Ada kalanya waktu suka bercanda terkait beberapa hal yang seharusnya diletakkan pada porsi serius. Karena kadang untuk serius malah menjadikannya sebuah kata sulit yang tidak mampu untuk dileburkan. Hingga sampai pada akhirnya segala yang serius tidak mesti mati dalam definisinya, tetapi bisa hangat jika ada kata bercanda dalamnya.
Hampir dua tahun sekolah yang jauh dari Ayah, Bunda dan Abang menuntut si gadis kecil yang dulunya manja ini perlahan mulai mandiri dan dewasa dengan sendirinya. Menjalankan hari-hari dengan bertahan tanpa pernah bisa untuk mengungkapkan perasaan mengeluh sedikit pun pada siapa pun selain diri sendiri adalah hal luar biasa yang sepatutnya aku banggakan kepada diri sendiri.
Dari hal itu, banyak momen dan kejadian yang terjadi mewarnai perjalanan seorang Aline Clarissa Putri yang perlahan mengantarkannya mengenal sisi-sisi dunia dan sudut pandang yang berbeda. Dari menemukan sahabat-sahabat tersayang yang selalu ada bahkan sedia 24 jam untuk satu sama lain. Sampai kepada memahami kejengkelan masing-masing pembina asrama yang suka bikin kesal setiap pagi bahkan malam pun juga.
Perlahan hal tersebut mengantarkanku kepada pencarian jati diri akan sebuah kenyamanan dan ketenangan di sekolah yang tidak menjadikanmu pusat dari seluruh dunia. Kehidupan yang kau jalani sekarang itu tanggung jawabmu sendiri. Konsep seperti ini selalu di highlight di beberapa seminar-seminar kecil di asrama maupun sekolah. Jadi untuk apapun yang kita lakukan baik dari segi rajin, malas, nakal, bolos dan aksi-aksi lainnya itu akan mendapatkan pertanggung jawabannya dari diri sendiri ketika melanggar hal tersebut, tidak ada lagi kata orang tua. Jika simpelnya gini, ya mau gak mau kita yang ngurusin hidup sendiri sebisa mungkin dengan ikutin peraturan-peraturan sekolah yang sejibunnya nggak nanggung-nanggung.
Sampai kepada liburan nilai plusnya adalah aku jadi lebih menghargai waktu dengan keluarga yang selalu dihitung mundur oleh waktu libur yang tidak lama. Kali ini lagi-lagi aku kembali ke asrama setelah menikmati liburan beberapa hari karena murid kelas 3 sedang melaksanakan ujian.
Hari pertama sekolah setelah liburan aku disibukkan dengan aktivitas di UKS yang salah satu proker dari ekskul yang aku ambil. Kadang menambah wawasan terkait topik atau permasalahan kesehatan dengan Bu Rahmi. Seorang alumni sekolah ini dan lulusan fakultas kedokteran di Semarang. Jadi Bu Rahmi mengabdi di sekolah selama beberapa bulan, dan selama itu aku memanfaatkan waktu untuk mengenal lebih dalam tentang kedokteran yang merupakan impianku.
“Loh Rissa... ga ada kelas kamu?”, terdengar suara kak Alvin dari pintu UKS yang membuat obrolanku dengan Bu Rahmi terpotong saat sedang seriusnya membahas penyakit anak-anak asrama.
“Eh kak Alvin, lagi kosong soalnya gurunya lagi sakit kak. Jadi daripada aku bengong di kelas mending di UKS bantuin Bu Rahmi. Kak Alvin gak ada kelas?”.
“Aku baru selesai ujian susulan di kantor guru tadi, setelah itu ke UKS deh. Ternyata ada kamu”
“Iya kak, sekalian cerita sama Bu Rahmi nambah-nambah ilmu juga kan siapa tahu”
Bu Rahmi menoleh ke arah kak Alvin, sambil menunjuk ke hand sanitizer di depan pintu menginsyaratkan agar dia membersihkan tangannya dulu sebelum masuk ke dalam. “Gimana Vin, ujiannya?.. lancar?”.
“Begitulah Bu, ada lancar ada mempet”
“Mempet gimana kak, dikata toilet kali ya Bu”.
“Hahaha, ya gitu deh Buk, Rissa. Yang dapat ya ada juga, yang gak juga ada”.
