Bara Sena tertegun mendengar apa yang Yue Fei katakan. Entah dirinya harus bahagia atau khawatir. Karena kehamilan itu jelas tidak diharapkan sama sekali oleh Yue Fei mengingat dia masih berada di bawah perintah Ratu Es Song Yue.Bara memegang kedua bahu Yue Fei dan menenangkannya."Bukankah itu kabar yang baik? Kenapa kau malah menangis?" tanya Bara."Kakak tahu sendiri kan...Bagaimana peraturan di Istana Awan Es...?" tanya Yue Fei."Kau tenang saja. Aku akan mencari cara agar kau merasa aman. Apakah para tetua dan Ratu Es tahu hal ini?" tanya Bara.Yue Fei menggeleng kan kepala."Jika mereka sampai tahu, maka aku akan di usir dan diambil kembali semua kekuatan yang aku miliki," kata Yue Fei dengan suara lirih.Bara Sena mengepalkan tinjunya."Sepertinya aku harus bertindak jika sampai itu terjadi..." ucap Bara."Yue Fei, maukah kau tinggal di dalam Dunia Penyimpanan milikku? Aku akan membuatkan satu tempat yang paling nyaman untukmu di dalam sana," pinta Bara."Sepertinya tidak bisa
Jung Seo melongo saja saat Bara Sena berkata seperti itu. Dia pun menoleh kearah para Pendekar yang mengepung tempat itu. Dari raut wajah mereka jelas nampak bahwa mereka masih ragu untuk bertindak."Apa yang terjadi? Apakah mayat-mayat itu juga kawan mereka?" tanya Jung Seo.Bara Sena melompat dari atas tumpukan mayat."Benar sekali. Mereka adalah orang-orang yang mengincar diriku. Sebenarnya tanpa bantuan darimu aku bisa menyelesaikan semut-semut nelangsa ini....Tapi, agar tak begitu terlihat mencolok, aku bisa meminta bantuan darimu bukan?" Jung Seo tertawa lalu menyeringai."Aku suka itu...Mari kita bunuh mereka semua. Aku suka darah!" ucap Jung Seo lalu tanpa basa basi dia langsung melesat kearah para Pendekar yang ada di depannya."Siapa bocah cilik ini!? Tiba-tiba saja dia ada di sana!" seru salah satu pendekar."Bunuh saja sampah itu!" sahut yang lain.Jung Seo yang mendengar hal itu langsung murka.Kedua tangannya menyala merah mengeluarkan aura api Yeomra."Dasar bajingan ma
Darrrr!!!!Tubuh Jung Seo terdorong hingga beberapa tombak ke belakang. Yuan Liu tersentak namun dia masih bertahan. Dalam hati Jung Seo mengumpat habis-habisan karena dirinya kalah adu tenaga dalam melawan Yuan Liu yang seorang manusia."Baru kali ini aku kalah dengan manusia...Orang ini tidak bisa dianggap remeh..." batinnya.Padahal dia sudah beberapa kali kalah melawan manusia. Salah satu yang pernah mengalahkannya adalah Tetua Liu yang waktu itu bertarung melawan dirinya di kediaman Guru Yao. Jung Seo benar-benar kesal dengan kekuatannya yang terasa semakin melemah."Anak kecil. Aku akui kau memang hebat bisa bertahan dari semua serangan milikku," kata Yuan Liu yang saat ini tengah menggunakan sebuah kekuatan yang membentuk seekor naga hitam di belakang tubuhnya. Naga itulah yang mendesak Jung Seo hingga terpental."Anak kecil katamu!?" geram Jung Seo lalu dia melesat dengan cepat. Yuan Liu tersenyum tipis."Jurus Lingkaran Naga..." lirih Yuan Liu sambil menggerakkan salah satu t
Bara Sena tersenyum kecil mendengar pertanyaan tersebut."Ayah mertua, aku yakin kau sudah menebak apa yang terjadi bukan? Tapi tidak perlu aku mengatakannya...Kau tahu dengan jelas, kenapa aku berkata seperti ini," ucap Bara Sena.Raja Xue tertegun mendengar apa yang Bara Sena katakan. Guru Yao dan Tetua Sha terlihat saling pandang."Bara, sepertinya kau curiga jika salah satu dari kami telah berhianat. Tapi kau salah, kami justru ingin memberitahu sesuatu mengenai kekacauan yang terjadi. Itu semua adalah rencana Tetua Han." kata Guru Yao."Itu sebabnya hanya aku dan Guru Yao yang diam-diam datang kesini. Karena Tetua Chou sebelumnya juga kawan dari Keluarga Liu." kata Tetua Sha.Kini, gantian Bara Sena yang tertegun setelah mendengar hal itu. Dia bertanya-tanya dalam hati kenapa Tetua dari Keluarga Han melakukan penghianatan."Jadi begitu ya...Dugaanku bahwa ada orang dalam yang bersekongkol dengan musuh ternyata benar. Kalau begitu, Keluarga Han bukankah harus menerima hukumannya?"
