalam hati Jung Seo mengumpat habis-habisan karena dirinya kalah adu tenaga dalam melawan Yuan Liu yang seorang manusia."Baru kali ini aku kalah dengan manusia...Orang ini tidak bisa dianggap remeh..." batinnya.Padahal dia sudah beberapa kali kalah melawan manusia. Salah satu yang pernah mengalahkannya adalah Tetua Liu yang waktu itu bertarung melawan dirinya di kediaman Guru Yao. Jung Seo benar-benar kesal dengan kekuatannya yang terasa semakin melemah."Anak kecil. Aku akui kau memang hebat bisa bertahan dari semua serangan milikku," kata Yuan Liu yang saat ini tengah menggunakan sebuah kekuatan yang membentuk seekor naga hitam di belakang tubuhnya. Naga itulah yang mendesak Jung Seo hingga terpental."Anak kecil katamu!?" geram Jung Seo lalu dia melesat dengan cepat. Yuan Liu tersenyum tipis."Jurus Lingkaran Naga..." lirih Yuan Liu sambil menggerakkan salah satu t
Bara Sena tersenyum kecil mendengar pertanyaan tersebut."Ayah mertua, aku yakin kau sudah menebak apa yang terjadi bukan? Tapi tidak perlu aku mengatakannya...Kau tahu dengan jelas, kenapa aku berkata seperti ini," ucap Bara Sena.Raja Xue tertegun mendengar apa yang Bara Sena katakan. Guru Yao dan Tetua Sha terlihat saling pandang."Bara, sepertinya kau curiga jika salah satu dari kami telah berhianat. Tapi kau salah, kami justru ingin memberitahu sesuatu mengenai kekacauan yang terjadi. Itu semua adalah rencana Tetua Han." kata Guru Yao."Itu sebabnya hanya aku dan Guru Yao yang diam-diam datang kesini. Karena Tetua Chou sebelumnya juga kawan dari Keluarga Liu." kata Tetua Sha.Kini, gantian Bara Sena yang tertegun setelah mendengar hal itu. Dia bertanya-tanya dalam hati kenapa Tetua dari Keluarga Han melakukan penghianatan."Jadi begitu ya...Dugaanku bahwa ada orang dalam yang bersekongkol dengan musuh ternyata benar. Kalau begitu, Keluarga Han bukankah harus menerima hukumannya?"
Bara Sena mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia paham kenapa ibunya bisa sekuat itu. Dan kini kekuatan itu telah diwariskan kepadanya. Rupanya bukan tanpa alasan Ratu Azalea memberikan kekuatan tersebut."Ibumu, memberikan kekuatan itu padamu saat kau masih menjadi janin. Tujuannya bukan hanya untuk melindungi dirimu dari amukan Patiraja dan Dewa Surya. Tapi dia juga ingin membalas siksaan Patiraja pada dirinya melalui kelahiranmu. Karena biar bagaimana pun, janin di dalam tubuhnya tidak mungkin bisa menerima seluruh kekuatan yang dia berikan." "Dengan kekuatan yang dia simpan bersama dirimu di dalam perutnya, saat kau terlahir, akan menimbulkan ledakan yang sangat dahsyat. Hal itulah yang menghancurkan langit ketiga...Sesuatu yang sebenarnya sudah aku lihat sebelum tragedi itu terjadi," kata Ganesha."Kenapa...? Kenapa tak kau hentikan apa yang dilakukan oleh ibuku...?" tanya Bara Sena dengan mata yang mulai berkaca-kaca."Untuk apa aku menghentikanya? Aku tak mau membuat masalah menj
