Share

KEPUTUSAN

Penulis: Lara Sandyakala
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-14 18:36:17

Cahaya memulai dengan segelas air putih sebelum berbicara,”Oke, gua tuh bingung tau, kuliah kan dua minggu lagi ujian, terus kalau latihan kompetisi emang cukup dua minggu?”

“Kalau ragu-ragu mending gausah, buang-buang duit, buang-buang waktu, nyusahian brian yang ngelatih lu!”

“Elu yakinin diri lu, bikin keputusan matang.”

“Katanya lu nggak mau ngabisin uang buat nongkrong kagak jelas, ini kesempatan buat lu ngebuktiin.”

“Gitu aja bingung, aneh lu.”

Ucapan to the point di sampaikan alex yang mengejutkan cahaya.

“Alex, sumpah mulut lu nggak punya saringan apa,” miya mulai geleng-geleng.

“Alex benar juga sih, tetapi nggak gitu juga kali. Sekalinya ngomong nyakitin,” yulia ikut-ikutan.

Cahaya menanyakan kepada brian.

 “Brian, pendaftarannya gimana? Buka pendaftaran kapan? Batas pendaftaran kapan?”

Brian menyuruh miya untuk mengeluarkan handphone menjunjukkan feed I*******m official account penyeleggara. Miya menginformasikan,” nih batas akhir tanggal 10 februari 2019.”

Yulia terbangun dari meja, mengambil kalender yang terletak di dekat kasir,

 “nih lihat, sekarang hari sabtu tanggal 2 februari. Ujian kan satu minggu dari tanggal 11 sampai 16 februari hari sabtu.”

“Oke, berarti gua punya waktu dari tanggal 17 februari sampai 1 maret buat latihan sama lu, aya,” ucap brian dengan penuh semangat.”

“Pendaftaran di buka mulai hari ini, kalau mau daftar dari sekarang aja, daripada nunggu-nunggu.keburu penuh”

“Kalau sekarang, jadi lu nggak kepikiran lagi soal pendaftaran, jadi lu tinggal ngelarin persiapan ujian semesteran, ngerjain tugas, abis itu baru urusin persiapan lomba.”

“Abis lomba kita susun liburan, ntar gua cari destinasi wisata yang paling oke.”

Yulia lagi-lagi mengungkapkan semangatnya membantu cahaya untuk bangkit dari hidupnya yang sempat terpuruk.

POV Brian

Gua langsung masuk ke dalam meja bar, mengambil tas pribadi. Gua ngeluarin dua bungkus beans lokal berukuran 250 gram yang baru di beli kemarin, dan masih tersegel rapi.

“ Gua punya dua kopi nih.”

“Kita buka satu, ini ada kopi dari daerah jawa barat garut papandayan, tingkat kematangan tidak terlalu gelap (Light roast), profile paska panen natural process. Kita cupping bareng-bareng, baru kita suruh cahaya bikin sekaligus ajang unjuk gigi dia buat berani tampil di depan umum.

“Gua dengan pedenya nyuruh cahaya latihan meskipun gua sendiri bingung ngelatihnya gimana? Cahaya kan introvert malu sama orang lain. BODO AMAT LAH, gua pasti bisa mentoring dia sampai berani tampil,” bergumam dalam hati sambil tangan menyiapkan alat, dan bahan untuk cupping.”

“Nih, udah selesai tinggal tunggu 4 menit.” Gua mengakhiri, dan kembali ke mereka semua.

POV Cahaya

Aku bingung sebenarnya, kan barusan aja bimbang mau gimana? Mau main gila aja udah, tetapi belum siap sih. Aku pun tetap diam saja melihat semua orang disini sedang serius membantu ku.

POV Miya

Gua colek alex, “Lex, kita nggak sadis ‘kan?”

“Nggak lah. Gua yakin.”

Gua yang bingung sebenarnya, terkesan memaksa cahaya untuk ikut. Dua minggu lalu gua dapet kabar kalau ada kompetisi di salah satu kedai baru di daerah kemang Jakarta selatan. Kebetulan teman gua yang pernah satu bar kerja disana.

