Sore berganti malam, malam itu hujan begitu deras. Anginnya sampai tidak terkendalikan. Orang tua Gita belum juga pulang dari kantor. Gita menghubungi orang tuanya namun tidak di jawab. Beberapa menit kemudian, chat dari mamanya muncul dan berkata”Git, mama dan papa pulang terlambat, karena terjebak banjir jadi mama sama papa di kantor dahulu sampai banjirnya surut.”
Gita hanya berdua dengan pembantu rumah tangga. Tiba-tiba handphone berbunyi, panggilan dari Lebbi.
“Hai,git, lagi ngapain lo?” kata Lebbi dengan senyum.
“Biasa, begini-begini aja apalagi?”
“Eh, sudah tanya nyokap lo gak soal yang tadi.”
“Belum, nyokap sama bokap gue kejebak banjir jadi belum bisa pulang kantor.”
“Oh gitu! Muka lo kenapa sih? Kok, kaya begitu.”
“Gue lagi kesel aja, sama guru killer itu, terus juga sama ini, nih!”
“Apa-apa....?”
“Di I* gue, ada orang yang balasin story gue nih, gak jelas banget! Sok banget lagi ngomongnya, memang begini kali ya kalau orang miskin itu, gak terima keadaan gitu.”
“Ya sudah sih, biarkan aja, nanti juga bosan sendiri,” kata lebbi sambil menenangkan.
“Menurut lo, Bi! Kita kerjain guru itu lagi gak sih.”
“Elo, mau ngerjain dia apalagi Git? Dia sudah kita bikin malu loh, mungkin dia bakal jera sudah seenaknya sama lo, tetapi kalau gue pikir-pikir, kita itu salah loh sama dia.”
“Idih, salah darimana? Gue, gak ngerasa salah tuh ke dia, oo.. gue tau lo mulai suka sama guru killer itu ya?”
“Bukan gitu, Cuma gue pikir aja kayanya kita sudah keterlaluan sama dia.”
“Wah, parah lo , bener-bener nih anak, suka ya lo sama dia , sudah-sudah kita tutup aja telepon nih, bye,” kata Gita sambil menutup telepon.
Gita sangat kesal dengan Lebbi, menurut Gita, Lebbi sudah berpihak pada guru killer. Waktu sudah semakin malam, orang tuanya belum juga pulang. Hingga Gita tertidur di ruang tamu untuk menunggu orang tuanya. Tidak beberapa lama, mama dan papanya pulang dan masuk, melihat anaknya tertidur di kursi, mamanya membangunkan.
“Gita,sayang bangun, Nak!”
“Mama sudah pulang, kok lama banget?”
“Iya, mama sama papa tadi belum bisa keluar dari kantor, karena depan kantor lagi banjir."
“Ya,sudah ma, aku mau masuk kamar.”
“Ada yang mama mau bicarakan sayang.”
“Iya, besok aja ya ma... ngantuk bye, sweet dream.”
Waktu sudah begitu malam, Gita kembali ke kamar dan tidur. Keesokan harinya, hari yang sangat cerah, Gita bangun dan sarapan bersama orang tuanya. Sambil menyantap sarapan pagi, papanya memberitahu bahwa hari ini dan hari-hari seterusnya Gita tidak di izinkan bermain atau kumpul dengan teman-temannya. Dikarenakan Gita harus belajar di rumah, dan orang tuanya sudah memanggilkan guru private untuk mengajarkan. Tentu Gita berontak akan hal itu Ia tidak suka tentang peraturan yang mengharuskannya untuk belajar bahkan tidak diperbolehkan bertemu dengan teman-temannya.
Gita langsung pergi meninggalkan orang tuanya. Sesampainya Di Sekolah, Gita terlambat masuk Ke Kelas. Namun, Gita tetap masuk ke Kelas dengan wajah yang sangat marah. Guru yang kini sedang mengajar di kelasnya pun tidak bisa berbicara banyak. Pada hari itu Gita sangatlah tidak terkontrol, Temannya pun dia marahi terutama Lebbi yang sudah dianggapnya mengotori pertemanan. Gita tidak berkumpul dengan temannya, sampai suatu kejadian yang tidak ada terduga. Gita melemparkan makanan ke muka salah satu siswa dan berkata”eh, mata lo itu dipakai buat apa? Sudah pakai kaca mata, jalan sampai nabrak-nabrak, kurang lo, pakai mata empat itu, dasar anak miskin, nih, uang buat beli kaca mata, pergi lo sana.”