Sambil menikmati waktu luang dan kosongku selama beberapa jam. Kami bercerita-cerita seru bersama Bu Rahmi sekaligus bertanya dan menghabiskan rasa antusiasku terhadap kedokteran.
Setelah bercengkerama beberapa jam, ada seseorang datang dengan wajah yang cukup tidak asing bagiku. Wajahnya pucat sambil memegang perutnya yang dia tahan seperti amat sangat kesakitan.
Dia Theo, pria yang kujumpai beberapa hari yang lalu. Dengan teka-teki yang dia tinggalkan yaitu “Kotak Waktu” yang sampai sekarang akupun tak paham apa maksud dia mengungkapkan itu.
“Kenapa dek?”, tanya Bu Rahmi pada Theo. Beliau memang memanggil kami dengan sebutan adek, karena Bu Rahmi juga masih muda. Tapi tidak satupun dari salah seorang murid di sekolah boleh memanggil Bu Rahmi dengan sebutan kakak. Supaya terkesan lebih menghormati beliau para guru melarang kami untuk berbicara santai.
“Badan saya lemas Bu, sedikit sesak napas”.
“Ada riwayat penyakit kamu dek?”
“Nggak Bu, hanya lemas saja Bu”
Aku mendengarkan dari jauh keluhan Theo, karena tidak enak menghampirinya. Dan juga Bu Rahmi dan Kak Alvin sudah ada untuk menanganinya. Setelah dikasih obat sama Bu Rahmi, Theo dibiarkan berbaring di UKS hingga dia terlelap karena sudah meminum obat yang dikasih Bu Rahmi.
Kak Alvin kemudian pamit pulang, karena kegiatannya di sekolah sehabis ujian tidak ada. Kemudian Bu rahmi meninggalkan Theo bersamaku, karena ada rapat guru yang harus dia hadiri sebentar.
Sesekali siswa kelas lain datang ke UKS ada yang minta obat magh, ada yang sekedar mampir untuk menimbang berat badan sehabis dari toilet. Sampai pada suasana canggungku melihat Theo yang terbaring karena kami hanya berdua saja di UKS. Untuk menghilangkan rasa gabut dan canggung, aku membaca buku-buku catatan medis tentang penyakit di meja Bu Rahmi.
“Aline” , terdengar suara Theo yang lirih memanggilku beberapa kali, karena aku yang terlalu fokus membaca buku medis ini daritadi. Aku langsung bergegas menghampirinya.
“Iya ada apa?.. butuh sesuatu?”.
“Boleh tolong ambilkan aku air minum Al”, kemudian aku mengambilkannya air minum yang sedikit hangat agar membuat perutnya yang sakit tadi agar lebih enakan.
“Ini, hati-hati panas, aku campur sama air panas soalnya. Biar kamu bisa lebih enakan perutnya” lalu aku kembali duduk ke meja Bu Rahmi,melanjutkan bacaanku.
“Al, kamu ga ingat aku?”
“Ingat, kamu yang beberapa hari yang lalu kan, yang meninggalkanku dengan rasa penasaran. Tapi tidak juga, ini bukan rasa penasaran. Cuman sedikit bingung saja”.
“Berarti kamu tidak ingat, bukan itu maksudku”
“Lalu apalagi?”.
Dia diam meninggalkanku sekali lagi dengan pertanyaan yang tidak dia jawab. Aku terlalu malas mengganggunya yang sedang terbaring sakit. Jadi aku memilih diam, dan melanjutkan bacaanku. Sepuluh menit berikutnya Bu Rahmi datang, dan aku meninggalkan Theo bersama Bu Rahmi, dan berjalan menuju kelas, karena sebentar lagi pelajaran selanjutnya akan dimulai.
Sebelum menuju kelas, aku menyempatkan diri menuju kamar mandi, karena daritadi menahan pipis di UKS sambil menunggu Theo ada yang jagain. Tiba-tiba ketemu dengan Tania di kamar mandi.
“Tania,, tumben-tumbenan ketemu di UKS bisa barengan gini”. Sapaku sambil mengejutkannya yang lagi bengong di depan kamar mandi menunggu antrian.
“Aaaline..ih bikin kaget... Pas banget. Daritadi aku nyariin kamu kekelas pas waktu istirahat tapi gak ada, trus Nana juga gak masuk kelas”.
