Masa-masa sekolah yang tidak melulu soal belajar mata pelajaran yang dipaparkan pada jam pelajaran di kelas tetapi juga melibatkan kegiatan sehabis pulang sekolah yaitu ekstrakurikuler. Kegiatan ini cenderung menjadi kegiatan yang paling ditunggu-tunggu ketika jam kelas sudah usai. Bahkan ketika rasa lelah dan kantuk yang menemani saat sepanjang pelajaran di kelas tidak akan mempengaruhi semangat para siswa lainnya untuk mengikuti kegiatan ini.
Sepertinya suasana ini juga pasti pernah dirasakan semua orang, ketika mereka menjalani hari yang tidak lumayan nyaman akan ada saatnya mereka melupakan itu ketika telah bersama hal yang mereka suka.
Di sekolah lumayan banyak sekali ekstrakurikulernya. Yayasan sekolah menjadikan ekstrakurikuler sebagai bonus tambahan bagi siswanya untuk menemukan minat dan bakat bahkan kebahagian yang sederhana melalui ekstrakuriler yang dipilih. Hampir dari segala bidang ada dalam form pendaftaran ekstrakuriler yang diberikan Bu Fira tadi kepada kami semua.
Melihat siswa dari sekolah ini yang terdiri dari berbagai daerah di Indonesia cukup banyak. Ekstrakuriler budaya dari beberapa daerah tidak lupa disediakan sekolah yang juga sekalian asrama membuat kami semua hampir 24 jam dibawah bimbingan yayasan sekolah. Jadi sekaligus meluangkan waktu bosan yang harus langsung pulang ke asrama dan tidak tahu harus ngapain akan lebih baik untuk mengisinya dengan ekstrakurikuler.
Sebulan sudah waktu pembelajaran berlangsung sehabis liburan semester lalu. Membuat kegiatan sekolah lainnya segera di aktifkan kembali. Sudah nampak para senior yang dari tadi lalu lalang di depan kelas yang kelihatan sibuk. Ketika bel pulang sekolah berbunyi, semuanya langsung meninggalkan kelas dan melihat ke lapangan sekolah yang sudah tertata dengan stand-stand kecil yang dikreasikan dengan tema masing-masing.
Aku dan Nana melihat lapangan sekolah dari balkon lantai 2 yang sudah sangat ramai dan menarik perhatian kami. Sepertinya acara pengenalan ekstrakurikuler dari para senior sudah dimulai. Papan-papan kreatifitas mereka sudah terpajang sesuai dengan jenis ekstrakuriler masing-masing. Suasana ini mengingatkanku pada acara pameran di alun-alun Bandung tahun lalu. Bedanya hanya stand tidak berjualan tapi mencari anggota untuk kegiatan masing-masing.
Perlahan beberapa siswa sudah mendekati stand-stand yang ada di lapangan. Musik yang diputar oleh pembawa acara sekolah menambah suasana ini menjadi seru untuk dinikmati. Ditambah dengan cuaca yang sangat baik hari ini, tidak panas dan tidak juga hujan.
“Aline, Nana ayok ke bawah kita lihat bersama”, teriak Tania dari sebelah kelasku sambil melambaikkan tangannya. Aku dan Nana langsung menghampiri Tania yang sudah bersama Arum. Kami berempat mulai turun ke lantai bawah untuk melihat stand-stand yang ingin diikuti.
“Gue ragu mau ikut apa, kalian mau ikut ekstrakulikuler apa?”, tanya Tania
“Aku mungkin ikut teater deh, penasaran mencobanya dan keliatan seru. Walau kayaknya nggk cukup pandai untuk masuk kedalam ekskul tersebut”, ujar Arum.
“Gapapa Arum kenapa harus ragu, tadi juga Bu Fira menjelaskan sebelum kelas kami berakhir. Jangan takut untuk mencoba yang menarik minat kita walau kemampuan tidak ada. Setiap ekskul di sekolah tidak mewajibkan harus punya skill dalam bidangnya. Jadi gapapa coba aja Arum, “ jawabku memberikan keyakinan kepada Arum untuk percaya diri.
“Begitukah Al, baiklah aku harus mencobanya kalau begitu”, ujar Arum.
Kami melanjutkan berputar-putar mengelilingi stand-stand tadi sambil berhenti memahami masing-masing ekskul yang ditawarkan. Sampai kepada satu ekskul yang menarik perhatianku dan hal tersebut juga tidak cukup asing kutemukan yaitu PMR.
