Share

Lara Dan Rasa
Lara Dan Rasa
Penulis: Lara Sandyakala

Bagian 1

Penulis: Lara Sandyakala
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-14 18:02:42

Bagian 1

Cahaya, Aku lihat pacarmu berduaan sama cewek lain, nih!"

Baru saja kubaca pesan masuk dari Yulia, Sahabatku.

"Sekarang kamu di mana?" balasku cepat.

"Basecamp… Kedai Kopi AH," pungkasnya.

Tanpa banyak berfikir, aku langsung bergegas ke sana untuk memastikan apakah pesan dari sahabatku itu benar adanya, atau hanya prank semata??

Sesampainya di sana, aku berlari menuju rooftop yang berada di lantai 3, Yulia menghentikanku seakan mencoba menenangkan agar tidak berbuat macam-macam kepada mereka. Ku dorong Yulia hingga tersungkur, dan ku buka pintu di lantai 3 menuju halaman luar Rooftop.

Ternyata benar kekasihku sedang bermesraan dengan cewek yang masih satu almamater denganku waktu sekolah menengah atas. Ia asyik mengobrol dengan tangan memainkan rambut panjang cewek itu di depan umum. 

Aku bergegas, dan kutarik lengannya yang seketika membuat mereka terkejut akan kehadiranku.

"Kamu ngapain di sini?" ungkapnya lantang.

"Kamu yang ngapain di sini!?" bentakku, "Apa maksudmu mengelus rambutnya di tempat umum di tempat kita sering bersama!?"

Aku mengamuk tanpa belas kasihan. Ku bentak lantang di depan umum dalam keadaan kedai yang ramai pengunjung. Tanpa perduli pengunjung kiri, dan kanan, ku bentak dia sampai si cewek menangis menjerit.

Teriakanku keras, dan lantang.

"Dasar cowok kurang ajar!!!"

"Dasar cowok bajingan!!!"

"Kamu juga! Dasar cewek murahan!!!"

"Brengsek kalian berdua!!!"

Aku menampar kekasihku, dan aku berlari menarik rambut si cewek yang membuat seisi kedai histeris.

Sahabatku mendekatiku mencoba menenangkanku, tetapi aku makin menjadi-jadi sampai meronta-ronta, mencaci-maki selingkuhan kekasihku.

Ku jambak rambutnya, ku tarik makin keras sampai membuatnya berteriak. Tak sampai di situ saja, ku maki dia dengan suara lantang, "Dasar cewek nggak tau di untung! Murahan! Sini… Gua bayar lo! Gua masih sanggup bayar cewek murahan kaya lo!"

Si cewek hanya menangis, dan berujar pelan "Lepasin gua, dasar Cahaya sialan… Sayang… Tolongin aku."

Kekasihku datang membentakku, "Cewek sialan! Kelakuan lo tuh kasar!!! Nggak cocok sama kepribadian Gue! Kita putus aja. Gue muak punya cewek cerewet, tukang ngatur, kasar, dan brengsek kaya Elo!!!"

Aku memejamkan mata sejenak, dan membuka mata kembali.

"Elo yang kurang ajar!!! Dasar brengsek!!!"

"Dasar cowok bajingan!!!"

Aku terkejut… Ternyata Aku ada di kamar melihat Mama yang ada di hadapanku.

"Kamu kenapa, Kak?" tanya Mama.

Aku merasa malu karena berteriak keras dalam mimpi membuat Mama panik, "Nggak,Mah. Aku nggak kenapa-napa. Aku mimpi buruk aja kok, nggak ada yang perlu Mama takutin."

"Kamu cerita aja sini sama Mama, kamu mimpi apa?" lirih Mama dengan tangan lembutnya mengelus kepalaku secara perlahan.

Aku berteriak dengan isak tangis amat keras, ku peluk Mama dengan erat, makin erat, dan makin kencang suara tangisanku.

Mama tampak sabar menenangkanku, Ia berkata, "Nangis aja, Kak. Ungkapin apa yang kamu rasain. Mama akan selalu ada di sampingmu, selamanya."

Tangisanku makin kencang seperti anak kecil yang merengek meminta dibelikan balon warna-warni berbagai bentuk binatang.