“Aku daritadi piket di UKS Tann, Nana katanya lagi sakit jadi gak masuk hari ini”
“Ada apanih, pasti ada something happened nih?”,
“Tahu aja, inii...” Tania menyodorkan sebuah surat berwarna pink seperti titipan surat biasanya padaku. Wangi parfumnya yang semerbak menandakan surat ini adalah surat cinta yang selalu dia titipkan padaku si pembawa pesan.
“Hmmm apanihh, sepertinyaa ini. Lagi-lagi ya Tan, perasaan baru beberapa hari kemarin aku bantu sampaikan ke penerima pesanmu itu. Sekarang muncul surat baru lagi ya”
“Eh iya hampir sama, tapi ini beda dan cukup istimewa. Dimohonkan kerahasiaan negaranya ya bund”.
“Buat siapa nih, hayoo. Pasti sudah tokoh baru lagi nih penerima pesannya”.
“Buat ketua kelasmu. Ian”. Sontak saja aku kaget mendengar Tania menyebut nama Ian.
“Haa, Ian?.. Serius Tan?”, Aku spontan kaget mengulang nama Ian, seolah tak percaya yang akan menerima ini adalah Ian.
“Iya Al, bantuin yaa All, please”, pintanya dengan wajahnya yang memohon dengan sangat sampai membuatku tidak tega tapi juga tidak percaya.
“Gimana ceritanya bisa Ian?”. Candaku sekaligus penasaran akan jawaban dari Tania.
“Jadi kemarinn Al, aku lagi jajan jagung bakar yang enak di depan sekolah itu sendiri. Tiba-tiba uangku hilang Al, tapi nyadarnya setelah jagungnya udah siap, trus aku kebingungan gimana bayarnya. Tiba-tiba Rian ini dia datang nalangin pas dia juga mau beli jagung. Trus aku mau ganti uangnya sambil ngucapin makasih, itu ada uangnya didalam kertas.
“Oowh gitu paham, tapi ada bau-bau harum ni suratnya, apakah ini...”
“Hahaha, tau aja kamu, coba aja dulu kan... “
“Jadi ini beneran surat cinta, Tan?”
“Iya begitulah kira-kira Aline Clarissa Putri, sepertinya aku tiba-tiba jatuh cinta pada pandangan pertama pada Rian”
“Cukup sering juga ya Tan, jatuh cintanya. Hmm okedeh, nanti aku berikan ya”
“Thank you sahabat terbaik aku”. Peluk Tania sambil meninggalkanku dan bahkan aku lupa bahwa ingin ke kamar mandi tadi. Karena rasa penasaran dari pernyataan Tania yang sangat random itu.
Tania memang orang yang cukup bar bar terkait masalah perasaan. Tapi aku gatau apakah dia hanya cuman main-main saja atau bisa saja kali ini serius. Aku sudah melihatnya berbalas pesan dengan beberapa cowok yang berbeda setiap bulannya. Tania memang cantik, dan dia pun sadar akan hal itu. Tidak sedikit laki-laki di sekolah yang suka dengannya. Bahkan kakak tingkat pun pernah menjadi salah satu dari list mantan Tania. Menurut dia hal tersebut menyenangkan, ya begitulah kira-kira definisi rasa bahagianya.
Sambil menunggu bel pulang sekolah aku memperhatikan sesekali surat yang dititipkan Tania tadi. Ada semacam rasa bingung dan tidak nyaman melihat surat ini. Tapi aku hiraukan saja, lagian tugasku hanya untuk memberikan surat ini, itu saja. Untuk hal lainnya tidak mesti memenuhi kepalaku. Aku menghiraukan segala perasaan dan kebingungan yang tak kupahami sendiri.
“Ian, tunggu bentar” aku menahan dirinya yang terburu-buru keluar kelas.
“Iya Al, ada apa. Aku duluan ya Al, ada mamaku di bawah soalnya”.
“Owh iya, eh tapi ini ada surat..”. Ian langsung mengambil surat yang kuberikan,
“Oke al”
“itu surat darii...” dia sudah pergi sebelum aku menyelesaikan perkataanku. Bahwa itu surat dari Tania”
Mungkin Tania juga sudah menuliskan namanya di surat yang dia titipkan padaku tadi. Setelah memberikan surat tadi, aku melihat para petugas piket kelas sudah beres membersihkan kelas. Aku mengunci kelas dan menitipkan kunci ke ruang tata usaha seperti kebiasaanku setiap harinya sebagai sekretaris kelas. Kemudian pulang ke asrama untuk beristirahat.
