Share

Bab 33

Penulis: Gilva Afnida
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-23 18:00:20

Di kediaman Kenneth, Wina yang tengah makan malam bersama Kenneth tiba-tiba meraih tangan Kenneth dan berkata, "Aku sudah mencari tahu soal anak itu. Menurutku kau tidak perlu mengganggunya lagi karena hidupnya sudah sengsara."

Kenneth meletakkan sendok dan garpu nya lalu menatap Wina dengan mengerutkan keningnya. "Apa yang kau maksud itu putri dari Darrel?"

Wina menganggukkan kepalanya. Beberapa hari setelah menyelidiki sendiri soal Lily Orlantha, perasaannya menjadi galau. Rasa empatinya lebih mendominasi dibanding rasa benci yang selama ini bersemayam di dalam hati.

Berbeda dengan Kenneth yang cenderung bisa bertindak dengan logika dan kejam jika soal balas dendam.

"Hidupnya telah mengalami banyak ujian, tidak perlu lagi kita menambah sengsara."

Kenneth mendengus kesal. Dia tahu persis ujian seperti apa yang dimaksud oleh Wina. "Itu lebih pantas disebut sebagai karma dibandingkan ujian."

Wina mengelus punggung tangan Kenneth dengan jari jemarinya. "Makany
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 34

    "Seorang pengasuh untuk anak autis?" Kening Inda mengerut dalam setelahnya. "Kenapa tiba-tiba Nyonya mencari seorang pengasuh?" Lily menghela napasnya singkat sebelum berkata, "Aku sudah proses cerai dengan Max. Sebentar lagi aku akan pergi ke luar negeri untuk bekerja, aku harus meninggalkan adikku yang autis di sini tapi aku perlu seorang pengasuh yang bisa diandalkan."Mendengar itu mata Inda berbinar-binar dan wajahnya nampak cerah. "Nyonya, saya punya pengalaman menjaga anak autis. Saya bisa menjaga adik Anda."Kedua sudut bibir Lily terangkat. "Benarkah?" Namun sesaat kemudian wajahnya kembali muram. "Tapi kau kan membutuhkan uang untuk dikirimkan pada ibumu. Gaji yang akan aku berikan tidak sebanyak yang diberikan oleh Max.""Tidak apa-apa, Nyonya. Ibu saya sudah tidak memerlukan uang yang banyak untuk pengobatan, saya juga sudah lama memiliki niat untuk keluar dari sini." Lily menatap Inda dengan perasaan galau. "Aku tidak memaksamu, Inda. Kalaupun kau

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 35

    Dengan susah payah Lily menjawab, "Ya." Hati Lily sudah terlanjur terluka. Dia hanya ingin menyudahi semuanya hingga selalu meng-iyakan ucapan Max. Apapun akan dia jawab 'Ya' selama itu bisa membuat Max senang lalu melepaskannya.Namun apa yang diharapkan oleh Lily nyatanya berbeda jauh dengan kenyataan.Bukannya melepas cengkeraman, Max malah mendekatkan wajahnya hingga batang hidungnya menggesek pipi Lily lalu beralih ke arah telinganya seraya berbisik, "Kau sudah membuat kesalahan besar."Belum sempat bereaksi, Lily dibuat terkejut oleh Max yang tiba-tiba meraup bibir tipisnya dengan kasar.Pupil mata Lily membesar, jantungnya berdegup lebih kencang. Dia tak menyangka Max malah menciumnya dengan kasar bahkan tak membiarkannya untuk lepas.Dengan sisa tenaga yang tersisa, Lily berusaha memberontak. Tangannya menyusuri leher belakang milik Max lalu perlahan naik hingga mencapai puncak kepala Max. Di sana Lily menarik rambut Max dan itu membuahkan hasil.Max melepas ciumannya karena

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 36

    Lily membuka kedua matanya setelah terlelap selama beberapa jam. Lampu putih yang terang, nuansa ruangan berwarna putih serta bau obat yang menyengat, Lily segera tersadar jika dia tengah berada di rumah sakit.Suasana malam di rumah sakit begitu hening dan sepi. Dia menatap ke arah sekitar lalu menemukan Vina yang meringkuk di atas sofa panjang.Lily mengangkat tangan dan melihat infus yang terpasang di pergelangan tangannya. Sekelebat ingatan tadi sore terlintas, membuat sekujur tubuhnya merinding. Lily menelan ludahnya untuk membasahi kerongkongannya yang terasa kering. Andai membuang kepahitan hidup bisa semudah menelan air liur, pasti Lily tidak akan sesedih ini.Saat mencoba memiringkan badannya agar tak terasa pegal, inti pangkal pahanya justru terasa nyeri dan perih. Bersamaan itu, pintu ruangan terbuka. Inda segera melihat Lily yang sudah terbangun dan meringis kesakitan. "Nyonya, Anda sudah bangun?" tanyanya begitu mendekat. Wajah Lily nampak begitu pucat dan sorot matany