"Udah, ini minum dulu susu panasnya."

Ku lirik ke arah Mama yang sangat sabar menenangkanku. Aku mencoba 'tuk diam, dan mengambil susu putih panas pemberian Mama.

"Aya mimpiin Bima lagi, Ma. Aya capek mimpiin kejadian itu terus. Setahun loh, masa iya Aya harus bermimpi tentang Bima terus-menerus."

"Aya bingung harus gimana?? Aya mau sembuh dari luka itu. Namun, selalu saja kejadian itu terngiang-ngiang di kepala Aya!? Bahkan sering muncul di mimpi kaya sekarang."

Mama seperti meneteskan sedikit air mata, tetapi ia menutupi dengan tangan yang mengelus kepalaku, dan memalingkan pandangannya melihat ke arah jendela kamar yang masih tertutup rapat.

Mama berkata,"Sabar. Insya Allah Kak."

"Sekarang, pelan-pelan nikmatin aja hidupmu. Kamu masih muda loh, lagian bentar lagi kan kamu sidang skripsi, Kak. Fokusin aja dulu, nanti kamu juga lupa sama rasa sakitnya," lanjut Mama tegas.

"Capek, Mah."

"Udah coba Move On, tetapi nggak bisa."

"Kak, kamu inget nggak waktu pertama kali Kamu mergokin Bima selingkuh?"

"Inget. Aku masuk Rumah Sakit," suaraku lirih.

"Waktu itu, kamu di Rumah Sakit tujuh hari, terus kamu juga konsultasi ke Psikiater 'kan?" lanjut Mama.

"Iya, Mah. Terus apa hubungannya Mama nanyain itu lagi?" ungkapku dengan lantang.

Mama pun berkata, "Kamu ke Psikiater selama tiga bulan loh ; untuk penyembuhan mentalmu. Kamu sebenarnya sudah Move On dari kejadian itu, tetapi Kamu sendiri yang belum menerima kenyataan pahit. Apalagi ketika Kamu bermimpi buruk!? Kamu seakan-seakan kembali ke masa lalu seperti saat pertama kamu masuk Rumah Sakit."

Aku mulai kesal, dan membantah Mama, "Lah namanya juga mimpi, apalagi itu nyata, dan pernah aku rasain! Rasa sakitnya itu masih terasa sampai sekarang, Mah!"

"Inget pesan Mama, Nih. Dengerin baik-baik,ya! Jangan masuk kuping kanan, keluar kuping kiri doang. 'Kamu bisa ngelupain orangnya, kamu bisa melupakan kisahnya, tetapi tidak kenangannya' jadi Kamu harus memahami itu. Sampai kapanpun Kamu tidak akan pernah melupakan kejadian mergokin Bima selingkuh. Namun, Kamu bisa berdamai dengan lukamu agar Kamu menjadi orang yang lebih kuat," akhiri Mama.

Tanpa basa-basi Mama pun pergi meninggalkan kamar, meninggalkanku sendirian yang terdiam, merenung sambil berfikir setelah mendengar ungkapan dari Mama yang langsung menusuk jantung hatiku paling dalam.

Bab terkait

  • Lara Dan Rasa   Bagian 2

    SEKARANG DAN NANTI Setelah Mama pergi dari kamar, ku coba sandarkan setengah badan ke ujung spring bed dengan mata dan isi kepala yang belum sadar sepenuhnya. Aku tetap di posisi ini 'tuk berfikir apa yang sebenarnya terjadi? "Kenapa ya? Kok mimpi itu datang lagi?" gumamku dalam hati, "Kenapa sih mimpinya selalu sama!?Bikin bad mood pagi-pagi!!" "Astagfirullah Al-Azim. Bukannya mandi malah bengong! Mandi sana, lihat itu sudah jam berapa?" tunjuk Mama ke arah jam dinding di pojok kamar dekat jendela besar dengan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • Lara Dan Rasa   Bagian 3

