Keesokan paginya Gita bangun dan turun dari tempat tidur. Dia berjalan mengelilingi rumah sakit dengan membawa infusan. Gita Merasa aneh dengan badannya. Tulang Belakangnya terasa sakit saat berjalan. Gita terjatuh dan kepalanya terbentur pinggiran keramik dan itu membuat kepalanya berdarah. Suster yang Melihat langsung menolong Gita yang tergeletak. kepala Gita harus segera dijahit karena luka yang cukup lebar. Orang tuanya segera datang dan melihat keadaan Gita. Bumi pun datang dengan tergesa-gesa. Kondisi yang belum begitu pulihlah yang membuat semua itu terjadi. Namun, setelah selesai dijahit Gita tetap ingin pergi dari rumah sakit. Gita merasa bosan hanya berdiam diri di dalam kamar tanpa melakukan kegiatan apapun.
Dengan sangat terpaksa, orang tuanya membolehkan dirinya untuk beristirahat di rumah. Namun, harus tetap selalu kontrol kesehatan.
Sesampainya di rumah Gita meminum obat dan beristirahat. Teman-temannya yang mengetahui kepulangan Gita, langsung mengunjungi rumahnya. Mereka Membawakan makanan kesukaan Gita. Mereka berbincang-bincang dan bercanda di dalam kamar Gita. Saat malam harinya, Bumi mendatangi rumah Gita. Namun, karena ketidaksukaan Gita dengan Bumi, membuat Ia berpikir bahwa Bumi datang untuk mengajar private dirinya. Teman-temannya yang pada saat itu belum pulang, telah mengetahui bahwa Bumi adalah guru private Gita.
"Jadi, bapak Guru private Gita selama ini?" kata Rui.
"Iya."
"Iya! tapi bukan Gue yang minta dia jadi guru gue," kata Gita sinis.
"Wah, keren dong, pak ajarin saya dong, saya bodoh dalam semua pelajaran," kata sinta.
"Ih... bisanya," kata Gita kaget mendengar ucapan temannya.
"Ya, sudah Git! biarin saja! soalnya kan kita juga bodoh dalam semua pelajaran," kata Lebbi menenangkan.
"Boleh, tapi untuk sekarang jangan dulu ya, besok saja gimana?"
"Mau-mau, disini saja pak! kita belajar bersama gimana guys?" kata Sinta membujuk.
"Oke," kata Rui dan Lebbi
"Eh, terserah kalian deh!" kata Gita sambil menghela napas.
Akhirnya mereka sepakat untuk belajar Bersama di rumah Gita. Keesokan harinya di sekolah, Bumi menjalankan tugasnya sebagai guru. Ia memberikan soal ujian kepada murid-muridnya. Hampir semua muridnya menyontek setiap hari. Bumi menegur murid-muridnya, apabila menyontek akan di berikan soal Ujian lebih banyak. Karena perkataan Bumi,mereka semua langsung diam duduk di kursi masing-masing. Prilaku mereka menandakan bahwa mereka tidak pernah belajar. Bel berbunyi waktu mengisi ujian sudah habis. Bumi mengambil kertas ujian mereka dan pergi dari kelas.
Sedangkan Gita yang sedang di rumah, hanya bermain Handphone. Gita pun merasa bosan, di rumah tanpa kegiatan apapun. Bahkan untuk keluar rumah Gita dilarang. Ia tidak boleh keluar rumah jika tidak ada yang menemaninya. Namun, karena Gita anak yang sangat bandel. Ia keluar dari jendela kamarnya. Setelah keluar, Ia pergi ke taman yang tidak jauh dari rumah. Gita duduk di kursi taman sambil memandangi keindahannya.
Setengah jam Gita duduk di taman. Gita merasa pusing dan tulangnya terasa sakit. Gita berdiri dan ingin pulang. Namun, apalah daya tubuhnya seperti tak berdaya. Ia terjatuh dan badannya menghantam kursi yang tepat di belakangnya, Tidak ada satu pun orang di taman. Sehingga Gita tetap pada posisi jatuh. Ia menelpon orang tuanya namun tidak ada jawaban. Ia juga menelepon teman-teman namun tak ada jawaban. Pilihan terakhir, Ia menelepon Bumi. Tiba-tiba diangkat oleh Bumi.
"Hallo, pak dimana?" kata Gita kesakitan.