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 37

    Tubuh Lily menegang mendengar nama Kenneth disebut. "Darimana kau tahu?" tanyanya."Saat menyusul Nyonya ke rumah sakit, saya mendengar pertengkaran Nona Vina dengan Tuan Vins lewat telepon. Intinya mereka membicarakan soal Kenneth yang mengancam Nona Vina, tapi saya tidak tahu alasan mengancam apa." Penjelasan Inda membuat bulu kuduk Lily berdiri ketakutan.Apa Vina diancam oleh Kenneth karena dirinya? Kenapa Vina tidak cerita?"Baiklah, sebaiknya kamu pura-pura tidak tahu. Aku yang akan mengurusnya. Sebaiknya kamu lekas istirahat...""Baik, Nyonya."Setelah Inda masuk ke dalam kamar. Lily menuju ke dapur untuk membuat minuman herbal yang sudah diresepkan oleh Kakek Zang. Kedua kakinya langsung terasa nyeri karena dia terlalu lama berdiri. Lily pun membawa gelas tersebut ke atas meja dan dia mendudukkan pantatnya di atas kursi.Cairan berwarna hitam yang terasa pahit itu langsung dia minum tanpa penuh drama. Rasa pahit yang ada di minuman itu tidak seba

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 38

    Mendengar itu, Lily langsung menolehkan kepalanya. Dia sudah memblokir nomor Max, jadi Max menghubungi Inda untuk mencari tahu. "Kau jawab apa?""Sa-saya sudah jawab tidak tahu, tapi Tuan bersikeras mengatakan kalau saya pasti tahu Anda dimana." Inda merasa sedikit takut. "Tuan menyuruh saya untuk menyampaikan pesan kalau Anda sedang dicari oleh Tuan Kenneth."Setelah nama Kenneth disebut, wajah Lily terlihat menegang. Sebenarnya apa yang diinginkan oleh Kenneth hingga mengusik orang-orang yang ada disekitarnya."Nyonya, bukankah Tuan Kenneth adalah orang yang berpengaruh? Kudengar jika ada orang menyinggungnya, dipastikan orang itu tidak akan bisa hidup dengan tenang."Tangan Lily mengepal erat. "Katakan pada Max, temui aku besok di kafe bintang jam sebelas siang." Daripada terus menghindar, Lily memilih untuk mendatangi dan mencari tahu. Sebenarnya, apa masalah Kenneth hingga mengatakan memiliki dendam pribadi dengannya."Baik, Nyonya."***Di kafe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 39

    Lily keluar dari kediaman Kenneth dengan dipapah oleh seorang pelayan. Wajahnya begitu tampak pucat dengan keringat banyak yang membasahi dahinya."Lebih baik Anda duduk di sini sebentar. Pak Sopir baru akan mengambil mobil dari garasi dalam," ujar si pelayan tadi lalu meninggalkan Lily duduk di atas sofa sendirian.Benak Lily langsung terngiang-ngiang saat dia mendengar cerita dari Kenneth dan Wina. Hatinya masih menyangkal soal fakta bahwa ayahnya pernah membunuh seorang bayi perempuan di masa lampau.Seingatnya, ayahnya adalah pria yang penuh kasih sayang dan perhatian. Sangat sulit baginya untuk menerima fakta itu.Pantas saja tatapan Kenneth terlihat ingin membunuh jika bertatap mata dengannya.Seorang pria paruh baya datang mendekat ke arah Lily dan berkata dengan sopan, "Mari, Nyonya. Saya antar Anda ke dalam mobil." "Tidak usah, saya bisa kok berjalan sendiri." Lily berjalan menggunakan tongkat kruk dengan susah. Kedua kakinya bergetar karena rasa sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 40