Bendera medis yang terpampang di depan stand menimbulkan perasaan gembira. Kegiatan ini sama dengan mimpiku yang ingin menjadi dokter. Mungkin aku akan memutuskan mengikuti kegiatan ini. Sambil mencari pengalamanku dalam bidang kesehatan.
Aku memasuki stand itu sendiri setelah berpisah dari Nana, Arum, dan Tania karena mereka sudah menemukan stand ekstrakurikuler yang ingin mereka ikuti. Saat itu standnya tidak ada orang jadi aku iseng melihat foto-foto yang terpampang di depan stand. Sepertinya itu foto-foto senior dalam beberapa kegiatan keluar.
“Hai, sudah ada orang ternyata disini ya,” ujar seorang laki-laki yang membawa kotak P3K kemudian meletakkannya di meja yang ada di sampingku. Aku mulai canggung karena pertama kali melihat wajahnya. Sepertinya ini kakak kelas yang ada di bidang ekstrakurikuler ini.
“Iya kak, maaf kalau langsung melihat-lihat padahal tidak ada orang. Soalnya foto-foto ini menarik perhatianku dari tadi kak”, jawabku seolah membuat kakak kelasku ini tidak salah paham.
“Ah, gapapa. Tadi aku ke UKS sebenatar mengambil P3K, karena anggota lain lagi berhalangan hadir jadinya aku sendiri deh yang ngurusin stand ini. Owh ya, kenalin Alfin”, ujar dia sambil memperkenalkan dirinya sambil memberikan senyumnya menyambutku.
“Aku Aline... Aline Clarissa Putri, kak.”
Alfin langsung mengeluarkan buku kecil dari saku bajunya. Terlihat dia sambil menuliskan namaku yang padahal aku belum mengajukan diri untuk mendaftar kepadanya dan sepertinya dia sudah tahu maksud diriku berada di stand ini tanpa perlu dijelaskan lagi.
“Panggilannya?, Rissa?”. Tanya Alvin kepadaku.
“Boleh Rissa, Tapi Aline juga boleh, beberapa temanku lebih sering memanggilku Aline”
“Aku panggil Rissa aja deh, biar beda”
“Baiklah kak”
“Jadi Rissa kamu tertarik dengan ekstrakurikuler ini ya?”.
“Iya kak, aku juga waktu di SD jadi dokter kecil. Dunia kesehatan memang membuatku tertarik dari kecil dan mimpiku ingin jadi dokter. Sepertinya ekstrakuriler ini mendekatkanku dengan mimpi yang belum bisaku raih. Jadi kira-kira itu alasannya kak”
“Diterima”,
“Hah, diterima apa kak?”
“Kamu sudah jadi anggota PMR sekolah Rissa maksudnya”
Seketika aku langsung tersenyum menatap Alvin memberikan respon yang baik atas ucapannya itu. Para siswa lain mulai berkunjung memecahkan obrolan kami. Aku membantu Kak Alvin memperkenalkan ekstrakurikuler PMR kepada siswa yang datang karena mengingat dia yang juga lagi sendirian mengurus ini dan aku juga sudah menjadi anggota. s
Terlihat seorang berlari menuju stand kami dari lapangan basket. Dia seperti sosok yang kukenal, semakin dia mendekat dugaan di kepalaku terbukti jelas, Itu Angga.
“Bang, ada yang cedera bang”
Angga menjelaskan sambil ngos-ngosan dan dia belum sempat melanjutkan perkataannya. Alvin langsung bergegas mengambil kotak P3K.
“Dimana”
“Itu bang. Di lapangan basket”
“Rissa kamu ikut aku yah, standnya biarin dulu”
“Oke kak”
Kami langsung berlari menuju lapangan basket dan aku mengikuti Alvin dari belakang. Lalu menyelip di antara kerimunan lain yang mengelilingi orang yang cedera tadi. Wajahnya tidak asing, itu Ian. Terlihat dia sangat kesakitan menahan lututnya yang kesakitan.
“Rissa, kamu stay disini yah, bantu benerin posisi duduknya dulu. Aku mau ambil tandu dulu”
Aku mengangguk dan Alvin lalu berlari dengan cepat bersama Angga untuk membawa tandu dari stand tadi yang kuliat. Sedangkan aku membantu Ian duduk dengan benar, agar tidak menambah sakit pada lututnya.