Semua mata tertuju padanya, prilakunya terhadap siswa membuat Gita jadi sorotan. Lebbi mendatanginya dan berkata”Git, kenapa sih?”
“Bukan urusan, lo!”
“Semua orang disini mandangi lo aneh.”
“Terus! Kenapa?”
“Cerita..elo kenapa hari ini?”
“Perlu gue cerita sama elo.”
“Ya kan, kita teman Git.”
“Oh, kita teman, terus kenapa lo belain guru itu, suka lo sama dia, sudah ya, gue gak punya teman kaya kalian juga gue gak Mati, kalian itu Cuma jadi benalu dikehidupan Gue,” kata Gita dan pergi.
Lebbi terkejut dengan perkataan Gita, yang mengangap temannya adalah benalu. Pelajaran dimulai kembali, Bumi masuk untuk mengajar dan mengajak siswa siswi nya untuk ikut dalam sebuah acara bakti sosial. Bumi meminta siswa siswi nya mencatat nama-nama yang ingin dan berpartisipasi dalam bakti sosial. Dari 36 siswa-siswi yang ikut berpartisipasi hanya 1 yang tidak menuliskan namanya di buku catatan yaitu Gita. Bumi menanyakan hal itu padanya.
“ Gita, kamu tidak ikut?”
“Gak!” kata Gita dengan ketus.
“Oke baiklah."
“Buat apa ikut? Kalau mereka miskin ngapain di kasih, harusnya kerja keras bukan minta-minta keorang, sama kan kaya bapak, minta di kasihanin, hingga masih dipertahankan di sekolah ini.”
“Maksudnya?”
“Bapak tau, maksud saya apa? oke gue percuma lama-lama disini ya, gak berguna, gue pulang duluan permisi,” kata Gita beranjak pulang.
Sesampainya dirumah, Gita langsung masuk kamar dan berbaring hingga tertidur. Tak sadar waktu sudah berganti malam, Gita bangun dan mandi. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu rumahnya. Gita membukakan pintu dan itu ternyata adalah Bumi. Bumi adalah guru private yang papanya bicarakan. Gita dengan ekpresi datar mempersilahkan Bumi masuk. Bumi mulai mengajarkan Gita dengan cukup tegang. Bumi merasa tenggorokannya gatal dan membuatnya batuk. Pembantu Gita memberikan minum padanya. Namun Gita berkata”Bi, siapa yang suruh beri dia minum.”
“Tapi, mba..bapaknya lagi batuk.”
“Ambil.”
“Tapi,mba.”
“Ambil...! aku bilang, kalau dia mau minum, biar dia pulang ambil minum di rumahnya sendiri.”
“Maaf,pak.”
“Iya tidak apa-apa mba.”
“Oh, iya saya rasa pelajaran hari ini cukup sampai disini ya,lebih baik anda pulang sekarang.”
“Ini masih 30 menit kita belajar.”
“Terus kenapa? Sudah... gue gak akan kasih tau bokap gue kalau belajar Cuma 30 menit biar gajimu gak dipotong, jadi bisa menghidupi kebutuhan mu yang gak seberapa itu.”
“Huff, oke saya pulang.”
Bumi pulang dengan rasa sedikit kecewa. Saat Bumi pulang di depan rumah sudah ada orang tua Gita yang juga baru pulang dari kantor. Mereka melihat suatu kejanggalan di wajah Bumi saat itu, namun mereka tidak mempertanyakan.