    BAGIAN 3 -Cling- “Siang ini. Saya ada kegiatan rapat di luar kampus, untuk siapapun yang ingin bimbingan, saya tunggu sampai waktu makan siang." Ku buka pesan itu, dan langsung berlari melewati lorong kampus menuju gedung pimpinan kampus berada. tok-tok-tok “Assalamualaikum.” “Waalaikumsalam. Silahkan masuk, pintunya tidak dikunci,” ujar Bu dosen yang langsung menyapa, ”Cahaya toh. Langsung duduk saja.” “Iya, terima kasih, Bu.” Ibu dosen pembimbing masih sibuk berkutak depan layar monitor, seakan meng

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • Lara Dan Rasa   Di BALIK ALASAN

    Lantai 1Ketika sampai di lantai 1, yuli dan cahaya menuju kursi depan meja bar. Mereka duduk untuk mengobrol dengan brian, yang kebetulan sedang sendiri di bar.“Silahkan duduk, sudah di siapkan bangku khusus depan bar untuk kalian,” sambutan hangat brian.Mereka berdua sudah duduk sebelum brian selesai berbicara.Cahaya langsung bicara, “brian, gua pengen beans yang itu tuh,” sambil menunjuk ke arah rak penyimpanan beans di samping alat penggiling biji kopi(grinder).“Ini, ‘kan?” brian memegang beans Brazilia Santos dengan tingkat kematangan tidak terlalu gelap(medium roasting), dan menunjukkannya ke arah cahaya.“Iya bener! Gw nggak pengen bikin sendiri. Hari ini maunya dibuatin yang hot. Pokoknya harus enak!”Ucap cahaya dengan lu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • Lara Dan Rasa   HARU DAN BIMBANG

    "Halo semuanya! I'm coming," teriaknya keras mengejutkan kita semua. “Gua bawa hadiah untuk kalian semua loh," tambahnya. Ia mendekat menuju meja bar, dan menunjukkan plastik hitam besar berukuran 5 liter dengan wajah riang penuh gembira. Dibuka secara perlahan namun pasti dengan penuh keyakinan. Ia berujar, "Are you ready guys? Tiga, dua, satu, dan ..." Cahaya, Yulia terkejut melihat isi plastik tersebut. Ternyata... Hanya berisi kopi mentah(green beans) sebanyak tiga kilo untuk brian. Yulia terlihat sangat marah, melihat kelakuan orang tersebut. “Aya!!! Temen SMA lo tuh nyebelin banget anjir kelakuannya kaya elu sumpah! Gw nyesel kenal sama kalian berdua pokoknya! Udah penasaran. Kirain duit segepok hasil rampokannya, eh ternyata cuman kopi tiga kilo. Udah gitu mentah lagi! Emang nggak punya adab!” yulia mulai panas menghadapi sahabat cahaya zaman SMA yang kelakuannya sebelas

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • Lara Dan Rasa   KEPUTUSAN

    Cahaya memulai dengan segelas air putih sebelum berbicara,”Oke, gua tuh bingung tau, kuliah kan dua minggu lagi ujian, terus kalau latihan kompetisi emang cukup dua minggu?”“Kalau ragu-ragu mending gausah, buang-buang duit, buang-buang waktu, nyusahian brian yang ngelatih lu!”“Elu yakinin diri lu, bikin keputusan matang.”“Katanya lu nggak mau ngabisin uang buat nongkrong kagak jelas, ini kesempatan buat lu ngebuktiin.”“Gitu aja bingung, aneh lu.”Ucapan to the point di sampaikan alex yang mengejutkan cahaya.“Alex, sumpah mulut lu nggak punya saringan apa,” miya mulai geleng-geleng.“Alex benar juga sih, tetapi nggak gitu juga kali. Sekalinya ngomong nyakitin,” yulia ikut-ikutan.Cahaya menanyakan kepada brian.“Brian, pendaftarannya gimana? Buka pendaftaran kapan? Batas pen

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • Lara Dan Rasa   PERLAHAN TAPI PASTI