Sambil membaringkan badanku di kasur setelah mengganti baju aku kembali memikirkan hal-hal yang sudah tejadi di sekolah tadi. kadang terlintas surat Tania untuk Ian, kadang terlintas perkataan Theo yang selalu membuat teka-teki yang tidak kupecahkan dari kemarin. Seperti biasa aku mencoba melatih tulisanku dengan beberapa puisi yang kutuliskan di catatan harianku.
Suara Lavender 2
Teka-teki dari suara lirih
Dengan bingung yang tidak bertujuan
Terlalu banyak hal untuk dipaksa menjadi tuan
Dari bungkamnya mulut yang dipaksa jawaban
Sampai rasa yang heran kebingungan, bertanya
“Kenapa kau permasalahkan suratnya?.
Cemburukah wahai rasa?
*******************
Terimakasih yang sudah mau membaca cerita ini,
Maaf untuk segala kekurangan penulisan, maklum penulis pemula yang akan terus belajar dan memperbaiki agar menuju kata sempurna.
Bantu cerita ini dengan cara vote dan comment ya, jangan lupa.
With Love, Aponi line❤️
Masa lalu kadang datang, kadang juga pergi. Tapi yang pasti akan ada kejadian yang akan selaludirindukanyaituKenangan."Aline, ada keluarga kamu di depan asrama" , sahut pembina asrama yang datang mengabariku ke kamar."Bunda saya Bu?" tanya ku memperjelas ucapannya."Iya, silahkan ke depan ya supaya tidak menunggu terlalu lama" ucapnya kemudian berlalu meninggalkanku.Aku kemudian bersiap-siap untuk menemui bunda karena sudah tidak sabar lagi. Hal yang paling seru dari sekolah asrama adalah dikunjungi keluarga secara tiba-tiba, perasaan dikasih kejutan seperti itu sungguh sangat luar biasa. Apalagi jika sudah lama tidak bertemu, bisa-bisa pas ketem
Pertemuan tidak selalu tentang direncanakan,Tapi kadang ketidaksengajaan juga merupakan rencana semesta untuk kita ketemu lagi.Setelah kejutan yang sangat luar biasa kemarin kepalaku keram berputar-putar. Bahkan perasaan canggung juga muncul ketika bertemu Theo sepertinya. Sosok Soma yang selalu membuatku penasaran dia ada dimana sekarang selama ini. Ternyata dia begitu dekat, tapi tidak kusangka dia harus datang dengan membuatku jengkel terhadapnya untuk pertama kalinya.Tapi sekarang apapun yang terjadi mengenai Theo sebelumnya bisa kuleburkan saja. Kalau dilihat sebenarnya dia tidak begitu salah. Hanya saja aku yang terlalu jutek padanya saat pertemuan pertama kami di sekolah.Ternyata Theo adalah murid pindahan dari Jogja ke sekolahku. Rasa penasaran yang banyak serasa ingin kuhabiskan dengan bertanya kepadanya. Tapi mengingat awal pertemuan itu, kadang membuatku juga malu.Sulit mempercayai bahwa
Hal yang biasa sekarang suatu saat akan jadi kenangan luar biasa yang tidak bisa lagi diulang. Karena porsi dan kerjanya hanya untuk berada di masa lalu."Hampir saja", ucapku dengan napas yang tersengal-sengal karena hampir saja terlambat dan berdiri tepat di luar gerbang sekolah."Pak... buka dong pak",Terdengar suara Ian dari belakangku. Dia terlambat beberapa detik setelah gerbang sekolah ditutup. Tampak napasnya yang ikut ngos-ngossan kemudian melihatku. Mendengar itu, pak satpam menghiraukannya saja kemudian berlalu meninggalkan kami berdua."Terlambat, hampir saja tadi bisa masuk loh padahal.""Iya namanya juga usaha, udah lari tetap aja terlambat. Al bantuin aku dong"Melihat di sekitarku tidak ada guru dan satpam, Ian mencoba membujukku untuk membantunya sebelum jam pelajaran di kelas mulai. Tetapi gerbangnya sudah di gembok sama pak satpam yang pergi melewatiku tadi."Gimana