Pada pagi harinya Gita sudah tidak ada di Rumah. Dia berangkat lebih pagi ke sekolah. Di sekolah Gita duduk di kelas, tentu dengan wajah yang jutek. Gita merencanakan sesuatu untuk teman dan guru. Pada hari ini, mereka akan mengadakan bakti sosial. Satu per satu teman-temannya hadir. Teman satu gengnya juga satu per satu hadir. Gita masih tetap mengacuhkan teman satu gengnya. Meskipun teman-temannya sudah berusaha untuk mengajaknya bicara dan tertawa Gita tetap cuek pada mereka. Waktu pelajaran sudah mulai, namun acara bakti sosial diundur karena ada rapat guru. Mereka tidak belajar pada saat itu, teman-temannya ada yang bermain gitar, menyanyi dan mendengarkan musik. Namun, Gita tetap diam dan mengacuhkan teman-temannya.
Bumi masuk ke dalam kelas, dia mengumumkan bakti sosial akan segera dilaksanakan. Siswa dan siswi mempersiapkan perlengkapan yang akan dibutuhkan. Bus sudah bersiap menyalakan mesin. Mereka keluar dengan wajah yang bahagia. Gita hanya duduk di dalam kelas, menunggu waktu rencana itu akan berhasil. Mereka semua naik ke dalam bus. Tidak perlu waktu lama tiba-tiba terjadi hal yang mengejutkan. Bus yang mereka naiki, tiba-tiba mengalami pengasapan mesin. Sehingga, mereka terhambat untuk pergi. Bus tersebut akan di perbaiki dalam jangka waktu yang sangat lama.Rencana mereka gagal dan di tunda. Gita di dalam kelas hanya tersenyum jahat. Mereka semua masuk kembali ke dalam kelas. Kemudian, belum sempat Bumi duduk terjadi kehebohan lagi, bahwa Laboratorium sekolah mengalami kebakaran. Semua panik dan keluar sekolah. Sementara, Bumi secepat mungkin menghubungi pemadam kebakaran. Gita dengan tenang, keluar kelas dan menuju ke kerumunan siswa siswi yang takut di lapangan sekolah.
Waktu istirahat telah berakhir. Semua Siswa dan Siswi kembali ke kelas mereka masing-masing. Gita tidak terlihat saat di kelas. Teman-temannya khawatir akan hal itu, mereka izin untuk mencari Gita. Sekian lama mencari Gita, mereka menemukan Gita tengah terbaring di lantai perpustakaan dengan tangan yang berdarah. Temannya panik dan memanggil guru untuk membantu. Gita dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Bumi dan temannya mengantar Gita ke rumah sakit. Gita hampir saja meregang nyawa di perpustakaan.Sekian lama menunggu dokter keluar dari ruang UGD. Mereka semua menunggu hingga lupa memberitahu orang tua Gita. Bumi langsung menghubungi orang tuanya."Permisi bu! maaf saya harus memberitahu kabar buruk dari Gita, Gita sedang berada di rumah sakit, mohon ibu dan bapak bisa datang ke Rumah Sakit Asih."Sekitar beberapa menit orang tua Gita datang. mereka cemas, khawatir, panik dan sedih mendengar keadaan Gita. Selang sejam kemudian, dokter akhirnya keluar d
Mereka berusaha membangunkan Gita dari komanya. mengajaknya berbicara, bermain bahkan melakukan hal konyol. Namun, Gita belumlah sadar dari komanya.Keesokan Paginya, Bumi mendatangi Gita kembali. Mengajaknya berbicara dan menggerakan tangannya."Git, dulu kamu strong! kenapa kamu sekarang begini? lemah! kamu sekarang tidak perlu membantu aku untuk menaklukkan anak brandalan, aku sudah jadi mahasiswa yang tangguh dan kuat, bahkan jadi guru killer. Git,bangun! kamu tidak Bosan tidur terus, kamu tidak mau ngerjain aku lagi? ngerusakin mobil ku, atau mungkin buat aku di pecat? Git, bangun! teman-teman mu sudah nunggu kamu di sekolah, mereka hari ini mau ujian sekolah, Astaga,Git! aku pergi dulu ya! nanti aku kesini lagi, bye!"Bumi segera pergi, karena dia sadar bahwa hari ini, adalah hari pertama ujian sekolah. Begitu sampai di sekolah, Dia langsung masuk ke kelas dan membagikan soal ujian. Setiap kertas Ujian dia sisihkan untuk Gita. Ketika Ujian pert