"Kamu kenapa git?" kata Bumi panik.
"Saya lagi di taman, bisa tolong saya tidak?" kata Gita masih merasa kesakitan.
"Oke-oke saya kesana!" kata Bumi panik.
Dengan sangat tergesa-gesa, Bumi pergi meninggalkan sekolah. Karena kepanikannya Sampai-sampai Bumi menabrak Geng Cui, kemudian langsung pergi begitu saja. Sedangkan Geng Cui merasa aneh dan heran.
"Kenapa sih pak Bumi? tergesa-gesa banget!" kata Sinta merasa heran.
"Iya, gak jelas banget guru satu itu"kata Rui.
"Sebentar deh gue kok ngerasa gak enak nih! jangan-jangan ada terjadi sesuatu nih sama Gita?" kata Lebbi.
"Wah, iya benar, pak Bumi gak pernah begitu kalau gak ada kaitannya sama Gita," kata Sinta.
"Ayo-ayo! kita ikutin," kata Lebbi.
"Eh,Leb! Gita nelpon sampai 50 kali di Hp gue," kata Sinta.
"Benar nih! pasti Gita kenapa-kenapa, ayo cepat," kata Lebbi.
Mereka mengejar mobil Bumi yang sangat laju. Tidak memakan waktu lama mereka sampai di taman. Mereka turun untuk mengikuti Bumi. Terkejutnya mereka melihat Gita terduduk di samping kursi dengan wajah yang pucat. Mereka langsung mendatangi Gita dan menolongnya.
"Astaga,Gita kamu kenapa?" kata Lebbi.
"Aduh,kalian kemana saja sih! aku telponin kalian," kata Gita meringis kesakitan.
"Sudah-sudah jangan berkelahi dulu, sebaiknya kita langsung bawa Gita ke rumah sakit," kata Bumi panik.
Saat Gita di bantu berdiri, hidungnya berdarah. Darahnya keluar begitu banyak, Gita langsung pingsan. Bumi secepatnya membawa Gita pergi ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Gita langsung di larikan ke ruang UGD. Bumi menemani saat di UGD. Saat selesai ditangani, Gita sadar dari pingsannya. Gita berpesan pada Bumi untuk tidak memberitahu orang tuanya. Namun, Bumi tidak bisa janji akan hal itu. Ia akan tetap memberi tahu kedua orang tuanya.
"Pak, saya mohon jangan kasih tahu orang tua saya, saya gak mau buat orang tua saya sedih," kata Gita lemas.
"Gita, sebaiknya orang tua mu harus tahu agar bisa membagikan waktunya untuk anaknya."
Gita hanya menundukan kepala, pertanda sejutu. Betapa sedihnya melihat semua ini. Namun, karena takut ada sesuatu. Bumi menghubungi orang tuanya, akan tetapi, tidak ada jawaban atau balasan. Gita meminta Bumi mengantarnya pulang.
Dalam perjalanan pulang Gita hanya diam didalam mobil. Ia tidak banyak bicara dengan Bumi. Saat sampai di rumahnya, Gita berkata"Pak, biar saya saja sendiri yang turun, tidak perlu bapak yang antar saya."
Gita pun turun dari mobil, dan masuk kedalam rumah. Gita langsung masuk ke kamar dan beristirahat. Keesokan harinya Ia bersiap untuk berangkat kesekolah. Ia berjalan kaki dari rumah hingga ke sekolah. Jarak dari rumah hingga kesekolah tidaklah jauh. Tiba di sekolah, Ia disambut oleh teman-temannya. Mereka membantu Gita masuk kedalam sekolah. Semua mata tertuju padanya, banyak dari mereka yang berbisik-bisik melihat keadaannya yang sekarang. Namun, sebagian lagi justru tidak segan untuk mengejek. Kata-kata yang dilontarkan cukuplah menyakitkan. Namun, Gita terima semua ocehan itu, karena dia tau bahwa itu semua salah dirinya. Akan tetapi, teman-temannya tidak terima atas prilaku mereka. Geng Cui melaporkan kepada Bumi atas bullyan yang Gita dapatkan. Bumi langsung bertindak, Ia masuk kelas dan memarahi anak-anak yang sudah melakukan hal yang tidak sepantasnya.
"Selamat, pagi anak-anak?" kata Bumi.
"Pagi pak," kata mereka.