Awalnya gua ngomong ke alex, dan akhirnya alex bilang sama brian kalau sebaiknya cahaya di suruh partisipasi. Awalnya si brian nggak mau takut cahaya kuliahnya berantakan. Namun, alex lagi-lagi meyakinkan brian kalau cahaya bisa kalau di paksa.

Lantai 1

Brian membawa dua gelas plastik, yang berisi lima sendok cupping, dan dua sendok biasa.

Dia menunjukkan fungsi kedua gelas itu, “Satu gelas diisi air panas, untuk mebilas sendok, satu gelas lagi untuk membuang ampas yang akan di pisahkan.”

“Cahaya, lu langsung praktekin cara nge-break(memisahkan ampas kopi) yang harus di pisahkan untuk memudahkan saat di cicipi” ujar brian.

Cahaya langsung mendekati gelas, dan memulai aksinya dengan mengambil dua sendok yang di pegang kedua tangannya, tangan kanannya menyusuri sisi gelas dengan cara memutar dari sisi atas hingga memutari seisi gelas, dengan tangan kirinya sudah siap mengambil hasil pisahan ampas dari tangan kanan.

Tangan kanan, dan kirinya mulai mengambil semua ampas yang sudah terpisahkan.

“Gila, pinter banget lu misahinnya,” sahut miya. Keren lu, “gua aja belum tentu bisa kaya lu.”

“Jangan di puji, ntar gobloknya balik lagi,” alex memulai cari masalah.

“Diem dah, cahaya kan kaga fokus orangnya,” sambung yulia.

“Cahaya langsung pisahin tuh gelas ampas, sama sendok ampasnya. Terus gelas plastik ambil lima di bar.”

Brian mengakhiri ucapnnya, oh iya,”tissue jangan lupa.”

Cahaya mengambil semua yang di instruksikan brian. Dia pun memulai kegiatan cupping yang bertujuan mengetahui karakter asli dari kopi tersebut, sebagai acuan rasa ketika di seduh menggunakan alat seduh manual.

Cahaya memulai dengan mengambil sendok cupping, mencelupkannya ke gelas berisi air panas kemudian di lap dengan tissue, kemudian ia mengambil kopi di cangkir menggunakan sendok, lalu di minum dengan sendok sampai terdengar suara,”sluurrp”

“anjir, ini enak kopinya gua bisa nggak ya bikin rasanya sama?” cahaya mulai tidak pede.

“Udah tau kan rasanya, lu icip lagi dua sampai tiga kali minum, jangan lupa sruputnya yang benar biar semua rasanya terasa sampai langit-langit.”

Brian lagi-lagi memberi instruksi yang membuat cahaya panik.

Cahaya pun melakukannya lagi, dan cahaya langsung menuju meja bar tanpa di suruh brian.

“Bagus, udah paham apa yang harus di lakuin, lu langsung persiapkan alat-alat ya, langsung bikin kopinya.”

Brian mengajak miya, alex, dan yulia untuk cupping. Mereka pun mencicipi di awali brian, miya, alex, dan di akhiri yulia.

 Sebelum yulia mencicipi, ia mendapat saran dari miya, “kalau nggak kuat lu buang aja cuy, itu ada gelas plastik kosong. Takutnya lu mual pen muntah.”

“Nggak lah, gua udah kuat gara-gara kelamaan main sama kalian,” Yulia mengakhiri,

Bab terkait

  • Lara Dan Rasa   PERLAHAN TAPI PASTI

    POV CahayaPertama, aku gigit terus kunyah kopinya, biar ada gambaran suhu air, dan gilingannya seperti apa.“Aduh, gimana ya? belum pernah bikin kopi kaya gini lagi.”“Tenang cahaya, pelan-pelan pikirin.”Aku terus bertengkar dengan logika.“91… eh 92 deh… bentar takut kurang tinggi… 95 aja deh, sekali kali coba ah, orang ini terang banget kopinya” aku bergugam sendiri, untuk menentukan langkah menyeduh kopi.Aku langsung menimbang biji kopi di timbangan(scale), memasukkan kopi di grinder, kemudian mengatur tingkat kekasaran ke tingkat medium(menengah) di nomor 3,5 dari 7.ku giling kopi, lalu ku masukkan ke dalam gelas plastik, tak lupa ku tutup tissue.Selanjutnya ku ambil air, memanaskan sampai mencapai suhu 95 derajat, menggunakan teko(kettle) dengan suhu digital