Untuk rasa bahagia yangberlalu-lalang.Jikalauinginmenetapberhentilah. Tapi jika hanyasinggahpergilah. Karena rasa bukan sepertibianglala yangdikemudikan.Aktifitas sekolah yang sudah mulai sibuk dengan ujian membuat semua punya wajah kusut kusam saat bel sekolah berbunyi. Rasa ingin membaringkan badan segera di kasur dan batal yang empuk sekarang adalah tujuan satu-satunya.Hari ini, pulang sekolah cukup telat daripada biasanya. Sudah banyak persiapan soal-soal ujian akhir semester yang harus dipelajari lagi. Tidak banyak tapi tidak juga sedikit untuk ditimbang mata dan kepala yang sudah merindukan senja dan r
Bahwa kaumenyukaiseseorang berarti, kau salahmemahamiorang itu dengancaramusendiri.Cuaca terlalu cerah untuk di cemberutkan rasa lelah. Rasa syukur bisa menatap langit malam penuh bintang yang didesain semesta hari ini amat sangat luar biasa lebih dari kata sempurna. Dari sudut kota Bogor dan jauh dari keluarga ternyata kehangatan itu masih ada walau tanpa ada mereka. Semua punya peran masing-masing dan warnanya sendiri seperti pelangi yang di jelaskan Ian kemarin. Di segala titik kehidupan dan proses yang kita lalui semesta telah menetapkan rencana kejutannya masing-masing untuk kita.Sebuah kertas yang sudah terlihat lusuh terlipat menjadi dua bagian ini diberikan Ian kemarin baru sempat kubaca. Karena secara cepat tubuh langsung
Jika ada satu kata yang punyasejutamaknadari setiap jiwaitulahPerasaan. Karena Perasaan ibaratgalaksidari semua rasa jatuh, sedih, bahagia, bingung, suka, luka bahkan cinta.Apakah ada sebuah alat untuk membaca dengan jelas segala perasaan yang membuat kebingungan bisa dilihat penyebabnya. Jika ada sepertinya aku adalah orang yang pertama yang akan jadi pembelinya. Sulitnya mengatasi kebingungan dari rasa yang kian gundah sampai pada detak jantung yang termakan waktu sehingga harus berdetak dengan begitu laju.Ketidaknyamanan yang seharusnya dilewatkan begitu saja, tapi tetap menetap seperti jamur yang membaur di segala dentangan jam detik maupun hari. Untuk siap menutup telinga bisa, tapi tidak menutup asumsi
Hampir saja tidak sempat untuk masuk ke perpustakaan sebelum Bu Dinda pegawai pustaka mengunci pintu karena sudah menunjukan waktu istirahat. Tapi untuk beberapa orang yang lebih memilih stay buat membaca buku diperbolehkan berada di dalam saja sampai pintunya di buka kembali sama Bu Dinda.Aku mulai sering ke perpustakaan karena beberapa target dari buku-buku kedokteranku terbang kalai. Untuk memenuhi dan mengebut supaya ga lost lagi sama planning yang udah aku susun. Duduk dan berdiam diri di perpustakaan adalah cara paling praktis menyelesaikan buku ini dengan cepat.Terlihat Soma yang sedang asik melukis. Aku mengagetkannya dari belakang tapi sebisa mungkin tidak akan membuatnya mengacaukan lukisan indahnya itu. Soma tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihatku yang usil."Usilnya masih sama ya kayak waktu kecil Al""Hehehe, habisnya fokus banget"Aku membuka buku kedokteran dan segera membacanya dengan sebuah pena warna yang akan
Ternyata perasaan tidak perlu izin untuk mencemaskan seseorang yang bukan siapa-siapa.Langit siang di kota Bogor hari ini cukup terik daripada biasanya. Tidak ada saupun tanda-tanda mendung dilihat dari beberapa awan yang hanya sedikit melindungi bumi dari matahari. Hal-hal yang seperti ini akan jadi momen langka tapi juga menguntungkan bagi beberapa orang seperti petani-petani yang berharap padi mereka akan cepat kering.Lokasi sekolahku yang cukup jauh dari pusat kota membuat sekolah ini punya kesan sendiri seperti berada di desa. Kanan kiri gedung sekolah masih dikelilingi oleh luasnya lahan sawah dari masyarakat disini.Hampir setiap pagi bahkan sampai menjelang siang udara disini masih sangat segar dihirup. Tidak ada polusi udara dan juga tidak banyaknya asap kendaran. Tapi karena banyak yang bersekolah disini, suasananya tidak pernah sepi.Aku mulai berangkat sekolah hari ini bersama Nana, Arum dan Tania. Tapi satu