"Sebelum kita memulai ujian lagi, bapak mau tanya siapa yang disini sudah berkata kasar dengan Gita."
(semua terdiam dan menunduk)
"Kalau tidak ada yang mengangkat tangan, bapak akan tidak menaikan kalian semua, walaupun nilai kalian tinggi."
(semua masih terdiam)
"Baik! bapak ceklist nama kalian semua."
"Pak!jangan," kata salah satu murid.
"Terus, siapa yang memulai."
(Mereka semua mengangkat tangan kecuali Lebbi, Sinta dan Rui)
"Kenapa kalian bersikap begitu dengan teman kalian?"
"Pak dia saja jahat dengan kita, bapak lupa itu," kata salah satu murid.
"Apa bedanya kalian dengan dia? kalian bully dia, berbicara yang tidak baik, apa bedanya kalian sama dia? kalian sama saja dengannya, sama-sama jadi orang yang tidak punya etitud, apa pantas begitu? saya kecewa punya murid seperti kalian, kalian sama saja anak yang tidak pernah di sekolahkan, sekarang bapak minta kalian untuk meminta maaf pada Gita dan Gita juga harus meminta maaf pada teman-temanmu," kata Bumi Tegas.
Mereka saling maaf memaafkan. Setelah itu mereka kembali duduk dan dimulai ujian. Ujian telah berlangsung, mereka mengerjakan penuh dengan keseriusan. Begitu bel telah berbunyi, secepat mungkin mereka mengumpulkan.
Bumi memberikan sebuah hadiah pada Gita, saat semua murid tidak berada di dalam kelas. Bumi memberikan sebuah Boneka kesukaan Gita, Semua adegan itu di saksikan oleh Geng Cui. Namun, Gita menolak pemberian dari Bumi dan langsung pergi. Di kantin sambil memesan makanan Gita terus memikirkan Bumi. Tiba-tiba Bumi datang dengan membawa boneka dan kotak bekal untuk di berikan kepada Gita. Gita terkejut dan pergi meningglkan temannya. Bumi mengikuti Gita dari belakangKetika di kelas kekesalan Gita memuncak dengan Prilaku Bumi yang membuatnya malu."Pak, bapak tidak punya malu ya.. memberi begini dengan saya?" kata Gita kesal."Ini bukan dari saya, tadi ada orang yang datang ke saya membawa ini," kata Bumi berbohong."Siapa? terus orang nya mana?" kata Gita merasa heran."Sebelum masuk kelas dia datang dan memberikan pada saya, Mungkin saja ini dari orang tua mu yang menitipkan ke orang lain atau kurir," kata Bumi berusaha untuk menjelaskan."Ya s
Keadaan Gita hari demi hari semakin memburuk. Makanan pun tak dapat masuk ke mulutnya. Dokter telah pesimis akan keadaan Gita yang tak kunjung berubah. Kedua orang tuanya belum juga datang. Bumi menyalakan televisi, berita nya sangat mengejutkan. Pesawat yang di naiki kedua orang tua Gita mengalami kecelakaan. Pesawat itu jatuh di laut lepas. Badan pesawat tidak tersisa. Banyak korban berjatuhan salah satunya kedua orang tua Gita. Bumi pergi ke kantor polisi untuk mendapatkan berita yang lebih akurat. Bahkan Bumi menanyakan nama-nama korban. Betapa terkejutnya nama kedua orang tua Gita ada di daftar korban. Korban yang di tulis adalah korban yang tidak selamat. Bumi mengurus pemakaman orang tua Gita. Selama pemakaman Bumi begitu gelisah. Dia bingung apa yang harus ia katakan pada Gita. Setelah Pemakanan selesai Bumi pergi ke rumah sakit. Betapa terkejutnya Bumi melihat Gita telah sadar dari kritisnya. Gita menanyakan keberadaan teman dan orang tuanya. Bum