Keesokan paginya Gita bangun dan turun dari tempat tidur. Dia berjalan mengelilingi rumah sakit dengan membawa infusan. Gita Merasa aneh dengan badannya. Tulang Belakangnya terasa sakit saat berjalan. Gita terjatuh dan kepalanya terbentur pinggiran keramik dan itu membuat kepalanya berdarah. Suster yang Melihat langsung menolong Gita yang tergeletak. kepala Gita harus segera dijahit karena luka yang cukup lebar. Orang tuanya segera datang dan melihat keadaan Gita. Bumi pun datang dengan tergesa-gesa. Kondisi yang belum begitu pulihlah yang membuat semua itu terjadi. Namun, setelah selesai dijahit Gita tetap ingin pergi dari rumah sakit. Gita merasa bosan hanya berdiam diri di dalam kamar tanpa melakukan kegiatan apapun.Dengan sangat terpaksa, orang tuanya membolehkan dirinya untuk beristirahat di rumah. Namun, harus tetap selalu kontrol kesehatan.Sesampainya di rumah Gita meminum obat dan beristirahat. Teman-temannya yang mengetahui kepulangan Gita, langsung me
Bumi memberikan sebuah hadiah pada Gita, saat semua murid tidak berada di dalam kelas. Bumi memberikan sebuah Boneka kesukaan Gita, Semua adegan itu di saksikan oleh Geng Cui. Namun, Gita menolak pemberian dari Bumi dan langsung pergi. Di kantin sambil memesan makanan Gita terus memikirkan Bumi. Tiba-tiba Bumi datang dengan membawa boneka dan kotak bekal untuk di berikan kepada Gita. Gita terkejut dan pergi meningglkan temannya. Bumi mengikuti Gita dari belakangKetika di kelas kekesalan Gita memuncak dengan Prilaku Bumi yang membuatnya malu."Pak, bapak tidak punya malu ya.. memberi begini dengan saya?" kata Gita kesal."Ini bukan dari saya, tadi ada orang yang datang ke saya membawa ini," kata Bumi berbohong."Siapa? terus orang nya mana?" kata Gita merasa heran."Sebelum masuk kelas dia datang dan memberikan pada saya, Mungkin saja ini dari orang tua mu yang menitipkan ke orang lain atau kurir," kata Bumi berusaha untuk menjelaskan."Ya s
Keadaan Gita hari demi hari semakin memburuk. Makanan pun tak dapat masuk ke mulutnya. Dokter telah pesimis akan keadaan Gita yang tak kunjung berubah. Kedua orang tuanya belum juga datang. Bumi menyalakan televisi, berita nya sangat mengejutkan. Pesawat yang di naiki kedua orang tua Gita mengalami kecelakaan. Pesawat itu jatuh di laut lepas. Badan pesawat tidak tersisa. Banyak korban berjatuhan salah satunya kedua orang tua Gita. Bumi pergi ke kantor polisi untuk mendapatkan berita yang lebih akurat. Bahkan Bumi menanyakan nama-nama korban. Betapa terkejutnya nama kedua orang tua Gita ada di daftar korban. Korban yang di tulis adalah korban yang tidak selamat. Bumi mengurus pemakaman orang tua Gita. Selama pemakaman Bumi begitu gelisah. Dia bingung apa yang harus ia katakan pada Gita. Setelah Pemakanan selesai Bumi pergi ke rumah sakit. Betapa terkejutnya Bumi melihat Gita telah sadar dari kritisnya. Gita menanyakan keberadaan teman dan orang tuanya. Bum