    Kerutan di kening Lily terlihat jelas dan mulutnya setengah terbuka. "Kau gila?" Pffft!Finley tak dapat lagi menahan tawanya. Wajah Lily terlihat konyol seperti jijik mendengar kata cinta. "Aku hanya bercanda." Lalu menyeka sudut matanya yang sedikit basah.Ketegangan di antara dua alis Lily langsung memudar."Aku berniat membantumu karena kau memang memiliki bakat yang hebat. Sangat sayang kalau bakat itu hanya dipendam," ucap Finley serius.Bukannya senang, raut wajah Lily malah menjadi muram. Tatapannya kembali ke arah bawah dan sedikit kosong. Sebentar lagi dia akan berpisah sejenak dari orang-orang yang dia kenal. Demi menggapai cita-cita, apa dia bisa melaluinya?"Sebenarnya tujuanmu datang kesini ingin membicarakan apa? Aku daritadi belum mendengar apapun." Lily yakin, Finley tidak akan datang kesini tanpa memiliki tujuan yang jelas."Aku hanya mau memberikanmu ini." Finley menyerahkan selembar kertas yang terdapat judul paling besar bertuliskan 'Surat kontrak.'"Surat kontr

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 41

    Dua minggu kemudian.Berada di kantor Max, Eddie menjelaskan pada Max soal hasil pencariannya. "Aku sudah berusaha, tapi masih belum bisa ditemukan."Max menggebrak mejanya dengan keras. Tatapannya tajam dan kedua alisnya menukik tajam. "Sudah selama ini kenapa begitu sulit?""Sewa detektif kalau perlu!"Eddie memijat pangkal hidungnya dengan tenang. "Aku sudah menyewa detektif dan masih belum bisa membuahkan hasil."Max menghempaskan badannya ke senderan kursi lalu melonggarkan dasinya agar dadanya tak terlalu sesak. "Ini terlalu mencurigakan. Pasti ada seseorang yang berada di belakangnya.""Apa itu Vina Prajaya?" tanya Eddie berusaha menebak.Max mengelus dagunya yang sedikit berbulu. "Mungkin, tapi baiknya kita mencari tahu dulu untuk memastikan.""Apa kau tidak berlebihan? Kau tidak seperti itu saat Olivia pergi dulu," keluh Eddie. Sejujurnya, Eddie sudah merasa bosan karena harus menyelidiki keberadaan Lily. Itu bukanlah tugas utamanya."Kamu tidak ingin bonus? Kalau tidak ingin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25

Bab terbaru

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 167

    Atas instruksi sang sopir, Lily berhasil mengemudikan mobil sampai ke rumah sakit yang paling dekat. Sang sopir langsung ditangani oleh dokter dan dijadwalkan operasi untuk mengambil sisa peluru yang masuk ke dalam kaki.Sesaat kemudian, Lily dijemput oleh Kenneth dan beberapa pengawal. "Kamu tidak apa-apa?" tanya Kenneth sambil meneliti tubuh Lily dengan seksama. "Tidak ada yang terluka, Kan?"Lily menggelengkan kepalanya. "Aku tidak apa-apa, Pa. Hanya Pak sopir yang terluka di bagian kaki karena terkena tembakan."Helaan napas berat keluar dari mulut Kenneth. "Syukurlah. Dia sudah menjalankan tugasnya dengan baik."Mendengar itu, Lily menatap Kenneth dengan air muka serius. "Pa, sebenarnya apa yang terjadi?""Masuk dulu ke dalam mobil. Akan Papa ceritakan semuanya di dalam nanti," jawab Kenneth.Mereka pun masuk ke dalam mobil. Saat beberapa meter mobil sudah berjalan, Lily mendesak Kenneth untuk berbicara."Begini, Lily. Sebenarnya dari dulu Papa sudah mengetahui ada sesuatu yang

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 166

    Di tengah perjalanan pulang, Lily masih memikirkan soal ucapan Inda. Sengaja dia pulang tanpa berpamitan dengan Max karena ingin menghindar dulu. Untuk saat ini, Lily sendiri tidak tahu apakah bisa menahan diri jika bertemu dengan Max lagi. Pesona yang dipancarkannya sekarang sangat berbeda dengan dulu.Kalau dulu Max nampak dingin, tak tersentuh dan juga kaku. Kalau sekarang, Max terlihat lebih hangat dan juga terang-terangan terus menggoda Lily. Bagi Lily itu tentu saja bahaya. Mereka adalah pasangan mantan suami-istri, bukan suami-istri yang saling mencintai.Ponselnya yang sudah dia charge sebelumnya terus berdering. Lily melihat layar ponsel sejenak lalu mengabaikan dering tersebut.Panggilan telepon itu datang dari Max. Lily ingin menghindarinya sejenak sampai dia sudah siap.Beberapa saat kemudian, ponselnya kembali berdenting singkat. Sebuah pesan dari Vina masuk.[Aku tahu kamu sibuk, tapi bisakah kamu datang ke rumah untuk menemaniku? Aku sangat sedang butuh seseorang seka