Kondisi keluarga Bumi tidak begitu baik. Sawah dan ladangnya tak berkembang. Hewan ternaknya pun banyak yang mati. Keluarganya bisa makan atas pemberian orang tua Gita. Kebun, sawah dan perternakan keluarga Gita percayakan pada Bumi sekeluarga. Mereka berbagi hasil untuk hasil panen. Namun apalah daya ayah Bumi memiliki sikap serakah. Dia ingin memiliki semua harta keluarga Gita. Sedemikian rupa ayah Bumi merencanakan kejadian itu. Sehingga harta keluarga Gita habis olehnya. Bumi yang masih berusia 14 tahun ikut perintah sang ayah.***Selang waktu tiga tahun berlalu. Keluarga Gita bangkit dari keterpurukan mereka. Gita tidak lagi bermain dengan Bumi. Karena Bumi telah pergi dari kampung halamannya. Orang tua Gita membangun semua pabrik roti. Perkebunan kembali mereka dirikan. Sedikit demi sedikit mereka menjadi orang terkaya di kampung halamannya.Usia Gita saat itu sudah menginjak 13 tahun. Suatu ketika Gita ke kebun disana dia bertemu dengan pak M
"Leb..bi, apa di...a di...de..pan?" tanya Gita dengan terbatah-batah. “Ada di luar! Kenapa sih kalian ini seperti kucing dan tidur?” jawab Lebbi. “Di...a! ja...hat!” ucap Gita. Lebbi menghela napas panjang. Dia telah mengetahui perkara yang dialami Gita dan Bumi. Lebbi menyuapi Gita dengan makanan yang dibawa oleh Bumi. Setelah selesai Gita beristirahat dan Lebbi keluar dari ruangan. “Gimana Leb? Gita mau makan kan?” tanya Bumi. “Mau..! saya heran sama bapak! Kenapa sih bapak segitu pedulinya sama Gita? Padahal dulu bapak yang buat dia hancur!” kata Lebbi nyeletuk. “Iya itulah! Kesalahan terbesar saya pada dia.” “Bapak, pernah berpikir tidak! gimana ketika dia menikah? Apa yang dikatakan suaminya ke Gita? Seorang wanita yang di nikahi, namun telah menjadi seperti rongsokan.” “Ya, saya mengerti maksud mu!” “Seorang laki-laki tidak akan ada bekas nya, bagaimana anda bisa mengerti ucapan saya?” kata Gita lalu pergi
"Ayo-ayo makan!, mumpung masih hangat," kata Bumi. "Wah! Wah! , ada acara apaan nih? Banyak banget makanannya!" ucap Lebbi. "Ya, anggap saja!, sebagai tanda terima kasih saya pada kalian," sahut Bumi. "Biasa, guru lebai ya begitu guys..!" ujar Gita. "Ya sudah, ayo-ayo di makan jangan di pandangi saja!" kata Bumi. Mereka pun makan bersama. Suasana hangat yang telah membaur di diri mereka terutama Gita dan Bumi. Mereka juga menonton film horor. Gita sangat takut akan film horor tersebut, sehingga membuatnya hanya berdiam diri sambil menutup matanya dengan bantal sofa. Sangking takut nya Gita tidak sadar bahwa tangan nya telah memegang tangan Bumi dengan kencangnya. Karena keisengan teman-temannya tidak ada duanya. Rui mengagetkan Gita dengan kostum hantu. Seketika kaki Gita bergerak dan badan nya loncat hingga melompati tubuh Bumi. Ia menangis memeluk Bumi di hadapan teman-tem
Seorang siswi SMA berusia 17 tahun bernama Langita, biasanya dipanggil Gita. Berparas cantik, berambut panjang dan hitam. Matanya sipit dan berkulit putih. Banyak orang beranggapan Gita keturunan Cina, padahal bukan. Ia sebenarnya cewek Jawa. Orang tuanya adalah asli orang jawa. Biasanya orang jawa identik berkulit sawo matang atau kuning langsat. Mereka pindah ke Jakarta saat Gita berusia lima tahun. Sejak itu, sesekali Gita dan keluarganya menyempatkan ke Jawa kampung halaman. Itu sebabnya, Gita bahkan lupa bahasa jawa. Orang tuanya memang kadang mengajarkannya bahasa jawa, tapi Gita lebih banyak bicara dengan teman-temannya dengan bahasa indonesia ala jakarta dengan elo dan gue. Dapat dikatakan Ia cewek Metropolis.Gita duduk dibangku SMA tepatnya Di kelas 11. Gita anak yang sangat rajin, rajin di marahi oleh guru akan sikapnya. Gita bisa dibilang anak yang kurang displin dalam pelajaran. Terkadang ia sering Bolos dengan teman-temannya. Ia juga sering mendapat surat