Kondisi keluarga Bumi tidak begitu baik. Sawah dan ladangnya tak berkembang. Hewan ternaknya pun banyak yang mati. Keluarganya bisa makan atas pemberian orang tua Gita. Kebun, sawah dan perternakan keluarga Gita percayakan pada Bumi sekeluarga. Mereka berbagi hasil untuk hasil panen. Namun apalah daya ayah Bumi memiliki sikap serakah. Dia ingin memiliki semua harta keluarga Gita. Sedemikian rupa ayah Bumi merencanakan kejadian itu. Sehingga harta keluarga Gita habis olehnya. Bumi yang masih berusia 14 tahun ikut perintah sang ayah.***Selang waktu tiga tahun berlalu. Keluarga Gita bangkit dari keterpurukan mereka. Gita tidak lagi bermain dengan Bumi. Karena Bumi telah pergi dari kampung halamannya. Orang tua Gita membangun semua pabrik roti. Perkebunan kembali mereka dirikan. Sedikit demi sedikit mereka menjadi orang terkaya di kampung halamannya.Usia Gita saat itu sudah menginjak 13 tahun. Suatu ketika Gita ke kebun disana dia bertemu dengan pak M
"Leb..bi, apa di...a di...de..pan?" tanya Gita dengan terbatah-batah. “Ada di luar! Kenapa sih kalian ini seperti kucing dan tidur?” jawab Lebbi. “Di...a! ja...hat!” ucap Gita. Lebbi menghela napas panjang. Dia telah mengetahui perkara yang dialami Gita dan Bumi. Lebbi menyuapi Gita dengan makanan yang dibawa oleh Bumi. Setelah selesai Gita beristirahat dan Lebbi keluar dari ruangan. “Gimana Leb? Gita mau makan kan?” tanya Bumi. “Mau..! saya heran sama bapak! Kenapa sih bapak segitu pedulinya sama Gita? Padahal dulu bapak yang buat dia hancur!” kata Lebbi nyeletuk. “Iya itulah! Kesalahan terbesar saya pada dia.” “Bapak, pernah berpikir tidak! gimana ketika dia menikah? Apa yang dikatakan suaminya ke Gita? Seorang wanita yang di nikahi, namun telah menjadi seperti rongsokan.” “Ya, saya mengerti maksud mu!” “Seorang laki-laki tidak akan ada bekas nya, bagaimana anda bisa mengerti ucapan saya?” kata Gita lalu pergi
"Ayo-ayo makan!, mumpung masih hangat," kata Bumi. "Wah! Wah! , ada acara apaan nih? Banyak banget makanannya!" ucap Lebbi. "Ya, anggap saja!, sebagai tanda terima kasih saya pada kalian," sahut Bumi. "Biasa, guru lebai ya begitu guys..!" ujar Gita. "Ya sudah, ayo-ayo di makan jangan di pandangi saja!" kata Bumi. Mereka pun makan bersama. Suasana hangat yang telah membaur di diri mereka terutama Gita dan Bumi. Mereka juga menonton film horor. Gita sangat takut akan film horor tersebut, sehingga membuatnya hanya berdiam diri sambil menutup matanya dengan bantal sofa. Sangking takut nya Gita tidak sadar bahwa tangan nya telah memegang tangan Bumi dengan kencangnya. Karena keisengan teman-temannya tidak ada duanya. Rui mengagetkan Gita dengan kostum hantu. Seketika kaki Gita bergerak dan badan nya loncat hingga melompati tubuh Bumi. Ia menangis memeluk Bumi di hadapan teman-tem
"Leb..bi, apa di...a di...de..pan?" tanya Gita dengan terbatah-batah. “Ada di luar! Kenapa sih kalian ini seperti kucing dan tidur?” jawab Lebbi. “Di...a! ja...hat!” ucap Gita. Lebbi menghela napas panjang. Dia telah mengetahui perkara yang dialami Gita dan Bumi. Lebbi menyuapi Gita dengan makanan yang dibawa oleh Bumi. Setelah selesai Gita beristirahat dan Lebbi keluar dari ruangan. “Gimana Leb? Gita mau makan kan?” tanya Bumi. “Mau..! saya heran sama bapak! Kenapa sih bapak segitu pedulinya sama Gita? Padahal dulu bapak yang buat dia hancur!” kata Lebbi nyeletuk. “Iya itulah! Kesalahan terbesar saya pada dia.” “Bapak, pernah berpikir tidak! gimana ketika dia menikah? Apa yang dikatakan suaminya ke Gita? Seorang wanita yang di nikahi, namun telah menjadi seperti rongsokan.” “Ya, saya mengerti maksud mu!” “Seorang laki-laki tidak akan ada bekas nya, bagaimana anda bisa mengerti ucapan saya?” kata Gita lalu pergi