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 165

    Lamunan Lily buyar saat Max menurunkan Lily di depan bath tub. Selimut langsung terlepas karena Lily tidak memeganginya. Otomatis, Lily memegangi tubuhnya dengan kedua tangan.Max kembali tertawa lalu meraih dagu Lily dengan lembut."Ngapain ditutupin? Aku udah melihat semuanya, Lily. Sekujur tubuhmu itu rasanya... sangat manis."Ucapan Max terdengar sangat lembut dan mesra. Apalagi sorot matanya yang nampak berkabut dan penuh gairah, membuat Lily membayangkan lagi adegan saat mereka bermesraan di atas ranjang. Seharusnya Lily segera menjauh karena tidak ingin terlena lagi oleh bualan manis dari mantan suaminya itu. Tapi apa daya, Lily ingin sekali lagi merasakan kehangatan yang ditawarkan oleh Max.Alhasil, saat bibir Max mendarat di bibirnya, Lily langsung membalas dan terjadi pergulatan lagi di dalam kamar mandi.Entah mereka melakukannya yang ke-berapa kali, yang jelas perlakuan Max membuat Lily menjadi candu.Inikah yang dinamakan gairah? Membuat candu dan begitu dahsyatnya hin

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 164

    Pagi menjelang. Matahari masih nampak malu-malu untuk keluar, angin dingin berhembus kencang yang membuat Inda merapatkan jaketnya untuk menutupi tubuhnya yang menggigil kedinginan.Semalam hujan terus turun yang membuat jalanan masih basah, membuat Inda yang baru pulang dari kampung halaman berjalan perlahan memasuki rumah agar tidak terpeleset.Keningnya mengernyit saat melihat ada dua mobil yang terparkir rapi di depan rumah. Seingatnya, hanya Max yang seharusnya datang ke rumah untuk menemani Arsan. "Yang satu mobil milik Tuan Max dan yang satunya lagi milik siapa?" Inda bertanya dalam gumaman.Mengabaikan hal itu, Inda segera masuk agar mengetahui siapa yang datang ke rumah selain Max.Begitu masuk, Inda terkejut melihat ada seorang pria yang tertidur di atas sofa. Dari seragamnya, Inda yakin kalau dia hanyalah seorang sopir.Firasatnya menjadi tidak baik. Tempat pertama yang dia tuju adalah kamar Arsan. Inda selalu khawatir pada Arsan karena telah meninggalkannya selama sehari

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 163

    Sekujur tubuh Lily meremang. Otaknya membeku saat Lily dapat merasakan bibir Max yang kenyal, basah dan juga dingin, menempel erat di bibirnya yang hangat.Detik selanjutnya, Lily langsung tersadar. Dia segera melepaskan diri lalu memukul bahu Max dengan keras."Apa-apaan kamu, Max?"Namun Max malah menyengir kuda. "Pipimu merah padahal itu baru permulaan." Lily memegang pipinya yang memang terasa panas. "Apa maksudmu pipiku tidak-"Belum sempat Lily meneruskan ucapannya, Max sudah membungkam mulut Lily lagi dengan bibirnya. Kedua mata Lily membulat. Dia memberontak sekuat tenaga, tapi tenaga Max begitu kuat. Tangan kiri memegang leher Lily sedang tangan kanannya meraih pinggang Lily dengan kuat.Lily berusaha memukul dada Max agar ciumannya terlepas, tapi malah ciuman Max semakin dalam. Dia ingin protes, tapi bibirnya yang terbuka malah membuat Max semakin mudah melancarkan pagutannya.Pagutan Max terasa begitu lembut di bibir bawahnya, diiringi dengan pagutan yang lain di bibir a