Sore berganti malam, malam itu hujan begitu deras. Anginnya sampai tidak terkendalikan. Orang tua Gita belum juga pulang dari kantor. Gita menghubungi orang tuanya namun tidak di jawab. Beberapa menit kemudian, chat dari mamanya muncul dan berkata”Git, mama dan papa pulang terlambat, karena terjebak banjir jadi mama sama papa di kantor dahulu sampai banjirnya surut.”Gita hanya berdua dengan pembantu rumah tangga. Tiba-tiba handphone berbunyi, panggilan dari Lebbi.“Hai,git, lagi ngapain lo?” kata Lebbi dengan senyum.“Biasa, begini-begini aja apalagi?”“Eh, sudah tanya nyokap lo gak soal yang tadi.”“Belum, nyokap sama bokap gue kejebak banjir jadi belum bisa pulang kantor.”“Oh gitu! Muka lo kenapa sih? Kok, kaya begitu.”“Gue lagi kesel aja, sama guru killer itu, terus juga sama ini, nih!”“Apa-apa....?”“Di IG gue, a
Bumi masuk ke dalam kelas, dia mengumumkan bakti sosial akan segera dilaksanakan. Siswa dan siswi mempersiapkan perlengkapan yang akan dibutuhkan. Bus sudah bersiap menyalakan mesin. Mereka keluar dengan wajah yang bahagia. Gita hanya duduk di dalam kelas, menunggu waktu rencana itu akan berhasil. Mereka semua naik ke dalam bus. Tidak perlu waktu lama tiba-tiba terjadi hal yang mengejutkan. Bus yang mereka naiki, tiba-tiba mengalami pengasapan mesin. Sehingga, mereka terhambat untuk pergi. Bus tersebut akan di perbaiki dalam jangka waktu yang sangat lama.Rencana mereka gagal dan di tunda. Gita di dalam kelas hanya tersenyum jahat. Mereka semua masuk kembali ke dalam kelas. Kemudian, belum sempat Bumi duduk terjadi kehebohan lagi, bahwa Laboratorium sekolah mengalami kebakaran. Semua panik dan keluar sekolah. Sementara, Bumi secepat mungkin menghubungi pemadam kebakaran. Gita dengan tenang, keluar kelas dan menuju ke kerumunan siswa siswi yang takut di lapangan sekolah.
"Ayo-ayo makan!, mumpung masih hangat," kata Bumi. "Wah! Wah! , ada acara apaan nih? Banyak banget makanannya!" ucap Lebbi. "Ya, anggap saja!, sebagai tanda terima kasih saya pada kalian," sahut Bumi. "Biasa, guru lebai ya begitu guys..!" ujar Gita. "Ya sudah, ayo-ayo di makan jangan di pandangi saja!" kata Bumi. Mereka pun makan bersama. Suasana hangat yang telah membaur di diri mereka terutama Gita dan Bumi. Mereka juga menonton film horor. Gita sangat takut akan film horor tersebut, sehingga membuatnya hanya berdiam diri sambil menutup matanya dengan bantal sofa. Sangking takut nya Gita tidak sadar bahwa tangan nya telah memegang tangan Bumi dengan kencangnya. Karena keisengan teman-temannya tidak ada duanya. Rui mengagetkan Gita dengan kostum hantu. Seketika kaki Gita bergerak dan badan nya loncat hingga melompati tubuh Bumi. Ia menangis memeluk Bumi di hadapan teman-tem
"Leb..bi, apa di...a di...de..pan?" tanya Gita dengan terbatah-batah. “Ada di luar! Kenapa sih kalian ini seperti kucing dan tidur?” jawab Lebbi. “Di...a! ja...hat!” ucap Gita. Lebbi menghela napas panjang. Dia telah mengetahui perkara yang dialami Gita dan Bumi. Lebbi menyuapi Gita dengan makanan yang dibawa oleh Bumi. Setelah selesai Gita beristirahat dan Lebbi keluar dari ruangan. “Gimana Leb? Gita mau makan kan?” tanya Bumi. “Mau..! saya heran sama bapak! Kenapa sih bapak segitu pedulinya sama Gita? Padahal dulu bapak yang buat dia hancur!” kata Lebbi nyeletuk. “Iya itulah! Kesalahan terbesar saya pada dia.” “Bapak, pernah berpikir tidak! gimana ketika dia menikah? Apa yang dikatakan suaminya ke Gita? Seorang wanita yang di nikahi, namun telah menjadi seperti rongsokan.” “Ya, saya mengerti maksud mu!” “Seorang laki-laki tidak akan ada bekas nya, bagaimana anda bisa mengerti ucapan saya?” kata Gita lalu pergi