“Aww sakit buk”
“Tahan yah, makanya mainnya jangan kayak simba. Jadi sampai cedera gini kamunya ih”
“Al, aku ini sedang sakit loh, dan kamu masih sempat marahin aku yang seorang pasien ini Al”
“Ih, siapa yang marahin”
“Itu tadi nggak ya, burung berkicau kali yah” nadanya sambil mengejekku
Alvin kembali dengan tandu dan memopong Rian bersama dengan Angga ke UKS sekolah. Aku mengikuti dari belakang, sambil menatap Ian dengan sedikit merasa khawatir.
Cedera Ian di atasi oleh Bu Rahmi yang merupakan perawat yang sedang tugas di sekolah. Alvin membantu Bu Rahmi, lalu aku memperhatikan dari samping sambil melihat kerja Alvin yang begitu cepat dan tanggap tanpa aba-aba apapun dia tahu Bu Rahmi akan meminta apa.
*******************
Terimakasih yang sudah mau membaca cerita ini,
Maaf untuk segala kekurangan penulisan, maklum penulis pemula yang akan terus belajar dan memperbaiki agar menuju kata sempurna.
Bantu cerita ini dengan cara vote dan comment ya, jangan lupa.
With Love, Aponi line❤️
Rasa terlalu sibuk berkenalan dan mengenal yang satu tapi tidak sama lain“Bunga itu sudah cukup indah Al, jangan kau pandangi terus”, tiba-tiba suara seorang laki-laki yang terasa asing memecahkan lamunanku menatap bunga lavender di belakang kelas. Sosok wajahya baru kukenal tapi seolah dia sudah mengenalku lama.“Ngaco aja kamu”“Ya sudah kalau tidak percaya, aku mengatakannya bukan untuk membuatmu percaya”“Kok kamu tahu namaku?”.“Siapa yang tidak tahu namamu Al, Aline Clarissa Putri.” Satu sekolah rasanya sudah tahu namamu.“Ah masa, dari tadi kamu melantur aja”, ketus ku kesal meninggalkannya.“Aku Theo”Seketika aku berhenti karena mendengar namanya, teringat kepada sebuah surat misterius yang dulu keterima, tapi langsung kubuang begitu saaja. Aku menghentikan langkah ku lalu memutar badan melihatnya.“
Ada kalanya waktu suka bercanda terkait beberapa hal yang seharusnya diletakkan pada porsi serius. Karena kadang untuk serius malah menjadikannya sebuah kata sulit yang tidak mampu untuk dileburkan. Hingga sampai pada akhirnya segala yang serius tidak mesti mati dalam definisinya, tetapi bisa hangat jika ada kata bercanda dalamnya.Hampir dua tahun sekolah yang jauh dari Ayah, Bunda dan Abang menuntut si gadis kecil yang dulunya manja ini perlahan mulai mandiri dan dewasa dengan sendirinya. Menjalankan hari-hari dengan bertahan tanpa pernah bisa untuk mengungkapkan perasaan mengeluh sedikit pun pada siapa pun selain diri sendiri adalah hal luar biasa yang sepatutnya aku banggakan kepada diri sendiri.Dari hal itu, banyak momen dan kejadian yang terjadi mewarnai perjalanan seorang Aline Clarissa Putri yang perlahan mengantarkannya mengenal sisi-sisi dunia dan sudut pandang yang berbeda. Dari menemukan sahabat-sahabat tersayang yang selalu ada bahkan sedia 24 jam untuk s
Masa lalu kadang datang, kadang juga pergi. Tapi yang pasti akan ada kejadian yang akan selaludirindukanyaituKenangan."Aline, ada keluarga kamu di depan asrama" , sahut pembina asrama yang datang mengabariku ke kamar."Bunda saya Bu?" tanya ku memperjelas ucapannya."Iya, silahkan ke depan ya supaya tidak menunggu terlalu lama" ucapnya kemudian berlalu meninggalkanku.Aku kemudian bersiap-siap untuk menemui bunda karena sudah tidak sabar lagi. Hal yang paling seru dari sekolah asrama adalah dikunjungi keluarga secara tiba-tiba, perasaan dikasih kejutan seperti itu sungguh sangat luar biasa. Apalagi jika sudah lama tidak bertemu, bisa-bisa pas ketem