    POV CahayaPertama, aku gigit terus kunyah kopinya, biar ada gambaran suhu air, dan gilingannya seperti apa.“Aduh, gimana ya? belum pernah bikin kopi kaya gini lagi.”“Tenang cahaya, pelan-pelan pikirin.”Aku terus bertengkar dengan logika.“91… eh 92 deh… bentar takut kurang tinggi… 95 aja deh, sekali kali coba ah, orang ini terang banget kopinya” aku bergugam sendiri, untuk menentukan langkah menyeduh kopi.Aku langsung menimbang biji kopi di timbangan(scale), memasukkan kopi di grinder, kemudian mengatur tingkat kekasaran ke tingkat medium(menengah) di nomor 3,5 dari 7.ku giling kopi, lalu ku masukkan ke dalam gelas plastik, tak lupa ku tutup tissue.Selanjutnya ku ambil air, memanaskan sampai mencapai suhu 95 derajat, menggunakan teko(kettle) dengan suhu digital

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • Lara Dan Rasa   MENCOBA DAN TERUS BELAJAR

    Bagian 8. Mencoba Dan Terus BelajarCahaya sudah membuat kopi dua kali, dan sekarang giliran brian yang menyimpulkan hasil latihan hari ini.Disaat yang sama ; cahaya sangat murung. Cahaya sepertinya kecewa karena gagal memenuhi ekspetasi rekan-rekannya yang tinggi terhadap dirinya. Cahaya mengatakan, “maaf kak brian. Seduhanku kurang maksimal.”Brian hanya diam setelah mendengar ungkapan maaf dari cahaya ; alex pun tertawa terbahak-bahak melihat cahaya.Alex menyindir cahaya, “Minta maaf mulu! Lebaran masih jauh,” alex meminum kopi cahaya perlahan dan melanjutkan ucapannya, “Salah boleh! Minta maaf boleh! Kalo salah mulu namanya kebangetan! Udah gitu salahnya sama terus! Kebangetan namanya.”Alex mengakhiri ucapannya dengan mimik wajah datar tanpa ekspresi penuh tatapan tajam melihat cahaya. Cahaya cemas melihat ekspresinya

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-11
  • Lara Dan Rasa   RENCANA

    Bagian 9. Rencana Cahaya pun kembali ke rumah dengan wajah ceria yang terpancar cerah depan kedua orang tuanya, ia memberi salam, mencium tangan, dan tak lupa berpamitan menuju kamar seperti wanita pada umumnya. Papa dan mama yang melihatnya seakan merasa cahaya baik-baik saja tanpa ada beban ataupun masalah yang ia alami.Cahaya bergegas menuju kamar di lantai 2, mengunci kamar rapat-rapat.POV Cahaya“Aku jenuh…”“Aku muak…”“Aku benci keadaan…”“Kenapa aku harus bertingkah marah depan mereka semua, aku benci sama diriku sendiri yang disindir dikit aja langsung nangis…”Aku hanya menangis memeluk boneka yang lusuh dengan erat. Aku hanya bisa melakukan ini, karena aku lemah tak punya siapa-siapa untuk bercerita!?Beberapa jam kemudian…

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-13

Bab terbaru

  • Lara Dan Rasa   CERITA KISAH KASIH

    Bagian 12 Cerita Kisah Kasih Mama cahaya datang menghampiri cahaya, dan rekan-rekan yang asyik berbincang santai. Mama berlari tergesa-gesa dengan nafas terengah-engah, “kalian sudah pakai baju ‘kan?” “Udah tante, nih aku tinggal pasang hijab,” ujar yulia. “Kenapa sih tante? Sampai terburu-buru begitu,” lanjut anastasya. “Itu cowoknya anastasya dateng, tante suruh di luar dulu. Takut kalian belum ganti!?” ucap mama cahaya dengan terburu-buru. “Aku pakai hijab dulu tan,” jawab yulia menyambi merapikan pakaiannya yang tercecer di gazebo. “Lagian suruh masuk aja kali ma, Antonio kan sering lihat anastasya nggak pake baju! Bukan begitu yul?” Cahaya nyletuk tanpa pikir panjang…. “Hah!? Serius kamu kak? Beneran tuh??” mama terkejut. “Apaan!? Jangan fitnah lu…. Jangan percaya anaknya tan. Mulutnya nggak di sekolahin!” Anastasya membela diri