Kondisi keluarga Bumi tidak begitu baik. Sawah dan ladangnya tak berkembang. Hewan ternaknya pun banyak yang mati. Keluarganya bisa makan atas pemberian orang tua Gita. Kebun, sawah dan perternakan keluarga Gita percayakan pada Bumi sekeluarga. Mereka berbagi hasil untuk hasil panen. Namun apalah daya ayah Bumi memiliki sikap serakah. Dia ingin memiliki semua harta keluarga Gita. Sedemikian rupa ayah Bumi merencanakan kejadian itu. Sehingga harta keluarga Gita habis olehnya. Bumi yang masih berusia 14 tahun ikut perintah sang ayah.***Selang waktu tiga tahun berlalu. Keluarga Gita bangkit dari keterpurukan mereka. Gita tidak lagi bermain dengan Bumi. Karena Bumi telah pergi dari kampung halamannya. Orang tua Gita membangun semua pabrik roti. Perkebunan kembali mereka dirikan. Sedikit demi sedikit mereka menjadi orang terkaya di kampung halamannya.Usia Gita saat itu sudah menginjak 13 tahun. Suatu ketika Gita ke kebun disana dia bertemu dengan pak M
Keadaan Gita hari demi hari semakin memburuk. Makanan pun tak dapat masuk ke mulutnya. Dokter telah pesimis akan keadaan Gita yang tak kunjung berubah. Kedua orang tuanya belum juga datang. Bumi menyalakan televisi, berita nya sangat mengejutkan. Pesawat yang di naiki kedua orang tua Gita mengalami kecelakaan. Pesawat itu jatuh di laut lepas. Badan pesawat tidak tersisa. Banyak korban berjatuhan salah satunya kedua orang tua Gita. Bumi pergi ke kantor polisi untuk mendapatkan berita yang lebih akurat. Bahkan Bumi menanyakan nama-nama korban. Betapa terkejutnya nama kedua orang tua Gita ada di daftar korban. Korban yang di tulis adalah korban yang tidak selamat. Bumi mengurus pemakaman orang tua Gita. Selama pemakaman Bumi begitu gelisah. Dia bingung apa yang harus ia katakan pada Gita. Setelah Pemakanan selesai Bumi pergi ke rumah sakit. Betapa terkejutnya Bumi melihat Gita telah sadar dari kritisnya. Gita menanyakan keberadaan teman dan orang tuanya. Bum
Bumi memberikan sebuah hadiah pada Gita, saat semua murid tidak berada di dalam kelas. Bumi memberikan sebuah Boneka kesukaan Gita, Semua adegan itu di saksikan oleh Geng Cui. Namun, Gita menolak pemberian dari Bumi dan langsung pergi. Di kantin sambil memesan makanan Gita terus memikirkan Bumi. Tiba-tiba Bumi datang dengan membawa boneka dan kotak bekal untuk di berikan kepada Gita. Gita terkejut dan pergi meningglkan temannya. Bumi mengikuti Gita dari belakangKetika di kelas kekesalan Gita memuncak dengan Prilaku Bumi yang membuatnya malu."Pak, bapak tidak punya malu ya.. memberi begini dengan saya?" kata Gita kesal."Ini bukan dari saya, tadi ada orang yang datang ke saya membawa ini," kata Bumi berbohong."Siapa? terus orang nya mana?" kata Gita merasa heran."Sebelum masuk kelas dia datang dan memberikan pada saya, Mungkin saja ini dari orang tua mu yang menitipkan ke orang lain atau kurir," kata Bumi berusaha untuk menjelaskan."Ya s