Pertemuan tidak selalu tentang direncanakan,Tapi kadang ketidaksengajaan juga merupakan rencana semesta untuk kita ketemu lagi.Setelah kejutan yang sangat luar biasa kemarin kepalaku keram berputar-putar. Bahkan perasaan canggung juga muncul ketika bertemu Theo sepertinya. Sosok Soma yang selalu membuatku penasaran dia ada dimana sekarang selama ini. Ternyata dia begitu dekat, tapi tidak kusangka dia harus datang dengan membuatku jengkel terhadapnya untuk pertama kalinya.Tapi sekarang apapun yang terjadi mengenai Theo sebelumnya bisa kuleburkan saja. Kalau dilihat sebenarnya dia tidak begitu salah. Hanya saja aku yang terlalu jutek padanya saat pertemuan pertama kami di sekolah.Ternyata Theo adalah murid pindahan dari Jogja ke sekolahku. Rasa penasaran yang banyak serasa ingin kuhabiskan dengan bertanya kepadanya. Tapi mengingat awal pertemuan itu, kadang membuatku juga malu.Sulit mempercayai bahwa
Hal yang biasa sekarang suatu saat akan jadi kenangan luar biasa yang tidak bisa lagi diulang. Karena porsi dan kerjanya hanya untuk berada di masa lalu."Hampir saja", ucapku dengan napas yang tersengal-sengal karena hampir saja terlambat dan berdiri tepat di luar gerbang sekolah."Pak... buka dong pak",Terdengar suara Ian dari belakangku. Dia terlambat beberapa detik setelah gerbang sekolah ditutup. Tampak napasnya yang ikut ngos-ngossan kemudian melihatku. Mendengar itu, pak satpam menghiraukannya saja kemudian berlalu meninggalkan kami berdua."Terlambat, hampir saja tadi bisa masuk loh padahal.""Iya namanya juga usaha, udah lari tetap aja terlambat. Al bantuin aku dong"Melihat di sekitarku tidak ada guru dan satpam, Ian mencoba membujukku untuk membantunya sebelum jam pelajaran di kelas mulai. Tetapi gerbangnya sudah di gembok sama pak satpam yang pergi melewatiku tadi."Gimana
Untuk rasa bahagia yangberlalu-lalang.Jikalauinginmenetapberhentilah. Tapi jika hanyasinggahpergilah. Karena rasa bukan sepertibianglala yangdikemudikan.Aktifitas sekolah yang sudah mulai sibuk dengan ujian membuat semua punya wajah kusut kusam saat bel sekolah berbunyi. Rasa ingin membaringkan badan segera di kasur dan batal yang empuk sekarang adalah tujuan satu-satunya.Hari ini, pulang sekolah cukup telat daripada biasanya. Sudah banyak persiapan soal-soal ujian akhir semester yang harus dipelajari lagi. Tidak banyak tapi tidak juga sedikit untuk ditimbang mata dan kepala yang sudah merindukan senja dan r
Bahwa kaumenyukaiseseorang berarti, kau salahmemahamiorang itu dengancaramusendiri.Cuaca terlalu cerah untuk di cemberutkan rasa lelah. Rasa syukur bisa menatap langit malam penuh bintang yang didesain semesta hari ini amat sangat luar biasa lebih dari kata sempurna. Dari sudut kota Bogor dan jauh dari keluarga ternyata kehangatan itu masih ada walau tanpa ada mereka. Semua punya peran masing-masing dan warnanya sendiri seperti pelangi yang di jelaskan Ian kemarin. Di segala titik kehidupan dan proses yang kita lalui semesta telah menetapkan rencana kejutannya masing-masing untuk kita.Sebuah kertas yang sudah terlihat lusuh terlipat menjadi dua bagian ini diberikan Ian kemarin baru sempat kubaca. Karena secara cepat tubuh langsung
Jika ada satu kata yang punyasejutamaknadari setiap jiwaitulahPerasaan. Karena Perasaan ibaratgalaksidari semua rasa jatuh, sedih, bahagia, bingung, suka, luka bahkan cinta.Apakah ada sebuah alat untuk membaca dengan jelas segala perasaan yang membuat kebingungan bisa dilihat penyebabnya. Jika ada sepertinya aku adalah orang yang pertama yang akan jadi pembelinya. Sulitnya mengatasi kebingungan dari rasa yang kian gundah sampai pada detak jantung yang termakan waktu sehingga harus berdetak dengan begitu laju.Ketidaknyamanan yang seharusnya dilewatkan begitu saja, tapi tetap menetap seperti jamur yang membaur di segala dentangan jam detik maupun hari. Untuk siap menutup telinga bisa, tapi tidak menutup asumsi