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • Lara Dan Rasa   MENCOBA DAN TERUS BELAJAR

    Bagian 8. Mencoba Dan Terus BelajarCahaya sudah membuat kopi dua kali, dan sekarang giliran brian yang menyimpulkan hasil latihan hari ini.Disaat yang sama ; cahaya sangat murung. Cahaya sepertinya kecewa karena gagal memenuhi ekspetasi rekan-rekannya yang tinggi terhadap dirinya. Cahaya mengatakan, “maaf kak brian. Seduhanku kurang maksimal.”Brian hanya diam setelah mendengar ungkapan maaf dari cahaya ; alex pun tertawa terbahak-bahak melihat cahaya.Alex menyindir cahaya, “Minta maaf mulu! Lebaran masih jauh,” alex meminum kopi cahaya perlahan dan melanjutkan ucapannya, “Salah boleh! Minta maaf boleh! Kalo salah mulu namanya kebangetan! Udah gitu salahnya sama terus! Kebangetan namanya.”Alex mengakhiri ucapannya dengan mimik wajah datar tanpa ekspresi penuh tatapan tajam melihat cahaya. Cahaya cemas melihat ekspresinya

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-11
  • Lara Dan Rasa   RENCANA

    Bagian 9. Rencana Cahaya pun kembali ke rumah dengan wajah ceria yang terpancar cerah depan kedua orang tuanya, ia memberi salam, mencium tangan, dan tak lupa berpamitan menuju kamar seperti wanita pada umumnya. Papa dan mama yang melihatnya seakan merasa cahaya baik-baik saja tanpa ada beban ataupun masalah yang ia alami.Cahaya bergegas menuju kamar di lantai 2, mengunci kamar rapat-rapat.POV Cahaya“Aku jenuh…”“Aku muak…”“Aku benci keadaan…”“Kenapa aku harus bertingkah marah depan mereka semua, aku benci sama diriku sendiri yang disindir dikit aja langsung nangis…”Aku hanya menangis memeluk boneka yang lusuh dengan erat. Aku hanya bisa melakukan ini, karena aku lemah tak punya siapa-siapa untuk bercerita!?Beberapa jam kemudian…

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-13
  • Lara Dan Rasa   REFLEKSI DIRI

    Bagian 10. Refleksi DiriBerjalan perlahan menuju meja belajar kamar untuk duduk sejenak, dan membuka buku harian. Ia terlihat bingung memandangi buku tanpa melakukan apapun ; hanya diam membeku. Cahaya pun mengambil pena kemudian mulai menuliskan kata per kata dengan wajah serius tak bergeming,Sudah beberapa halaman yang ditulis hingga air matanya menngalir deras membasahi buku catatan hariannya. Tanpa dihiraukan ; ia melanjutkan menulis di buku yang terlihat basah karena air mata.Cahaya mengakhiri tulisannya, dan membacakan isi tulisannya seraya menyeka air mata.“ Catatan harian hari ini. Aku menulis dengan pelan sebuah kisah nyata yang ku alami. Setelah sekian lama aku putus dari bima, aku merasa lebih baik daari yang seharusnya. Sekarang aku sudah bisa mengobrol dengan lawan jenis, aku juga bisa lebih fokus pada hobiku kini.”“Aku yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-17
  • Lara Dan Rasa   TINGKAH LAKU ANEH

    Bagian 11. Tingkah Laku Aneh“Astagfirullah al-azim, kalian ngapain sih pagi-pagi udah pake baju renang lengkap!? Dipikir sini kolam renang gratis apa!? Cahaya berteriak keras.“Hai aya!? Kok tumben sepedahan lagi?” Anastasya menjawab ceplas-ceplos.“Bodo amat ah!” Gw lepas baju dulu, langsung mau renang ah…. Males ngadepin dua teman beban.”Cahaya menuju ruang ganti dekat kolam renang milik keluarganya, ia menyadari jika papa sedang tidak ada di rumah sampai teman-temannya berani menggunakan baju renang seminim itu dirumahnya. Sebetulnya mereka berdua sering sekali seperti itu, karena memang di rumah cahaya tidak ada laki-laki selain papanya cahaya.“Yuli… Itu temen lu seksi amat deh, biasanya renang pakai baju panjang. Tuh baju pendek, ih nggak malu apa!??” lagi-lagi anastasya mengomentari c