  • Lara Dan Rasa   TINGKAH LAKU ANEH

    Bagian 11. Tingkah Laku Aneh“Astagfirullah al-azim, kalian ngapain sih pagi-pagi udah pake baju renang lengkap!? Dipikir sini kolam renang gratis apa!? Cahaya berteriak keras.“Hai aya!? Kok tumben sepedahan lagi?” Anastasya menjawab ceplas-ceplos.“Bodo amat ah!” Gw lepas baju dulu, langsung mau renang ah…. Males ngadepin dua teman beban.”Cahaya menuju ruang ganti dekat kolam renang milik keluarganya, ia menyadari jika papa sedang tidak ada di rumah sampai teman-temannya berani menggunakan baju renang seminim itu dirumahnya. Sebetulnya mereka berdua sering sekali seperti itu, karena memang di rumah cahaya tidak ada laki-laki selain papanya cahaya.“Yuli… Itu temen lu seksi amat deh, biasanya renang pakai baju panjang. Tuh baju pendek, ih nggak malu apa!??” lagi-lagi anastasya mengomentari c

  • Lara Dan Rasa   REFLEKSI DIRI

    Bagian 10. Refleksi DiriBerjalan perlahan menuju meja belajar kamar untuk duduk sejenak, dan membuka buku harian. Ia terlihat bingung memandangi buku tanpa melakukan apapun ; hanya diam membeku. Cahaya pun mengambil pena kemudian mulai menuliskan kata per kata dengan wajah serius tak bergeming,Sudah beberapa halaman yang ditulis hingga air matanya menngalir deras membasahi buku catatan hariannya. Tanpa dihiraukan ; ia melanjutkan menulis di buku yang terlihat basah karena air mata.Cahaya mengakhiri tulisannya, dan membacakan isi tulisannya seraya menyeka air mata.“ Catatan harian hari ini. Aku menulis dengan pelan sebuah kisah nyata yang ku alami. Setelah sekian lama aku putus dari bima, aku merasa lebih baik daari yang seharusnya. Sekarang aku sudah bisa mengobrol dengan lawan jenis, aku juga bisa lebih fokus pada hobiku kini.”“Aku yang

  • Lara Dan Rasa   RENCANA

    Bagian 9. Rencana Cahaya pun kembali ke rumah dengan wajah ceria yang terpancar cerah depan kedua orang tuanya, ia memberi salam, mencium tangan, dan tak lupa berpamitan menuju kamar seperti wanita pada umumnya. Papa dan mama yang melihatnya seakan merasa cahaya baik-baik saja tanpa ada beban ataupun masalah yang ia alami.Cahaya bergegas menuju kamar di lantai 2, mengunci kamar rapat-rapat.POV Cahaya“Aku jenuh…”“Aku muak…”“Aku benci keadaan…”“Kenapa aku harus bertingkah marah depan mereka semua, aku benci sama diriku sendiri yang disindir dikit aja langsung nangis…”Aku hanya menangis memeluk boneka yang lusuh dengan erat. Aku hanya bisa melakukan ini, karena aku lemah tak punya siapa-siapa untuk bercerita!?Beberapa jam kemudian…

  • Lara Dan Rasa   MENCOBA DAN TERUS BELAJAR

    Bagian 8. Mencoba Dan Terus BelajarCahaya sudah membuat kopi dua kali, dan sekarang giliran brian yang menyimpulkan hasil latihan hari ini.Disaat yang sama ; cahaya sangat murung. Cahaya sepertinya kecewa karena gagal memenuhi ekspetasi rekan-rekannya yang tinggi terhadap dirinya. Cahaya mengatakan, “maaf kak brian. Seduhanku kurang maksimal.”Brian hanya diam setelah mendengar ungkapan maaf dari cahaya ; alex pun tertawa terbahak-bahak melihat cahaya.Alex menyindir cahaya, “Minta maaf mulu! Lebaran masih jauh,” alex meminum kopi cahaya perlahan dan melanjutkan ucapannya, “Salah boleh! Minta maaf boleh! Kalo salah mulu namanya kebangetan! Udah gitu salahnya sama terus! Kebangetan namanya.”Alex mengakhiri ucapannya dengan mimik wajah datar tanpa ekspresi penuh tatapan tajam melihat cahaya. Cahaya cemas melihat ekspresinya

