Share

Tidurlah denganku

Anna meringis kesakitan saat mencoba mengobati luka di kakinya, luka itu terasa pedih sepedih hatinya menjalani rumah tangga ini. Sudah sering Anna meminta untuk bercerai dari Robert, tapi Robert selalu menolak dan bahkan bersikap kasar padanya.

Anna bisa saja langsung menceraikan Robert, tapi Robert selalu mengancam akan memberitahukan hal ini kepada Jeslin ibunda dari Anna. Jeslin yang saat ini tengah menjalani pengobatan akibat kanker hati yang dideritanya memiliki kondisi yang sangat lemah, Jeslin bahkan memiliki riwayat penyakit jantung parah. Anna tidak ingin kehilangan ibunya karena masalah ini. Sebab saat ini hanya ibunya satu-satunya keluarga yang dimilikinya.

Dering telepon mengagetkan Anna, nomor yang tidak tersimpan dikontaknya tampak memanggil. Tapi Anna tau siapa pemilik nomor ini, sepertinya sejak tadi Rayen berusaha menghubunginya.

“Hallo.” Sapa Anna dengan suara lembut.

“Nona, apa nona sudah sampai dirumah?” tanya Rayen diujung panggilan dengan suara khawatir.

“Hmm.” Anna hanya menjawab seadanya, suasana hatinya sedang tidak baik saat ini.

“Apa nona baik-baik saja?” Rayen seolah bisa menebak ada sesuatu yang terjadi pada Anna.

“Aku hanya lelah saja, aku ingin istirahat Rayen.” Kata Anna seolah menjelaskan kepada Rayen bahwa dirinya hendak mengakhir panggilan tersebut, Rayen yang mengerti dengan keinginan Anna langsung menyudahi obrolan via telepon malam itu.

“Baiklah nona, selamat beristirahat.” Ucap Rayen sebelum mematikan panggilannya.

Anna tersenyum kecil, disaat seperti ini justru pria lain yang menanyakan keadaannya. Robert pergi setelah pertengkaran dengan Anna. Sepertinya ia pulang kerumah Merry. Anna tidak pernah berniat untuk menahan Robert pergi kerumah Merry, karena saat ini pun perasaan Anna kepada Robert benar-benar sudah hilang. Ia hanya bertahan untuk menjaga ibunya dari berita buruk perceraiannya yang mungkin akan mempengaruhi kesehatannya.

“Haaahh, cobalah bertahan sedikit lagi Anna.” Gumam Anna pelan. Ia berniat menceraikan Robert jika kondisi ibunya benar-benar sudah pulih.

Ditempat yang berbeda, Rayen tampak menutup panggilan dari Anna, ia kini hanya menatap layar ponsel dengan wajah lesu. Beberapa saat kemudian Rayen meletakan ponselnya lalu mulai berbaring diranjang tempat Anna sebelumnya tertidur, ia seolah masih bisa mencium aroma parfum yang digunakan oleh Anna. Aroma ini entah sejak kapan menjadi aroma favorite bagi Rayen.

Rayen memandangi langit-langit kamarnya dengan pikiran yang jauh melayang, ia teringat akan pertemuannya dengan Anna 1 tahun yang lalu. Saat itu Rayen tengah dalam masalah besar dan Anna lah yang membantunya hingga akhirnya dia bisa hidup layak seperti saat ini.

**

“Dasar pencuri!” teriak seorang wanita paruh baya, dia adalah pemilik toko emas dan berlian terbesar dikota ini. Ia menahan tangan seorang pria muda berusia dua puluh satu tahun. Pria itu berwajah tampan, dengan rambut pirang dan juga mata coklat. Tubuhnya berkisar 170 cm. Tubuhnya terlihat berotot, sepertinya dia terbiasa bekerja berat hingga membuat tubuhnya berbentuk seperti itu.

Pria muda itu adalah Rayen, Rayen terlihat panik karena dirinya ketahuan mencuri sebuah kalung berlian. Rayen adalah pria miskin yang hidup bersama ayahnya yang tua renta dan sakit-sakitan beserta satu orang adik perempuan yang masih duduk dibangku kelas 4 Sekolah Dasar. Selama ini Rayen menggantungkan hidupnya dengan bekerja serabutan.

“Kakak mau kemana?” tanya Sely adik Rayen. Sely terlihat khawatir dengan kondisi ayahnya yang kian memburuk karena penyakit paru yang dideritanya. Rayen terdiam sesaat, ia tidak mungkin mengatakan bahwa dirinya akan mencuri demi bisa membawa ayah mereka ke rumah sakit.

“Kak Rayen keluar sebentar yah, Sely jaga ayah dengan baik dirumah.” Pesan Rayen sebelum pergi kepada adiknya.

“Kak, jangan lama-lama ya.” Ganti Sely yang berpesan pada kakaknya, Rayen mengangguk pelan seolah berjanji pada adiknya untuk segera pulang.