Perasaan yang kuketahui melalui dirimuJiwa ini terlalu banyak diam meskipun mulut bersuara terbuka. Tapi hati dan jiwa menolak semua pintu untuk berani mengutarakan segala rasa yang dirasakan. Begitulah serba sulitnya menjadi seorang Aline. Jika boleh menarik diri sendiri untuk berani ngutarain apapun tolong aku mau banget. Karena capek sembunyi kayak kucing-kucingan dengan segala rasa yang kadang aku tahu ini bagaimana.Sehabis beranjak pergi dari kantin untuk menemui Ian kini mataku tertuju padanya. Banyak hal yang ingin diucapkan tapi yang jelas aku butuh satu jawaban yang benar-benar dari mulutnya saat ini.“Aline..” panggil Ian dengan nada sendu memandangiku yang dari tadi terpaku tidak berniat menjangkaunya lebih dekat.“Jadi gimana?, yang dikatakan Tania itu betul atau salah?”“Aku masih disini kok, belum kemana-mana.”“Bukan itu maksudku, kamu sudah tahu apa yang harus kamu jawab Ia
Karena rasa itu tidak semestinya ada dan terlalu lama menetap Pagi sudah menyongsong rapi garis kerutan di gambar yang cemberut.Matahari menggelitik mataku yang melamun sedari tadi.Lamunanku buyar ketika suara seseorang dari belakang mulai mendekati perlahan.Aku yang peka dengan langkah kaki itu, sengaja tidak mempedulikan siapa yang berada di belakang.Langkahnya mendekat tapi lagunaku terlalu nikmat untuk dihentikan. "Dorr!!", ucap seseorang yang mencoba membuatku kaget tapi tidak denganku yang sudah tahu dia berada di belakang.Soma dengan wajah manisnya yang selalu melempar senyum membuat lamunan senduku tadi mulai buram dan perlahan tersingkirkan. "Somaa, aku udah nyadar loh daritadi kamu jalan pelan bu
Tidak semua perasaan bisa untuk disembunyikan begitu rapi. Tapi ada beberapa hal yang memaksanya cukup dalam diam sajaSetelah pelukan sore itu sampai sekarang kejadiannya masih terbayang-bayang di kepalaku ini. Aku mulai memikirkan beberapa hal yang akan membuatku canggung jika bertemu dengannya kembali.Bodohnya keberanian itu telah berhasil membuatku terperangkap dengan rasa malu. Memeluknya tanpa aba-aba bahkan sambil menangis di pelukannya, oh semesta sepertinya aku sudah kehilangan akal.Baiklah sekarang saatnya harus amnesia sekejap atas apa yang terjadi kemaren. Supaya dapat kukumpulkan sisa-sisa rasa berani itu untuk berangkat ke sekolah hari ini. Yang mau tidak mau, wajah Ian pasti akan kulihat, karena kami yang sekelas.Aku terlalu malu untuk kembali ke sekolah. Nana sudah memanggilku yang dari tadi yang sebeneranya sudah siap. Tapi hanya tidak siap untuk melangkahkan kaki ke sekolah. Rasa malu kali ini tidak bi
Ternyata perasaan tidak perlu izin untuk mencemaskan seseorang yang bukan siapa-siapa.Langit siang di kota Bogor hari ini cukup terik daripada biasanya. Tidak ada saupun tanda-tanda mendung dilihat dari beberapa awan yang hanya sedikit melindungi bumi dari matahari. Hal-hal yang seperti ini akan jadi momen langka tapi juga menguntungkan bagi beberapa orang seperti petani-petani yang berharap padi mereka akan cepat kering.Lokasi sekolahku yang cukup jauh dari pusat kota membuat sekolah ini punya kesan sendiri seperti berada di desa. Kanan kiri gedung sekolah masih dikelilingi oleh luasnya lahan sawah dari masyarakat disini.Hampir setiap pagi bahkan sampai menjelang siang udara disini masih sangat segar dihirup. Tidak ada polusi udara dan juga tidak banyaknya asap kendaran. Tapi karena banyak yang bersekolah disini, suasananya tidak pernah sepi.Aku mulai berangkat sekolah hari ini bersama Nana, Arum dan Tania. Tapi satu