  • Lara Dan Rasa   PERLAHAN TAPI PASTI

    POV CahayaPertama, aku gigit terus kunyah kopinya, biar ada gambaran suhu air, dan gilingannya seperti apa.“Aduh, gimana ya? belum pernah bikin kopi kaya gini lagi.”“Tenang cahaya, pelan-pelan pikirin.”Aku terus bertengkar dengan logika.“91… eh 92 deh… bentar takut kurang tinggi… 95 aja deh, sekali kali coba ah, orang ini terang banget kopinya” aku bergugam sendiri, untuk menentukan langkah menyeduh kopi.Aku langsung menimbang biji kopi di timbangan(scale), memasukkan kopi di grinder, kemudian mengatur tingkat kekasaran ke tingkat medium(menengah) di nomor 3,5 dari 7.ku giling kopi, lalu ku masukkan ke dalam gelas plastik, tak lupa ku tutup tissue.Selanjutnya ku ambil air, memanaskan sampai mencapai suhu 95 derajat, menggunakan teko(kettle) dengan suhu digital

  • Lara Dan Rasa   KEPUTUSAN

    Cahaya memulai dengan segelas air putih sebelum berbicara,”Oke, gua tuh bingung tau, kuliah kan dua minggu lagi ujian, terus kalau latihan kompetisi emang cukup dua minggu?”“Kalau ragu-ragu mending gausah, buang-buang duit, buang-buang waktu, nyusahian brian yang ngelatih lu!”“Elu yakinin diri lu, bikin keputusan matang.”“Katanya lu nggak mau ngabisin uang buat nongkrong kagak jelas, ini kesempatan buat lu ngebuktiin.”“Gitu aja bingung, aneh lu.”Ucapan to the point di sampaikan alex yang mengejutkan cahaya.“Alex, sumpah mulut lu nggak punya saringan apa,” miya mulai geleng-geleng.“Alex benar juga sih, tetapi nggak gitu juga kali. Sekalinya ngomong nyakitin,” yulia ikut-ikutan.Cahaya menanyakan kepada brian.“Brian, pendaftarannya gimana? Buka pendaftaran kapan? Batas pen

  • Lara Dan Rasa   HARU DAN BIMBANG

    "Halo semuanya! I'm coming," teriaknya keras mengejutkan kita semua. “Gua bawa hadiah untuk kalian semua loh," tambahnya. Ia mendekat menuju meja bar, dan menunjukkan plastik hitam besar berukuran 5 liter dengan wajah riang penuh gembira. Dibuka secara perlahan namun pasti dengan penuh keyakinan. Ia berujar, "Are you ready guys? Tiga, dua, satu, dan ..." Cahaya, Yulia terkejut melihat isi plastik tersebut. Ternyata... Hanya berisi kopi mentah(green beans) sebanyak tiga kilo untuk brian. Yulia terlihat sangat marah, melihat kelakuan orang tersebut. “Aya!!! Temen SMA lo tuh nyebelin banget anjir kelakuannya kaya elu sumpah! Gw nyesel kenal sama kalian berdua pokoknya! Udah penasaran. Kirain duit segepok hasil rampokannya, eh ternyata cuman kopi tiga kilo. Udah gitu mentah lagi! Emang nggak punya adab!” yulia mulai panas menghadapi sahabat cahaya zaman SMA yang kelakuannya sebelas

  • Lara Dan Rasa   Di BALIK ALASAN

    Lantai 1Ketika sampai di lantai 1, yuli dan cahaya menuju kursi depan meja bar. Mereka duduk untuk mengobrol dengan brian, yang kebetulan sedang sendiri di bar.“Silahkan duduk, sudah di siapkan bangku khusus depan bar untuk kalian,” sambutan hangat brian.Mereka berdua sudah duduk sebelum brian selesai berbicara.Cahaya langsung bicara, “brian, gua pengen beans yang itu tuh,” sambil menunjuk ke arah rak penyimpanan beans di samping alat penggiling biji kopi(grinder).“Ini, ‘kan?” brian memegang beans Brazilia Santos dengan tingkat kematangan tidak terlalu gelap(medium roasting), dan menunjukkannya ke arah cahaya.“Iya bener! Gw nggak pengen bikin sendiri. Hari ini maunya dibuatin yang hot. Pokoknya harus enak!”Ucap cahaya dengan lu

DMCA.com Protection Status