Keesokan paginya Gita bangun dan turun dari tempat tidur. Dia berjalan mengelilingi rumah sakit dengan membawa infusan. Gita Merasa aneh dengan badannya. Tulang Belakangnya terasa sakit saat berjalan. Gita terjatuh dan kepalanya terbentur pinggiran keramik dan itu membuat kepalanya berdarah. Suster yang Melihat langsung menolong Gita yang tergeletak. kepala Gita harus segera dijahit karena luka yang cukup lebar. Orang tuanya segera datang dan melihat keadaan Gita. Bumi pun datang dengan tergesa-gesa. Kondisi yang belum begitu pulihlah yang membuat semua itu terjadi. Namun, setelah selesai dijahit Gita tetap ingin pergi dari rumah sakit. Gita merasa bosan hanya berdiam diri di dalam kamar tanpa melakukan kegiatan apapun.Dengan sangat terpaksa, orang tuanya membolehkan dirinya untuk beristirahat di rumah. Namun, harus tetap selalu kontrol kesehatan.Sesampainya di rumah Gita meminum obat dan beristirahat. Teman-temannya yang mengetahui kepulangan Gita, langsung me
Mereka berusaha membangunkan Gita dari komanya. mengajaknya berbicara, bermain bahkan melakukan hal konyol. Namun, Gita belumlah sadar dari komanya.Keesokan Paginya, Bumi mendatangi Gita kembali. Mengajaknya berbicara dan menggerakan tangannya."Git, dulu kamu strong! kenapa kamu sekarang begini? lemah! kamu sekarang tidak perlu membantu aku untuk menaklukkan anak brandalan, aku sudah jadi mahasiswa yang tangguh dan kuat, bahkan jadi guru killer. Git,bangun! kamu tidak Bosan tidur terus, kamu tidak mau ngerjain aku lagi? ngerusakin mobil ku, atau mungkin buat aku di pecat? Git, bangun! teman-teman mu sudah nunggu kamu di sekolah, mereka hari ini mau ujian sekolah, Astaga,Git! aku pergi dulu ya! nanti aku kesini lagi, bye!"Bumi segera pergi, karena dia sadar bahwa hari ini, adalah hari pertama ujian sekolah. Begitu sampai di sekolah, Dia langsung masuk ke kelas dan membagikan soal ujian. Setiap kertas Ujian dia sisihkan untuk Gita. Ketika Ujian pert
Waktu istirahat telah berakhir. Semua Siswa dan Siswi kembali ke kelas mereka masing-masing. Gita tidak terlihat saat di kelas. Teman-temannya khawatir akan hal itu, mereka izin untuk mencari Gita. Sekian lama mencari Gita, mereka menemukan Gita tengah terbaring di lantai perpustakaan dengan tangan yang berdarah. Temannya panik dan memanggil guru untuk membantu. Gita dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Bumi dan temannya mengantar Gita ke rumah sakit. Gita hampir saja meregang nyawa di perpustakaan.Sekian lama menunggu dokter keluar dari ruang UGD. Mereka semua menunggu hingga lupa memberitahu orang tua Gita. Bumi langsung menghubungi orang tuanya."Permisi bu! maaf saya harus memberitahu kabar buruk dari Gita, Gita sedang berada di rumah sakit, mohon ibu dan bapak bisa datang ke Rumah Sakit Asih."Sekitar beberapa menit orang tua Gita datang. mereka cemas, khawatir, panik dan sedih mendengar keadaan Gita. Selang sejam kemudian, dokter akhirnya keluar d
Bumi masuk ke dalam kelas, dia mengumumkan bakti sosial akan segera dilaksanakan. Siswa dan siswi mempersiapkan perlengkapan yang akan dibutuhkan. Bus sudah bersiap menyalakan mesin. Mereka keluar dengan wajah yang bahagia. Gita hanya duduk di dalam kelas, menunggu waktu rencana itu akan berhasil. Mereka semua naik ke dalam bus. Tidak perlu waktu lama tiba-tiba terjadi hal yang mengejutkan. Bus yang mereka naiki, tiba-tiba mengalami pengasapan mesin. Sehingga, mereka terhambat untuk pergi. Bus tersebut akan di perbaiki dalam jangka waktu yang sangat lama.Rencana mereka gagal dan di tunda. Gita di dalam kelas hanya tersenyum jahat. Mereka semua masuk kembali ke dalam kelas. Kemudian, belum sempat Bumi duduk terjadi kehebohan lagi, bahwa Laboratorium sekolah mengalami kebakaran. Semua panik dan keluar sekolah. Sementara, Bumi secepat mungkin menghubungi pemadam kebakaran. Gita dengan tenang, keluar kelas dan menuju ke kerumunan siswa siswi yang takut di lapangan sekolah.