Bara Sena merebahkan tubuhnya sambil menatap kearah langit-langit kamar. Xue Ruo pun menyusul ke atas ranjang lalu merebahkan tubuhnya tepat di sebelah sang pemuda."Jadi, apa yang membuat kakak merubah keputusan?" tanya gadis itu sambil memiringkan tubuhnya kearah Bara Sena.Bara pun menoleh kearah gadis itu lalu tatapan nya kembali kearah atas. Dia menghela napas sebelum berbicara."Ganesha mendatangi diriku. Dia memberiku peringatan agar tidak mengusik Keluarga Han untuk saat ini. Karena, katanya Keluarga Han dijaga oleh Dewa Pelindung bernama Neza," kata Bara Sena."Neza...?""Benar. Apakah kau mengetahui sesuatu?" tanya Bara sambil menoleh kearah gadis itu."Sebelumnya aku tidak tahu apa-apa tentang dunia dewa. Tapi setelah kekuatan Dewi Biru bangkit di dalam tubuhku, aku memiliki ingatan-ingatan baru yang belum pernah aku miliki. Aku menduga, itu adalah ingatan milik Dewi Biru. Termasuk salah satunya adalah tentang Neza si Dewa Pelindung..." kata Xue Ruo yang sontak saja membuat
Sosok wanita yang baru saja membukakan pintu terkejut dengan kemunculan pemuda tampan yang tahu nama dirinya dan siapa suaminya. "Kau siapa? Bagaimana kau bisa tahu namaku?" tanya wanita tersebut. "Aku tahu dari Kahiyang Dewi semua tentang Gandi dan dirimu. Bolehkah aku masuk? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," kata Bara. "Oh...Sebentar, aku sendirian di rumah ini..." ucap wanita itu seolah enggan menerima tamu seorang pemuda tampan yang dia tak tahu siapa orang tersebut. "Ada aku Sinta," terdengar satu suara dari balik tubuh Bara Sena. Saat wanita itu melongok keluar pintu, dia melihat Raja Kartikeyasingha yang berdiri di belakang sang Pendekar Golok Iblis. "Paman...! Kalau begitu silahkan masuk!" kata Sinta sambil membuka pintu lebar-lebar. Dia merasa tenang setelah melihat Raja Kalinggapura tersebut ada disana. Itu artinya dia tidak sendirian. Bara dan Raja duduk di sebuah kursi kayu. Sementara Rara Sinta membuatkan minuman panas. Aroma teh yang wangi mengingatkan B
Tak terasa, perjalanan Bara Sena dan armada Kekaisaran Zhou sudah memasuki kawasan laut Jawa. Itu artinya sebentar lagi mereka akan sampai di Pelabuhan Kalingga. Sebelum sampai kesana, Bara mengajak semua pengikutnya untuk memasuki Lantai Rahasia yang dia dapatkan setelah mengalahkan Dewa Hong di Lantai 100 Ujian Pagoda Dewa.Di lantai tersebut Bara menemukan banyak harta Karun yang tentu saja tidak dia makan sendiri. Para pengikutnya pun mendapatkan banyak harta Karun untuk menunjang kemampuan bertarung mereka. Bara mendapatkan satu gelang perak yang memiliki kemampuan untuk menahan tenaga dalam. Dia memberikan gelang tersebut kepada anaknya yang masih kecil dari Dewi Biru Xue Ruo bernama Meili Tianshi. Hal itu dikarenakan gadis bayi itu belum mampu mengendalikan kekuatannya yang sangat besar. Akan sangat berbahaya jika sampai tak terkendali diluar sana. Meili bisa menjadi bencana bagi manusia.Harta Dewa Hong terlalu banyak sehingga mereka semua bingung memilih harta untuk kemampuan
Clep!Ranting itu menancap di bagian paling memalukan Dewa Angin Hong Li. Sontak saja hal itu membangunkan Dewa yang baru saja terkapar setelah terkena jurus ilusi milik Kala."Bocah keparat! Apa yang kau lakukan padaku!?" teriak Dewa Hong marah namun dia tak bisa bergerak sama sekali."Oh...! Maaf! Aku kira kau sudah mati!" sahut Bara lalu dia membuang ranting yang dia gunakan untuk menyogok tubuh Dewa tersebut."Aku kalah darimu...Kau pantas menjadi pemilik Pagoda Dewa ini..Dan sebagai hadiah, kau akan mendapatkan sebagian kekuatan yang aku simpan di dalam peti ini...Anggap saja ini sebagai hadiah untuk pemilik baru, bukan hadiah karena kau telah mengalahkan aku. Namun tetap saja, kau akan mendapatkan hadiah sesuai yang telah di tetapkan di Ujian Pagoda Dewa ini..." kata Dewa Hong masih dalam keadaan tengkurap.Sebuah peti perak muncul di hadapan Bara Sena. Dengan rasa penasaran yang tinggi, pemuda itu pun membuka peti tersebut. dan didalam peti itu nampak sebutir pil berwarna putih