Hampir saja tidak sempat untuk masuk ke perpustakaan sebelum Bu Dinda pegawai pustaka mengunci pintu karena sudah menunjukan waktu istirahat. Tapi untuk beberapa orang yang lebih memilih stay buat membaca buku diperbolehkan berada di dalam saja sampai pintunya di buka kembali sama Bu Dinda.Aku mulai sering ke perpustakaan karena beberapa target dari buku-buku kedokteranku terbang kalai. Untuk memenuhi dan mengebut supaya ga lost lagi sama planning yang udah aku susun. Duduk dan berdiam diri di perpustakaan adalah cara paling praktis menyelesaikan buku ini dengan cepat.Terlihat Soma yang sedang asik melukis. Aku mengagetkannya dari belakang tapi sebisa mungkin tidak akan membuatnya mengacaukan lukisan indahnya itu. Soma tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihatku yang usil."Usilnya masih sama ya kayak waktu kecil Al""Hehehe, habisnya fokus banget"Aku membuka buku kedokteran dan segera membacanya dengan sebuah pena warna yang akan
Jika ada satu kata yang punyasejutamaknadari setiap jiwaitulahPerasaan. Karena Perasaan ibaratgalaksidari semua rasa jatuh, sedih, bahagia, bingung, suka, luka bahkan cinta.Apakah ada sebuah alat untuk membaca dengan jelas segala perasaan yang membuat kebingungan bisa dilihat penyebabnya. Jika ada sepertinya aku adalah orang yang pertama yang akan jadi pembelinya. Sulitnya mengatasi kebingungan dari rasa yang kian gundah sampai pada detak jantung yang termakan waktu sehingga harus berdetak dengan begitu laju.Ketidaknyamanan yang seharusnya dilewatkan begitu saja, tapi tetap menetap seperti jamur yang membaur di segala dentangan jam detik maupun hari. Untuk siap menutup telinga bisa, tapi tidak menutup asumsi
Bahwa kaumenyukaiseseorang berarti, kau salahmemahamiorang itu dengancaramusendiri.Cuaca terlalu cerah untuk di cemberutkan rasa lelah. Rasa syukur bisa menatap langit malam penuh bintang yang didesain semesta hari ini amat sangat luar biasa lebih dari kata sempurna. Dari sudut kota Bogor dan jauh dari keluarga ternyata kehangatan itu masih ada walau tanpa ada mereka. Semua punya peran masing-masing dan warnanya sendiri seperti pelangi yang di jelaskan Ian kemarin. Di segala titik kehidupan dan proses yang kita lalui semesta telah menetapkan rencana kejutannya masing-masing untuk kita.Sebuah kertas yang sudah terlihat lusuh terlipat menjadi dua bagian ini diberikan Ian kemarin baru sempat kubaca. Karena secara cepat tubuh langsung
Untuk rasa bahagia yangberlalu-lalang.Jikalauinginmenetapberhentilah. Tapi jika hanyasinggahpergilah. Karena rasa bukan sepertibianglala yangdikemudikan.Aktifitas sekolah yang sudah mulai sibuk dengan ujian membuat semua punya wajah kusut kusam saat bel sekolah berbunyi. Rasa ingin membaringkan badan segera di kasur dan batal yang empuk sekarang adalah tujuan satu-satunya.Hari ini, pulang sekolah cukup telat daripada biasanya. Sudah banyak persiapan soal-soal ujian akhir semester yang harus dipelajari lagi. Tidak banyak tapi tidak juga sedikit untuk ditimbang mata dan kepala yang sudah merindukan senja dan r
Hal yang biasa sekarang suatu saat akan jadi kenangan luar biasa yang tidak bisa lagi diulang. Karena porsi dan kerjanya hanya untuk berada di masa lalu."Hampir saja", ucapku dengan napas yang tersengal-sengal karena hampir saja terlambat dan berdiri tepat di luar gerbang sekolah."Pak... buka dong pak",Terdengar suara Ian dari belakangku. Dia terlambat beberapa detik setelah gerbang sekolah ditutup. Tampak napasnya yang ikut ngos-ngossan kemudian melihatku. Mendengar itu, pak satpam menghiraukannya saja kemudian berlalu meninggalkan kami berdua."Terlambat, hampir saja tadi bisa masuk loh padahal.""Iya namanya juga usaha, udah lari tetap aja terlambat. Al bantuin aku dong"Melihat di sekitarku tidak ada guru dan satpam, Ian mencoba membujukku untuk membantunya sebelum jam pelajaran di kelas mulai. Tetapi gerbangnya sudah di gembok sama pak satpam yang pergi melewatiku tadi."Gimana