Perasaan yang kuketahui melalui dirimuJiwa ini terlalu banyak diam meskipun mulut bersuara terbuka. Tapi hati dan jiwa menolak semua pintu untuk berani mengutarakan segala rasa yang dirasakan. Begitulah serba sulitnya menjadi seorang Aline. Jika boleh menarik diri sendiri untuk berani ngutarain apapun tolong aku mau banget. Karena capek sembunyi kayak kucing-kucingan dengan segala rasa yang kadang aku tahu ini bagaimana.Sehabis beranjak pergi dari kantin untuk menemui Ian kini mataku tertuju padanya. Banyak hal yang ingin diucapkan tapi yang jelas aku butuh satu jawaban yang benar-benar dari mulutnya saat ini.“Aline..” panggil Ian dengan nada sendu memandangiku yang dari tadi terpaku tidak berniat menjangkaunya lebih dekat.“Jadi gimana?, yang dikatakan Tania itu betul atau salah?”“Aku masih disini kok, belum kemana-mana.”“Bukan itu maksudku, kamu sudah tahu apa yang harus kamu jawab Ia
Karena rasa itu tidak semestinya ada dan terlalu lama menetap Pagi sudah menyongsong rapi garis kerutan di gambar yang cemberut.Matahari menggelitik mataku yang melamun sedari tadi.Lamunanku buyar ketika suara seseorang dari belakang mulai mendekati perlahan.Aku yang peka dengan langkah kaki itu, sengaja tidak mempedulikan siapa yang berada di belakang.Langkahnya mendekat tapi lagunaku terlalu nikmat untuk dihentikan. "Dorr!!", ucap seseorang yang mencoba membuatku kaget tapi tidak denganku yang sudah tahu dia berada di belakang.Soma dengan wajah manisnya yang selalu melempar senyum membuat lamunan senduku tadi mulai buram dan perlahan tersingkirkan. "Somaa, aku udah nyadar loh daritadi kamu jalan pelan bu
Tidak semua perasaan bisa untuk disembunyikan begitu rapi. Tapi ada beberapa hal yang memaksanya cukup dalam diam sajaSetelah pelukan sore itu sampai sekarang kejadiannya masih terbayang-bayang di kepalaku ini. Aku mulai memikirkan beberapa hal yang akan membuatku canggung jika bertemu dengannya kembali.Bodohnya keberanian itu telah berhasil membuatku terperangkap dengan rasa malu. Memeluknya tanpa aba-aba bahkan sambil menangis di pelukannya, oh semesta sepertinya aku sudah kehilangan akal.Baiklah sekarang saatnya harus amnesia sekejap atas apa yang terjadi kemaren. Supaya dapat kukumpulkan sisa-sisa rasa berani itu untuk berangkat ke sekolah hari ini. Yang mau tidak mau, wajah Ian pasti akan kulihat, karena kami yang sekelas.Aku terlalu malu untuk kembali ke sekolah. Nana sudah memanggilku yang dari tadi yang sebeneranya sudah siap. Tapi hanya tidak siap untuk melangkahkan kaki ke sekolah. Rasa malu kali ini tidak bi
Ternyata perasaan tidak perlu izin untuk mencemaskan seseorang yang bukan siapa-siapa.Langit siang di kota Bogor hari ini cukup terik daripada biasanya. Tidak ada saupun tanda-tanda mendung dilihat dari beberapa awan yang hanya sedikit melindungi bumi dari matahari. Hal-hal yang seperti ini akan jadi momen langka tapi juga menguntungkan bagi beberapa orang seperti petani-petani yang berharap padi mereka akan cepat kering.Lokasi sekolahku yang cukup jauh dari pusat kota membuat sekolah ini punya kesan sendiri seperti berada di desa. Kanan kiri gedung sekolah masih dikelilingi oleh luasnya lahan sawah dari masyarakat disini.Hampir setiap pagi bahkan sampai menjelang siang udara disini masih sangat segar dihirup. Tidak ada polusi udara dan juga tidak banyaknya asap kendaran. Tapi karena banyak yang bersekolah disini, suasananya tidak pernah sepi.Aku mulai berangkat sekolah hari ini bersama Nana, Arum dan Tania. Tapi satu