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 162

    "Tapi tadi dia nyariin kamu, Max. Bukan nyari seekor anak anjing," kata Lily. "Kecuali kalau anak anjing itu panggilannya juga sama denganmu."Alih-alih tersinggung, Max malah tertawa. "Mungkin Arsan ke sana karena berharap aku akan datang untuk menemuinya di sana. Aku cukup sering datang ke warung itu."Meskipun Lily sangat terkejut mendengar perkataan Max soal dia yang sering datang ke warung itu, Lily memilih untuk tidak bertanya lebih lanjut. Baginya urusan Max tidak lagi menjadi urusannya.Lalu pandangan Lily jatuh ke arah baju Max yang tepiannya basah. "Bajumu basah. Apa kau bawa baju ganti?""Tidak.""Kalau gitu pakai handuk yang ada di kamar mandi dulu, nanti aku buatkan baju baru untukmu.""Kau akan buatkan baju untukku?""Ya. Kenapa? Di sini gak ada baju pria yang ukurannya pas buat kamu, kecuali kalau kamu mau pakai baju wanita. Gimana? Kamu mau?""Enggak," jawab Max menggeleng cepat. "Aku hanya takut kalau merepotkanmu."Wajah Max yang terlihat takut membuat Lily menahan t

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 161

    "Adik, Nona?" Kedua alis si sopir saling menyatu. "Kayaknya gak ada siapapun yang keluar lewat sini, Nona. Dari tadi saya duduk di kursi teras ini kok."Pikiran Lily langsung kacau. Arsan bukanlah anak yang suka keluar dan bertemu dengan orang. Kalau sampai Arsan panik dan tantrum di jalan, itu bisa membahayakan dirinya sendiri. Apalagi jalanan sangat ramai oleh kendaraan pribadi.Lily memutuskan untuk mengecek seluruh isi rumah sekali lagi. Setelahnya dia baru sadar kalau Arsan keluar melalui pintu belakang, tepatnya yang menjadi penghubung antara teras belakang dengan dapur. "Kemana kamu, Arsan?" gumam Lily penuh khawatir.Karena Lily tidak tahu harus mencari dimana, Lily mengajak sang sopir untuk mencari Arsan dengan mobil. "Mau dicari kemana, Nona?" tanya si sopir."Kemana aja, Pak. Asal adik saya bisa ketemu.""Tapi, Non. Kata Nyonya Wina, Anda harus segera pulang. Kalau saya gak bisa nganterin Nona pulang tepat waktu, bisa-bisa saya yang akan kena omel nantinya.""Gak usah kha

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 160

    Lily tersentak dan menjadi canggung. "Mmm... baru saja," jawabnya sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. Seketika dia tersadar atas apa yang dilakukannya. Dia pun kembali meluruskan anak rambutnya.Max tersenyum lebar. Rasanya dia sudah lama tidak melihat Lily. Wajahnya nampak lebih segar dan pipinya semakin bulat. Jika dia pikir-pikir, keadaan Lily jauh berbeda dibanding saat menikah dengannya dulu."Mau ketemu dengan Arsan? Kebetulan aku mau pulang karena ada urusan, jadi aku bisa menitipkannya padamu sebentar," ucap Max."Memangnya Inda kemana? Kenapa dia menitipkannya padamu?""Tadi pagi dia ditelepon kalau ada saudaranya yang meninggal. Jadi dia harus pulang selama sehari semalam. Mungkin besok pagi dia baru pulang."Kening Lily mengerut dalam. "Kok dia gak ngabarin aku? Malah ngasih tahu kamu?"Max mengangkat kedua bahunya. "Entah. Mungkin karena kamu sulit untuk dihubungi? Ini bukan pertama kalinya kok. Dia juga pernah menitipkan Arsan padaku selama dua hari.""Dua

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 159

    Di tengah keramaian kafe, Lily melihat Vina yang duduk di salah satu kursi sendirian di antara banyaknya pengunjung. Dia sudah menghubungi Vina untuk bertemu di kafe saja.Mata Lily berkilat senang, pasalnya sudah lama dia tidak bertemu dengan sahabatnya itu. Tangannya segera terangkat untuk melambai dan memanggil namanya. Sahabatnya itu segera menoleh dan senyuman lebar langsung merekah di wajahnya."Lily!" teriaknya sambil berdiri menyambut kedatangan Lily.Mereka berdua pun saling berpelukan erat."Bagaimana kabarmu?" tanya Vina begitu pelukan mereka sudah terlepas."Aku baik. Bahkan lebih baik."Vina bernapas lega, ada perasaan senang melihat wajah Lily yang nampak lebih cantik dan segar. "Syukurlah... apa Tuan Kenneth dan Nyonya Wina memperlakukanmu dengan baik?""Tentu saja. Mereka orang tua kandungku, tidak mungkin mereka menyia-nyiakan anak yang telah lama mereka kira sudah meninggal." Lily meneliti wajah Vina yang nampak kusam dan juga letih. "Lalu bagaimana denganmu? Kuden

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status