Blaaaarrr!!!Ledakan keras menggelegar terdengar saat tinju Bara Sena menghujam. Awalnya pemuda itu yakin serangannya akan membuahkan hasil. Namun ternyata, Dewa Hong tak semudah yang dia kira. Sesuatu yang menyerupai penutup kepala untuk prajurit perang menutupi kepala pria bernama Hong Li tersebut. Dan pelindung kepala itu tercipta dari kekuatan angin miliknya. Ledakan keras tercipta setelah tinju Bara menghantam pelindung tersebut dikarenakan pelindung itu memiliki kekuatan badai yang mampu menahan serangan apa pun!Disaat Bara tercengang dan kaget dengan apa yang dilihatnya, tangan Dewa Hong tiba-tiba saja sudah mencengkram kaki kanannya. Lalu denga satu kali tarikan, tubuh pemuda itu pun menghantam tanah dari pulau terbang tersebut dengan sangat keras hingga tanah itu hancur."Kau cukup pandai juga. Tapi sayangnya aku bukan Dewa lemah yang bisa dengan mudah kau kalahkan anak muda!" kata Dewa Hong lalu dia kembali mengayunkan tubuh Bara yang masih ada dalam cengkraman tangannya ke
Tubuh sosok bersayap kelelawar itu terbakar hebat dan seketika berubah menjadi abu dalam waktu sekejap mata. Dan yang tersisa disana hanya ada satu butiran kecil yang menyala. Itu adalah Inti Jiwa dari makluk tersebut. Bara mengarahkan tanganya ke benda tersebut sehingga benda berbentuk kelereng itu melayang terbang kearahnya.Setelah Inti Jiwa dari makhluk tersebut ada di tangannya, Bara tersenyum kecil."Aku kira akan menjadi Inti Jiwa yang bagus...Huh, ternyata hanya setingkat ini." gerutu nya lalu dia pun menelan butiran inti jiwa tersebut. Yui yang melihat itu terkejut."Hei! Kau langsung telan Inti Jiwa itu mentah-mentah!?" serunya.Bara menoleh dan alis kanannya sedikit terangkat."Kenapa?" tanyanya."Kau...Apakah kau sering melakukan ini?" tanya Yui yang masih ada di gendonga pemuda tersebut."Tentu saja dan itu tak masalah sama sekali bagiku," kata Bara."Bodoh! Kau menyiksa tubuhmu sendiri jika kau melakukan itu dalam waktu lama!" kata Yui membuat mata Bara terbelalak."Apa
Bara Sena melangkah dengan perlahan memasuki Hutan Mati dimana semua pohon yang ada disana hanyalah pohon kering tanpa daun sama sekali. Yui yang berada di gendongan punggung sang pemuda hanya bisa ikut mengawasi keadaan di sekitar dengan waspada."Tak ada pergerakan apa pun yang aku rasakan," kata Bara dengan suara lirih."Justru karena sepi seperti ini kita harus meningkatkan kewaspadaan...Aku merasa gelisah sejak tadi...Kau tahu bukan, bagaimana seekor ular yang gelisah merasakan hawa kehadiran yang tidak jelas?" sahut Yui membuka Bara mengangguk paham.Setiap langkah kaki pemuda itu meninggalkan jejak api yang menyala. Setelah perjalanan hampir mencapai di Kuil, barulah Bara Sena merasakan ada sesuatu yang mengikutinya dari belakang."Sepertinya mereka mulai datang...Aku bisa merasakan ada beberapa ekor yang mengawasi pergerakan kita," bisik Yui."Aku tahu. Tenang saja, setelah sampai di Kuil, kau cukup duduk saja dan menantiku..." kata Bara. Yui mengangguk pelan.Pendekar Golok I