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-21
  • Lara Dan Rasa   CERITA KISAH KASIH

    Bagian 12 Cerita Kisah Kasih Mama cahaya datang menghampiri cahaya, dan rekan-rekan yang asyik berbincang santai. Mama berlari tergesa-gesa dengan nafas terengah-engah, “kalian sudah pakai baju ‘kan?” “Udah tante, nih aku tinggal pasang hijab,” ujar yulia. “Kenapa sih tante? Sampai terburu-buru begitu,” lanjut anastasya. “Itu cowoknya anastasya dateng, tante suruh di luar dulu. Takut kalian belum ganti!?” ucap mama cahaya dengan terburu-buru. “Aku pakai hijab dulu tan,” jawab yulia menyambi merapikan pakaiannya yang tercecer di gazebo. “Lagian suruh masuk aja kali ma, Antonio kan sering lihat anastasya nggak pake baju! Bukan begitu yul?” Cahaya nyletuk tanpa pikir panjang…. “Hah!? Serius kamu kak? Beneran tuh??” mama terkejut. “Apaan!? Jangan fitnah lu…. Jangan percaya anaknya tan. Mulutnya nggak di sekolahin!” Anastasya membela diri

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-22
  • Lara Dan Rasa   Bagian 1

    Bagian 1 Cahaya, Aku lihat pacarmu berduaan sama cewek lain, nih!" Baru saja kubaca pesan masuk dari Yulia, Sahabatku. "Sekarang kamu di mana?" balasku cepat. "Basecamp… Kedai Kopi AH," pungkasnya. Tanpa banyak berfikir, aku langsung bergegas ke sana untuk memastikan apakah pesan dari sahabatku itu benar adanya, atau hanya prank semata?? Sesampainya di sana, aku berlari menuju rooftop yang berada

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • Lara Dan Rasa   Bagian 2

    SEKARANG DAN NANTI Setelah Mama pergi dari kamar, ku coba sandarkan setengah badan ke ujung spring bed dengan mata dan isi kepala yang belum sadar sepenuhnya. Aku tetap di posisi ini 'tuk berfikir apa yang sebenarnya terjadi? "Kenapa ya? Kok mimpi itu datang lagi?" gumamku dalam hati, "Kenapa sih mimpinya selalu sama!?Bikin bad mood pagi-pagi!!" "Astagfirullah Al-Azim. Bukannya mandi malah bengong! Mandi sana, lihat itu sudah jam berapa?" tunjuk Mama ke arah jam dinding di pojok kamar dekat jendela besar dengan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14

Bab terbaru

  • Lara Dan Rasa   CERITA KISAH KASIH

    Bagian 12 Cerita Kisah Kasih Mama cahaya datang menghampiri cahaya, dan rekan-rekan yang asyik berbincang santai. Mama berlari tergesa-gesa dengan nafas terengah-engah, “kalian sudah pakai baju ‘kan?” “Udah tante, nih aku tinggal pasang hijab,” ujar yulia. “Kenapa sih tante? Sampai terburu-buru begitu,” lanjut anastasya. “Itu cowoknya anastasya dateng, tante suruh di luar dulu. Takut kalian belum ganti!?” ucap mama cahaya dengan terburu-buru. “Aku pakai hijab dulu tan,” jawab yulia menyambi merapikan pakaiannya yang tercecer di gazebo. “Lagian suruh masuk aja kali ma, Antonio kan sering lihat anastasya nggak pake baju! Bukan begitu yul?” Cahaya nyletuk tanpa pikir panjang…. “Hah!? Serius kamu kak? Beneran tuh??” mama terkejut. “Apaan!? Jangan fitnah lu…. Jangan percaya anaknya tan. Mulutnya nggak di sekolahin!” Anastasya membela diri