Malam itu untuk pertama kalinya Rayen berniat mencuri disebuah toko emas dan berlian, bukan tanpa alasan, ia butuh biaya untuk pengobatan ayahnya yang harus segera dibawa ke rumah sakit. Rayen awalnya tidak pernah berpikir untuk melakukan hal itu, tapi salah satu temannya yang sudah biasa mencuri mengajarinya untuk melakukan itu demi mendapatkan uang banyak secara instan dan cepat.

Rayen yang tidak punya pilihan akhirnya melakukan sesuai yang diarahkan oleh temannya. Namun naas, nasib sial ternyata membuatnya gagal bahkan di percobaan pertamanya. Rayen yang panik harus berbuat apa jelas dengan mudah ditangkap oleh para pekerja toko dan orang-orang yang ada disekitar toko.

“Saya tidak mencuri!” Teriak Rayen dengan wajah panik.

“Bohong, aku melihatnya memasukkan kalung berlian ke kantongnya.” Kata seorang pelanggan yang memang melihat Rayen melakukannya. Suara riuh membuat Rayen semakin panik, ia bahkan tidak bisa berkutik sekarang. Beberapa orang bahkan siap memberikan bogem mentah kearahnya.

Rayen bisa menduga dua hal, pertama dia akan babak belur karena amukan masa dan yang kedua ia akan mendekam dipenjara untuk waktu yang lama. Ia kembali teringat janjinya pada Sely untuk segera pulang kerumah, bayangan ayahnya yang terbaring sesak dirumah reyot mereka seolah tergambar jelas diingatkan Rayen.

“Maafkan kakak Sely, sepertinya kakak akan pulang terlambat malam ini.” Batin Rayen pasrah. Seorang pegawai bersiap merogoh kantong jaket Rayen, sampai sebuah suara mengalihkan pandangan mereka.

“Apa yang kalian lakukan pada temanku?” teriak seorang wanita mengagetkan semua orang termasuk Rayen, seorang wanita cantik dengan pakaian rapi tiba-tiba muncul bak malaikat penyelamat untuk Rayen, itu pertama kalinya Rayen bertemu dengan Anna. Wanita cantik yang membuat Rayen sempat terpana ditengah-tengah situasi kacau yang mengancam dirinya.

“Siapa wanita ini?” tanya si pemilik toko.

“Kalian tidak perlu tahu siapa aku! Yang jelas kenapa kalian menuduh temanku sebagai pencuri tanpa bukti?” Tanya Anna, Rayen kaget bukan kepalang mendengar ucapan Anna. Kenapa tiba-tiba wanita cantik ini mengaku sebagai temannya, mereka bahkan tidak saling mengenal.

“Teman katamu? Ohh berarti kau adalah teman dari seorang pencuri? Atau jangan-jangan kalian berdua bersekongkol?” tuduhan semakin menjadi-jadi bahkan mulai menyeret Anna.

“Cepat geledah jaketnya.” Perintah salah satu pegawai. Benar saja, kalung berlian itu ditemukan didalam saku jaketnya

“Tidak! selesai sudah.” Batin Rayen pasrah.

“Dasar pencuri, bawa dia kekantor polisi.” Pemilik toko semakin naik pitam.

“Sudah ku bilang dia bukan pencuri.” Anna semakin berkeras.

“Dia temannya bukan? Kita bawa saja dia sekalian.” Seru seorang pria paruh baya yang ikut menahan Rayen, mereka kini siap untuk menangkap Anna. Rencana Anna gagal 100%.

“Jangan coba-coba menyentuhku jika kalian tidak ingin dapat masalah!” Gertakan Anna dengan tatapan dinginnya membuat orang-orang itu menghentikan langkahnya. “Berikan kalung itu padaku.” Anna menengadahkan tangannya.

“Untuk apa? Kau pikir aku akan percaya pada pencuri seperti kalian?” Wanita pemilik toko itu tidak mempercayai Anna sedikitpun. Anna menghela napas, sepertinya sudah cukup sandiwara ini. Dengan cepat ia mengeluarkan kartu black card yang hanya dimiliki oleh orang-orang dengan kekayaan yang sulit dijelaskan jumlahnya.

“Kartu ini? Dari mana kau mendapatkannya? Apa kau mencurinya?” Suara wanita itu membuat Anna geram. “Silahkan saja kalian cek, memangnya berapa harga kalung itu?” Anna berniat membeli kalung yang dicuri oleh Rayen. Rayen tidak mengerti dengan sikap Anna yang mati-matian membelanya.

“Kau mungkin tidak akan mampu membelinya, harganya sangat mahal! 150.000.000.” Sahut pegawai toko. Rayen dan beberapa orang disana terbelalak kaget, mereka pikir kalung itu hanya bernilai 5 sampai 10 juta saja. Bahkan meski bekerja bertahun-tahun Rayen tidak akan bisa mendapatkan uang sebanyak itu.