Bara Sena mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia paham kenapa ibunya bisa sekuat itu. Dan kini kekuatan itu telah diwariskan kepadanya. Rupanya bukan tanpa alasan Ratu Azalea memberikan kekuatan tersebut."Ibumu, memberikan kekuatan itu padamu saat kau masih menjadi janin. Tujuannya bukan hanya untuk melindungi dirimu dari amukan Patiraja dan Dewa Surya. Tapi dia juga ingin membalas siksaan Patiraja pada dirinya melalui kelahiranmu. Karena biar bagaimana pun, janin di dalam tubuhnya tidak mungkin bisa menerima seluruh kekuatan yang dia berikan." "Dengan kekuatan yang dia simpan bersama dirimu di dalam perutnya, saat kau terlahir, akan menimbulkan ledakan yang sangat dahsyat. Hal itulah yang menghancurkan langit ketiga...Sesuatu yang sebenarnya sudah aku lihat sebelum tragedi itu terjadi," kata Ganesha."Kenapa...? Kenapa tak kau hentikan apa yang dilakukan oleh ibuku...?" tanya Bara Sena dengan mata yang mulai berkaca-kaca."Untuk apa aku menghentikanya? Aku tak mau membuat masalah menj
Bara Sena merebahkan tubuhnya sambil menatap kearah langit-langit kamar. Xue Ruo pun menyusul ke atas ranjang lalu merebahkan tubuhnya tepat di sebelah sang pemuda."Jadi, apa yang membuat kakak merubah keputusan?" tanya gadis itu sambil memiringkan tubuhnya kearah Bara Sena.Bara pun menoleh kearah gadis itu lalu tatapan nya kembali kearah atas. Dia menghela napas sebelum berbicara."Ganesha mendatangi diriku. Dia memberiku peringatan agar tidak mengusik Keluarga Han untuk saat ini. Karena, katanya Keluarga Han dijaga oleh Dewa Pelindung bernama Neza," kata Bara Sena."Neza...?""Benar. Apakah kau mengetahui sesuatu?" tanya Bara sambil menoleh kearah gadis itu."Sebelumnya aku tidak tahu apa-apa tentang dunia dewa. Tapi setelah kekuatan Dewi Biru bangkit di dalam tubuhku, aku memiliki ingatan-ingatan baru yang belum pernah aku miliki. Aku menduga, itu adalah ingatan milik Dewi Biru. Termasuk salah satunya adalah tentang Neza si Dewa Pelindung..." kata Xue Ruo yang sontak saja membuat
Pagi....Bara Sena bangun dari tidurnya. Dia membalikkan tubuhnya dan tak melihat Xue Ruo disebelahnya. Dengan wajah yang kusut dia pun bangkit menuju ke tempat mandi. Saat itulah, dia tertegun melihat Xue Ruo yang tengah mandi di dalam kolam. Ada perasaan tidak nyaman meski pemuda itu merasa senang bisa melihat pemandangan indah tersebut di pagi hari."Kenapa diam saja disana kakak? Kemarilah, aku akan menggosok punggung mu. Mandi di pagi hari membuat kita merasa lebih segar. Hari ini adalah hari terakhir turnamen di adakan. Dan kau akan melawan pendekar dari Sekte Awan Es...Aku ingin melayanimu dengan baik supaya kau bisa membawa Sekte Xue di atas semua Sekte lainnya," kata Xue Ruo sambil menggosok tubuhnya tanpa menoleh kearah Bara Sena sedikit pun."Baiklah," sahut Bara lalu dia pun melucuti seluruh pakaian yang ia kenakan. Dalam keadaan tanpa berpakaian dia pun mendatangi Xue Ruo yang berada di dalam kolam.Gadis itu pun menoleh setelah Bara berada di belakangnya. Dengan senyuman
Semua orang menatap ke tengah arena dimana Bara Sena dan Xia Qing Yue akan melangsungkan pertarungan terakhir untuk memperebutkan posisi puncak Sekte terkuat di Kerajaan Jiangsu. Dua muda mudi itu berdiri dan saling tatap."Sayang sekali, semalam aku belum mendengar tentangmu dengan baik karena adanya satu gangguan. Kalau boleh tahu, kemana Tetua Yue Fei pergi setelah bertemu dengan dirimu?" tanya Qing Yue."Kau ingin berbincang atau bertarung? Jika kau ingin berbincang denganku, bukankah lebih baik kita minum teh sambil duduk dibawah pohon? Itu lebih nikmat ketimbang membicarakan sesuatu yang tidak penting di depan orang banyak." sahut Bara.Merah muka Qing Yue mendengar sahutan dari pria muda tersebut. Karena kesal, aura biru dari dalam tubuhnya pun keluar pertanda dia akan memulai pertarungan."Baiklah jika kau begitu menginginkan pertarungan. Aku akan melawanmu dengan kekuatan penuh. Karena kau lebih berbahaya daripada Xiao Cheng itu," Bara tersenyum kecil."Bagus. Kau sudah sada