  • Lara Dan Rasa   TINGKAH LAKU ANEH

    Bagian 11. Tingkah Laku Aneh“Astagfirullah al-azim, kalian ngapain sih pagi-pagi udah pake baju renang lengkap!? Dipikir sini kolam renang gratis apa!? Cahaya berteriak keras.“Hai aya!? Kok tumben sepedahan lagi?” Anastasya menjawab ceplas-ceplos.“Bodo amat ah!” Gw lepas baju dulu, langsung mau renang ah…. Males ngadepin dua teman beban.”Cahaya menuju ruang ganti dekat kolam renang milik keluarganya, ia menyadari jika papa sedang tidak ada di rumah sampai teman-temannya berani menggunakan baju renang seminim itu dirumahnya. Sebetulnya mereka berdua sering sekali seperti itu, karena memang di rumah cahaya tidak ada laki-laki selain papanya cahaya.“Yuli… Itu temen lu seksi amat deh, biasanya renang pakai baju panjang. Tuh baju pendek, ih nggak malu apa!??” lagi-lagi anastasya mengomentari c

  • Lara Dan Rasa   REFLEKSI DIRI

    Bagian 10. Refleksi DiriBerjalan perlahan menuju meja belajar kamar untuk duduk sejenak, dan membuka buku harian. Ia terlihat bingung memandangi buku tanpa melakukan apapun ; hanya diam membeku. Cahaya pun mengambil pena kemudian mulai menuliskan kata per kata dengan wajah serius tak bergeming,Sudah beberapa halaman yang ditulis hingga air matanya menngalir deras membasahi buku catatan hariannya. Tanpa dihiraukan ; ia melanjutkan menulis di buku yang terlihat basah karena air mata.Cahaya mengakhiri tulisannya, dan membacakan isi tulisannya seraya menyeka air mata.“ Catatan harian hari ini. Aku menulis dengan pelan sebuah kisah nyata yang ku alami. Setelah sekian lama aku putus dari bima, aku merasa lebih baik daari yang seharusnya. Sekarang aku sudah bisa mengobrol dengan lawan jenis, aku juga bisa lebih fokus pada hobiku kini.”“Aku yang

  • Lara Dan Rasa   RENCANA

    Bagian 9. Rencana Cahaya pun kembali ke rumah dengan wajah ceria yang terpancar cerah depan kedua orang tuanya, ia memberi salam, mencium tangan, dan tak lupa berpamitan menuju kamar seperti wanita pada umumnya. Papa dan mama yang melihatnya seakan merasa cahaya baik-baik saja tanpa ada beban ataupun masalah yang ia alami.Cahaya bergegas menuju kamar di lantai 2, mengunci kamar rapat-rapat.POV Cahaya“Aku jenuh…”“Aku muak…”“Aku benci keadaan…”“Kenapa aku harus bertingkah marah depan mereka semua, aku benci sama diriku sendiri yang disindir dikit aja langsung nangis…”Aku hanya menangis memeluk boneka yang lusuh dengan erat. Aku hanya bisa melakukan ini, karena aku lemah tak punya siapa-siapa untuk bercerita!?Beberapa jam kemudian…

  • Lara Dan Rasa   MENCOBA DAN TERUS BELAJAR

    Bagian 8. Mencoba Dan Terus BelajarCahaya sudah membuat kopi dua kali, dan sekarang giliran brian yang menyimpulkan hasil latihan hari ini.Disaat yang sama ; cahaya sangat murung. Cahaya sepertinya kecewa karena gagal memenuhi ekspetasi rekan-rekannya yang tinggi terhadap dirinya. Cahaya mengatakan, “maaf kak brian. Seduhanku kurang maksimal.”Brian hanya diam setelah mendengar ungkapan maaf dari cahaya ; alex pun tertawa terbahak-bahak melihat cahaya.Alex menyindir cahaya, “Minta maaf mulu! Lebaran masih jauh,” alex meminum kopi cahaya perlahan dan melanjutkan ucapannya, “Salah boleh! Minta maaf boleh! Kalo salah mulu namanya kebangetan! Udah gitu salahnya sama terus! Kebangetan namanya.”Alex mengakhiri ucapannya dengan mimik wajah datar tanpa ekspresi penuh tatapan tajam melihat cahaya. Cahaya cemas melihat ekspresinya