Anna terkekeh geli mendengar nominal yang disebutkan oleh si pegawai toko, itu bahkan tidak lebih mahal dari tas branded yang berjejer dirumahnya. Semua orang mulai berpikir Anna gila, termasuk Rayen.

“Sebaiknya kita segera membawa mereka.” Kata wanita pemilik toko, Rayen lemas seketika membayangkan dirinya akan masuk kedalam bui.

“Aku akan membeli kalung itu.” Ucap Anna mengagetkan semua orang, mereka semakin yakin Anna adalah orang yang tidak waras. Kartu itu mungkin hanya kartu yang didapatkannya dijalan.

“Jangan bercanda kau.” Seorang pria yang sudah geram sejak tadi semakin terpancing.

Anna menghela napas menahan kekesalan karena terus saja tidak dipercayai, bahkan ia merasa penampilannya sudah cukup menjelaskan siapa dirinya. Tapi orang-orang ini terbawa akan kecurigaan karena ucapan Anna sebelumnya yang mengatakan Si pencuri adalah temannya.

“Kau bukankah pemilik toko ini? Bukankah seharusnya kau senang mendengar ada yang akan membeli barang milikmu?” tanya Anna dengan raut kemarahan, wanita itu tertegun melihat Anna. Dengan cepat ia meminta pegawainya memproses transaksi pembelian kalung itu. Saat akhirnya Anna berhasil membeli kalung itu dengan kartu yang dibawanya semua orang kini tercengang, ternyata Anna memang benar sekaya itu. Mereka kini tertunduk malu, terutama si wanita pemilik toko.

“Kalung ini sudah menjadi milik kami, jadi temanku bisa membawanya pulang bukan?” Tanya Anna, ia melirik ke arah Rayen, Rayen yang masih syok melihat Anna mengeluarkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat kini terlihat begitu bersyukur. Untung saja nasib baik masih membuatnya selamat dari jerat hukum.

“Ayo kita pergi.” Ajak Anna pada Rayen, mereka seketika melepaskan cengkeramannya ditubuh Rayen. Ia kebingungan karena Anna memanggilnya pergi bersama. Dengan cepat Rayen meraih kotak berisi kalung dari tangan pegawai toko dan kemudian berlari mengejar Anna.

“Kenapa Anda menolong ku?” tanya Rayen saat mereka sudah berada diluar. Anna menghentikan langkahnya.

“Tidak ada alasan khusus, aku hanya sedang kebetulan berada disana dan melihatmu. Hatiku menyuruhku untuk menolongmu.” Jawab Anna, ia memang berniat membelikan hadiah ulang tahun untuk ibunya di toko itu saat kemudian dirinya melihat kejadian antara Rayen dan orang-orang didalam toko. Tapi sepertinya Anna harus menunda membeli kado untuk ibunya, karena moodnya mendadak hilang untuk berbelanja di toko itu.

“Tapi kalung ini..” Rayen menyerahkan kalung itu kepada Anna, Anna langsung menolaknya.

“Kau bawa saja, aku tidak begitu suka dengan model kalung itu.”

Rayen terkejut mendengar alasan penolakan Anna, bagaimana bisa ia memberikan orang asing kalung senilai 150.000.000 dengan begitu entengnya.

“Tapi aku tidak bisa menerimanya nona, aku juga tidak mungkin bisa mengganti uang Anda.” Kata Rayen dengan wajah lesu, meski sangat butuh ia tidak ingin memanfaatkan orang yang sudah menolongnya.

“Kalau begitu buang saja.” Tegas Anna, jawabannya semakin membuat Rayen hampir pingsan.

“Tapi nona..”

“Kalau tidak mau kau buang, yah kau ambil saja. Mungkin itu bisa berguna untukmu.” Anna mengatakan itu seolah tahu dengan kesulitan yang sedang dialami Rayen saat ini. Saat akan berlalu pergi, lagi-lagi Rayen menahannya.

“Nona, aku benar-benar tidak bisa menerimanya, atau Jika tidak adakah cara agar aku bisa membalas Budi baik Anda?” Rayen berkata dengan tulus, Anna sekali lagi menghentikan langkahnya. Ia kemudian berbalik menatap Rayen. “Benarkah kau ingin melakukan sesuatu demi membalas budi?” tanya Anna dengan raut wajah serius.

Rayen mengangguk yakin, sorot matanya bahkan tidak menunjukkan keraguan sama sekali. Anna tersenyum simpul ke arahnya.

“Baiklah, kalau begitu tidurlah denganku malam ini. Apa kau bersedia?” tanya Anna dengan senyuman diwajahnya, membuat jantung Rayen seketika berdegup kencang hanya dengan menatap mata Anna.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status