Hampir saja tidak sempat untuk masuk ke perpustakaan sebelum Bu Dinda pegawai pustaka mengunci pintu karena sudah menunjukan waktu istirahat. Tapi untuk beberapa orang yang lebih memilih stay buat membaca buku diperbolehkan berada di dalam saja sampai pintunya di buka kembali sama Bu Dinda.Aku mulai sering ke perpustakaan karena beberapa target dari buku-buku kedokteranku terbang kalai. Untuk memenuhi dan mengebut supaya ga lost lagi sama planning yang udah aku susun. Duduk dan berdiam diri di perpustakaan adalah cara paling praktis menyelesaikan buku ini dengan cepat.Terlihat Soma yang sedang asik melukis. Aku mengagetkannya dari belakang tapi sebisa mungkin tidak akan membuatnya mengacaukan lukisan indahnya itu. Soma tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihatku yang usil."Usilnya masih sama ya kayak waktu kecil Al""Hehehe, habisnya fokus banget"Aku membuka buku kedokteran dan segera membacanya dengan sebuah pena warna yang akan
Jika ada satu kata yang punyasejutamaknadari setiap jiwaitulahPerasaan. Karena Perasaan ibaratgalaksidari semua rasa jatuh, sedih, bahagia, bingung, suka, luka bahkan cinta.Apakah ada sebuah alat untuk membaca dengan jelas segala perasaan yang membuat kebingungan bisa dilihat penyebabnya. Jika ada sepertinya aku adalah orang yang pertama yang akan jadi pembelinya. Sulitnya mengatasi kebingungan dari rasa yang kian gundah sampai pada detak jantung yang termakan waktu sehingga harus berdetak dengan begitu laju.Ketidaknyamanan yang seharusnya dilewatkan begitu saja, tapi tetap menetap seperti jamur yang membaur di segala dentangan jam detik maupun hari. Untuk siap menutup telinga bisa, tapi tidak menutup asumsi
Bahwa kaumenyukaiseseorang berarti, kau salahmemahamiorang itu dengancaramusendiri.Cuaca terlalu cerah untuk di cemberutkan rasa lelah. Rasa syukur bisa menatap langit malam penuh bintang yang didesain semesta hari ini amat sangat luar biasa lebih dari kata sempurna. Dari sudut kota Bogor dan jauh dari keluarga ternyata kehangatan itu masih ada walau tanpa ada mereka. Semua punya peran masing-masing dan warnanya sendiri seperti pelangi yang di jelaskan Ian kemarin. Di segala titik kehidupan dan proses yang kita lalui semesta telah menetapkan rencana kejutannya masing-masing untuk kita.Sebuah kertas yang sudah terlihat lusuh terlipat menjadi dua bagian ini diberikan Ian kemarin baru sempat kubaca. Karena secara cepat tubuh langsung
Untuk rasa bahagia yangberlalu-lalang.Jikalauinginmenetapberhentilah. Tapi jika hanyasinggahpergilah. Karena rasa bukan sepertibianglala yangdikemudikan.Aktifitas sekolah yang sudah mulai sibuk dengan ujian membuat semua punya wajah kusut kusam saat bel sekolah berbunyi. Rasa ingin membaringkan badan segera di kasur dan batal yang empuk sekarang adalah tujuan satu-satunya.Hari ini, pulang sekolah cukup telat daripada biasanya. Sudah banyak persiapan soal-soal ujian akhir semester yang harus dipelajari lagi. Tidak banyak tapi tidak juga sedikit untuk ditimbang mata dan kepala yang sudah merindukan senja dan r
Hal yang biasa sekarang suatu saat akan jadi kenangan luar biasa yang tidak bisa lagi diulang. Karena porsi dan kerjanya hanya untuk berada di masa lalu."Hampir saja", ucapku dengan napas yang tersengal-sengal karena hampir saja terlambat dan berdiri tepat di luar gerbang sekolah."Pak... buka dong pak",Terdengar suara Ian dari belakangku. Dia terlambat beberapa detik setelah gerbang sekolah ditutup. Tampak napasnya yang ikut ngos-ngossan kemudian melihatku. Mendengar itu, pak satpam menghiraukannya saja kemudian berlalu meninggalkan kami berdua."Terlambat, hampir saja tadi bisa masuk loh padahal.""Iya namanya juga usaha, udah lari tetap aja terlambat. Al bantuin aku dong"Melihat di sekitarku tidak ada guru dan satpam, Ian mencoba membujukku untuk membantunya sebelum jam pelajaran di kelas mulai. Tetapi gerbangnya sudah di gembok sama pak satpam yang pergi melewatiku tadi."Gimana