  • Lara Dan Rasa   PERLAHAN TAPI PASTI

    POV CahayaPertama, aku gigit terus kunyah kopinya, biar ada gambaran suhu air, dan gilingannya seperti apa.“Aduh, gimana ya? belum pernah bikin kopi kaya gini lagi.”“Tenang cahaya, pelan-pelan pikirin.”Aku terus bertengkar dengan logika.“91… eh 92 deh… bentar takut kurang tinggi… 95 aja deh, sekali kali coba ah, orang ini terang banget kopinya” aku bergugam sendiri, untuk menentukan langkah menyeduh kopi.Aku langsung menimbang biji kopi di timbangan(scale), memasukkan kopi di grinder, kemudian mengatur tingkat kekasaran ke tingkat medium(menengah) di nomor 3,5 dari 7.ku giling kopi, lalu ku masukkan ke dalam gelas plastik, tak lupa ku tutup tissue.Selanjutnya ku ambil air, memanaskan sampai mencapai suhu 95 derajat, menggunakan teko(kettle) dengan suhu digital

  • Lara Dan Rasa   KEPUTUSAN

    Cahaya memulai dengan segelas air putih sebelum berbicara,”Oke, gua tuh bingung tau, kuliah kan dua minggu lagi ujian, terus kalau latihan kompetisi emang cukup dua minggu?”“Kalau ragu-ragu mending gausah, buang-buang duit, buang-buang waktu, nyusahian brian yang ngelatih lu!”“Elu yakinin diri lu, bikin keputusan matang.”“Katanya lu nggak mau ngabisin uang buat nongkrong kagak jelas, ini kesempatan buat lu ngebuktiin.”“Gitu aja bingung, aneh lu.”Ucapan to the point di sampaikan alex yang mengejutkan cahaya.“Alex, sumpah mulut lu nggak punya saringan apa,” miya mulai geleng-geleng.“Alex benar juga sih, tetapi nggak gitu juga kali. Sekalinya ngomong nyakitin,” yulia ikut-ikutan.Cahaya menanyakan kepada brian.“Brian, pendaftarannya gimana? Buka pendaftaran kapan? Batas pen

  • Lara Dan Rasa   HARU DAN BIMBANG

    "Halo semuanya! I'm coming," teriaknya keras mengejutkan kita semua. “Gua bawa hadiah untuk kalian semua loh," tambahnya. Ia mendekat menuju meja bar, dan menunjukkan plastik hitam besar berukuran 5 liter dengan wajah riang penuh gembira. Dibuka secara perlahan namun pasti dengan penuh keyakinan. Ia berujar, "Are you ready guys? Tiga, dua, satu, dan ..." Cahaya, Yulia terkejut melihat isi plastik tersebut. Ternyata... Hanya berisi kopi mentah(green beans) sebanyak tiga kilo untuk brian. Yulia terlihat sangat marah, melihat kelakuan orang tersebut. “Aya!!! Temen SMA lo tuh nyebelin banget anjir kelakuannya kaya elu sumpah! Gw nyesel kenal sama kalian berdua pokoknya! Udah penasaran. Kirain duit segepok hasil rampokannya, eh ternyata cuman kopi tiga kilo. Udah gitu mentah lagi! Emang nggak punya adab!” yulia mulai panas menghadapi sahabat cahaya zaman SMA yang kelakuannya sebelas

  • Lara Dan Rasa   Di BALIK ALASAN

    Lantai 1Ketika sampai di lantai 1, yuli dan cahaya menuju kursi depan meja bar. Mereka duduk untuk mengobrol dengan brian, yang kebetulan sedang sendiri di bar.“Silahkan duduk, sudah di siapkan bangku khusus depan bar untuk kalian,” sambutan hangat brian.Mereka berdua sudah duduk sebelum brian selesai berbicara.Cahaya langsung bicara, “brian, gua pengen beans yang itu tuh,” sambil menunjuk ke arah rak penyimpanan beans di samping alat penggiling biji kopi(grinder).“Ini, ‘kan?” brian memegang beans Brazilia Santos dengan tingkat kematangan tidak terlalu gelap(medium roasting), dan menunjukkannya ke arah cahaya.“Iya bener! Gw nggak pengen bikin sendiri. Hari ini maunya dibuatin yang hot. Pokoknya harus enak!”Ucap cahaya dengan lu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status