Kondisi keluarga Bumi tidak begitu baik. Sawah dan ladangnya tak berkembang. Hewan ternaknya pun banyak yang mati. Keluarganya bisa makan atas pemberian orang tua Gita. Kebun, sawah dan perternakan keluarga Gita percayakan pada Bumi sekeluarga. Mereka berbagi hasil untuk hasil panen. Namun apalah daya ayah Bumi memiliki sikap serakah. Dia ingin memiliki semua harta keluarga Gita. Sedemikian rupa ayah Bumi merencanakan kejadian itu. Sehingga harta keluarga Gita habis olehnya. Bumi yang masih berusia 14 tahun ikut perintah sang ayah.***Selang waktu tiga tahun berlalu. Keluarga Gita bangkit dari keterpurukan mereka. Gita tidak lagi bermain dengan Bumi. Karena Bumi telah pergi dari kampung halamannya. Orang tua Gita membangun semua pabrik roti. Perkebunan kembali mereka dirikan. Sedikit demi sedikit mereka menjadi orang terkaya di kampung halamannya.Usia Gita saat itu sudah menginjak 13 tahun. Suatu ketika Gita ke kebun disana dia bertemu dengan pak M
Keadaan Gita hari demi hari semakin memburuk. Makanan pun tak dapat masuk ke mulutnya. Dokter telah pesimis akan keadaan Gita yang tak kunjung berubah. Kedua orang tuanya belum juga datang. Bumi menyalakan televisi, berita nya sangat mengejutkan. Pesawat yang di naiki kedua orang tua Gita mengalami kecelakaan. Pesawat itu jatuh di laut lepas. Badan pesawat tidak tersisa. Banyak korban berjatuhan salah satunya kedua orang tua Gita. Bumi pergi ke kantor polisi untuk mendapatkan berita yang lebih akurat. Bahkan Bumi menanyakan nama-nama korban. Betapa terkejutnya nama kedua orang tua Gita ada di daftar korban. Korban yang di tulis adalah korban yang tidak selamat. Bumi mengurus pemakaman orang tua Gita. Selama pemakaman Bumi begitu gelisah. Dia bingung apa yang harus ia katakan pada Gita. Setelah Pemakanan selesai Bumi pergi ke rumah sakit. Betapa terkejutnya Bumi melihat Gita telah sadar dari kritisnya. Gita menanyakan keberadaan teman dan orang tuanya. Bum
Bumi memberikan sebuah hadiah pada Gita, saat semua murid tidak berada di dalam kelas. Bumi memberikan sebuah Boneka kesukaan Gita, Semua adegan itu di saksikan oleh Geng Cui. Namun, Gita menolak pemberian dari Bumi dan langsung pergi. Di kantin sambil memesan makanan Gita terus memikirkan Bumi. Tiba-tiba Bumi datang dengan membawa boneka dan kotak bekal untuk di berikan kepada Gita. Gita terkejut dan pergi meningglkan temannya. Bumi mengikuti Gita dari belakangKetika di kelas kekesalan Gita memuncak dengan Prilaku Bumi yang membuatnya malu."Pak, bapak tidak punya malu ya.. memberi begini dengan saya?" kata Gita kesal."Ini bukan dari saya, tadi ada orang yang datang ke saya membawa ini," kata Bumi berbohong."Siapa? terus orang nya mana?" kata Gita merasa heran."Sebelum masuk kelas dia datang dan memberikan pada saya, Mungkin saja ini dari orang tua mu yang menitipkan ke orang lain atau kurir," kata Bumi berusaha untuk menjelaskan."Ya s
Keesokan paginya Gita bangun dan turun dari tempat tidur. Dia berjalan mengelilingi rumah sakit dengan membawa infusan. Gita Merasa aneh dengan badannya. Tulang Belakangnya terasa sakit saat berjalan. Gita terjatuh dan kepalanya terbentur pinggiran keramik dan itu membuat kepalanya berdarah. Suster yang Melihat langsung menolong Gita yang tergeletak. kepala Gita harus segera dijahit karena luka yang cukup lebar. Orang tuanya segera datang dan melihat keadaan Gita. Bumi pun datang dengan tergesa-gesa. Kondisi yang belum begitu pulihlah yang membuat semua itu terjadi. Namun, setelah selesai dijahit Gita tetap ingin pergi dari rumah sakit. Gita merasa bosan hanya berdiam diri di dalam kamar tanpa melakukan kegiatan apapun.Dengan sangat terpaksa, orang tuanya membolehkan dirinya untuk beristirahat di rumah. Namun, harus tetap selalu kontrol kesehatan.Sesampainya di rumah Gita meminum obat dan beristirahat. Teman-temannya yang mengetahui kepulangan Gita, langsung me