Bara Sena yang saat itu dalam wujud Iblis Neraka melangkah melewati bebatuan tinggi yang tersebar di sejauh mata memandang."Apa di tempat ini hanya ada batu-batu aneh seperti ini?" tanya Bara."Benar. Lembah ini dipenuhi oleh batu-batu ini. Tapi, ada beberapa wilayah seperti hutan mati, lalu ada juga wilayah yang bersalju. Sejauh ini hanya itu yang aku tahu," kata Yui."Hm...selama ribuan tahun, kau juga tak menemukan keberadaan Mahkota Raja itu sama sekali?" tanya Bara.Yui tersenyum kecut."Kau sudah tahu itu.Kalau aku menemukan mahkota tersebut, tidak mungkin aku terus berada di tempat aneh ini terpenjara seumur hidup." kata Yui dengan wajah terlihat kesal.Bara hanya tersenyum kecil melihat wajah cemberut Yui. Dia kembali melangkah dan wanita itu mengikutinya dari belakang. Setelah berjalan cukup lama menembus bebatuan yang menjulang tinggi, tiba-tiba Bara Sena mendadak berhenti."Tunggu...! Didepan sana ada sesuatu..." ucap pemuda tersebut.Yui yang berada di belakang Pendekar G
Bara Sena tertegun mendengar apa yang wanita itu katakan. Dia sama sekali tak terpikir bahwa lembah itu hanya untuk menghukum atau mengutuk para Dewa saja. Itu sebabnya lembah tersebut bernama Lembah Kutukan Dewa."Tapi...Kenapa kekuatan Iblis di dalam tubuhku tak bisa keluar?" nyeletuk pemuda tersebut tanpa sadar membuat wanita itu berjalan mengitari api unggun lalu mendekat kearah Bara Sena. "Iblis? Jadi didalam tubuhmu ada iblis?" tanya wanita tersebut.Bara sempat ragu dan merasa menyesal sudah berkata yang seharusnya tidak dia katakan. Tapi karena sudah kepalang tanggung, akhirnya dia menjawab dengan anggukkan kepala. Wajah wanita itu tiba-tiba menjadi terlihat berseri."Kalau begitu, kau bisa memiliki kekuatan Iblis itu!" serunya sambil meraih tangan Bara Sena. Sontak saja pemuda itu menarik kembali tanganya dari tangan wanita tersebut."Bagaimana caranya?" tanya Bara. Dia melihat wajah tak suka dari wanita itu setelah tangannya yang tengah di pegang oleh si wanita dia tarik ke
Suara aneh yang terdengar mendesis itu adalah suara seekor ular kobra berukuran sangat besar. Ular tersebut mengitari batu tempat dimana Bara bersembunyi dengan melata tanpa suara. Hanya sesekali terdengar suara mendesis dari lidahnya yang juga sesekali keluar dari mulutnya untuk mencari keberadaan mangsa yang tengah dia incar. Dan saat ini, mangsa yang tengah dia buru adalah Bara Sena yang bersembunyi dibalik celah batu tersebut."Sialan...! Kenapa aku menjadi ketakutan seperti ini menghadapi makhluk rendah seperti mereka..? Padahal mereka hanyalah binatang biasa..." batin Bara dengan keringat dingin yang mulai bercucuran.Ular itu kembali mendesis dengan suara yang lebih keras. Dan perlahan-lahan kepalanya mendekati celah dimana Bara Sena berada. Namun karena saking besarnya, kepala ular itu tak bisa masuk kedalam celah batu. Beruntung sekali pemuda itu karena dua binatang yang mengincar dirinya memiliki ukuran tubuh yang tak biasa.Beberapa kali kepala ular itu mencoba untuk masuk