Mereka berusaha membangunkan Gita dari komanya. mengajaknya berbicara, bermain bahkan melakukan hal konyol. Namun, Gita belumlah sadar dari komanya.Keesokan Paginya, Bumi mendatangi Gita kembali. Mengajaknya berbicara dan menggerakan tangannya."Git, dulu kamu strong! kenapa kamu sekarang begini? lemah! kamu sekarang tidak perlu membantu aku untuk menaklukkan anak brandalan, aku sudah jadi mahasiswa yang tangguh dan kuat, bahkan jadi guru killer. Git,bangun! kamu tidak Bosan tidur terus, kamu tidak mau ngerjain aku lagi? ngerusakin mobil ku, atau mungkin buat aku di pecat? Git, bangun! teman-teman mu sudah nunggu kamu di sekolah, mereka hari ini mau ujian sekolah, Astaga,Git! aku pergi dulu ya! nanti aku kesini lagi, bye!"Bumi segera pergi, karena dia sadar bahwa hari ini, adalah hari pertama ujian sekolah. Begitu sampai di sekolah, Dia langsung masuk ke kelas dan membagikan soal ujian. Setiap kertas Ujian dia sisihkan untuk Gita. Ketika Ujian pert
Waktu istirahat telah berakhir. Semua Siswa dan Siswi kembali ke kelas mereka masing-masing. Gita tidak terlihat saat di kelas. Teman-temannya khawatir akan hal itu, mereka izin untuk mencari Gita. Sekian lama mencari Gita, mereka menemukan Gita tengah terbaring di lantai perpustakaan dengan tangan yang berdarah. Temannya panik dan memanggil guru untuk membantu. Gita dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Bumi dan temannya mengantar Gita ke rumah sakit. Gita hampir saja meregang nyawa di perpustakaan.Sekian lama menunggu dokter keluar dari ruang UGD. Mereka semua menunggu hingga lupa memberitahu orang tua Gita. Bumi langsung menghubungi orang tuanya."Permisi bu! maaf saya harus memberitahu kabar buruk dari Gita, Gita sedang berada di rumah sakit, mohon ibu dan bapak bisa datang ke Rumah Sakit Asih."Sekitar beberapa menit orang tua Gita datang. mereka cemas, khawatir, panik dan sedih mendengar keadaan Gita. Selang sejam kemudian, dokter akhirnya keluar d
Bumi masuk ke dalam kelas, dia mengumumkan bakti sosial akan segera dilaksanakan. Siswa dan siswi mempersiapkan perlengkapan yang akan dibutuhkan. Bus sudah bersiap menyalakan mesin. Mereka keluar dengan wajah yang bahagia. Gita hanya duduk di dalam kelas, menunggu waktu rencana itu akan berhasil. Mereka semua naik ke dalam bus. Tidak perlu waktu lama tiba-tiba terjadi hal yang mengejutkan. Bus yang mereka naiki, tiba-tiba mengalami pengasapan mesin. Sehingga, mereka terhambat untuk pergi. Bus tersebut akan di perbaiki dalam jangka waktu yang sangat lama.Rencana mereka gagal dan di tunda. Gita di dalam kelas hanya tersenyum jahat. Mereka semua masuk kembali ke dalam kelas. Kemudian, belum sempat Bumi duduk terjadi kehebohan lagi, bahwa Laboratorium sekolah mengalami kebakaran. Semua panik dan keluar sekolah. Sementara, Bumi secepat mungkin menghubungi pemadam kebakaran. Gita dengan tenang, keluar kelas dan menuju ke kerumunan siswa siswi yang takut di lapangan sekolah.