Beberapa jam sesaat setelah kepergian Halbert. Rachel kedatangan tamu tak terduga. Awalnya Rachel berpikir bahwa Halbert lah yang datang namun sayangnya bukan.“Siapa kalian semua?” tanya Rachel dengan perasaan takut, sembari ia mengenggam sisi pintu seakan ingin segera menutupnya.“Hei, nona! Apa kau tahu di mana pria bernama senjata itu?” Tidak menjawab pertanyaan Rachel, justru salah satu dari mereka bertanya. “Pria bernama senjata? Apa maksud kalian?” Rachel bingung. Ia kembali membalasnya dengan pertanyaan.“Ya, Halbert. Benarkah begitu namanya?” Ia memastikan kembali pada temannya, mengenai seseorang yang mereka cari saat ini.“Halbert? Tidak tahu.” Setelah sadar siapa yang mereka maksud, Rachel menjawabnya dengan kebohongan dengan sengaja. “Tidak tahu katamu? Mana mungkin,” ucapnya sembari menahan sisi pintu agar tidak ditutup.“Iya! Aku tidak tahu! Aku tidak mengenal siapa pun di kota ini! Karena aku baru saja sampai pagi ini! Kalian puas?” amuk Rachel, sembari berusaha untu
Sudah berapa lama dirinya meninggalkan kerajaan Lidah Buaya? Rasanya sudah sangat lama sekali. Ia yang biasanya tidak begitu memikirkan keadaan mereka di sana, justru sekarang mulai merasa gelisah tanpa sebab. Mungkin saja ini karena kematian Rachel yang begitu tiba-tiba, itulah yang Halbert pikirkan. Seperti ada belenggu di lubuk hati terdalam, ia tampak gelisah dengan wajah pucat yang semakin pucat. Kulit putih pucatnya jadi terlihat sangat jelas karena kejadian hari ini. Halbert diam sembari mengepalkan kedua tangan, ia juga berharap bahwa tidak ada lagi yang terjadi pada seseorang yang ia kenali. “Bencana itu, memang tidak bisa dibiarkan lebih lama lagi,” ucap Halbert. Matanya bersinar, menatap sinis ke arah timur laut. Halbert yang sedang marah, tidak begitu terlihat amarahnya saat ini. Bahkan seperti sedang tidak marah pada seseorang, lantaran ia dibuat tenang oleh kekuatan Valkyrie itu sendiri. “Ternyata kau berada di sana?”Berkatnya, ia dapat menemukan ensesi Raja Dunia
Hanya dengan mengandalkan kekuatan sihir yang amat sedikit, ia mampu memenggal putus tapi pengikat antara raga dengan sisa jiwa mereka di sana. Pedang sihir yang berkelap-kelip bagai bintang di langit, warna kebiruan yang murni dengan cahaya terang, sangatlah indah.Terlebih setelah diayunkan ke sana kemari, tuk menyelamatkan para boneka malang ini, kilau cahaya putih kebiruan mengekor dengan cepat namun pergerakannya sangat halus.Demi apa ia mengayunkan pedang? Untuk sesaat kalimat tanya seperti itu terlintas dalam benaknya. Jika Halbert dalam posisi sebagai kesatria termuda di beberapa tahun sebelumnya, maka ia akan menjawab, "Demi rakyat dan bersumpah pada Raja."Tetapi sekarang jelas tidak begitu, walau cara yang ia gunakan terlihat kasar.“Demi masa depan. Aku harus mengotori tanganku sendiri!” Slash! Slash!Sayatan pedang yang terus menari tanpa henti. Kilat putih kebiruan yang sekilas mirip dengan langit di saat terang, semakin lama semakin jelas kelihatannya. Sebagian para
“Kalian semua berkumpulah.” Sang Raja Dunia Bawah memberi perintah pada ke-5 anak buahnya. Dalam sekejap mereka berteleportasi secara bersamaan, tepat berada di hadapan Sang bencana. Mereka menundukkan kepala tanda hormat sera setia kepadanya.“Anda membutuhkan sesuatu?”Salah satu dari mereka yang mengenakan pakaian serba hitam dengan rambut pendek bertanya.“Aku hanya ingin memerintahkan kalian semua untuk menghabisi titisan Valkyrie saat ini juga.”“Anda yakin, memperbolehkan kami melakukannya?”“Tentu saja. Memangnya untuk apa aku menciptakan kalian? Selain untuk hal ini. Terlebih, aku tidak bisa berhadapan dengannya dalam kondisi lemah begini.”“Bukankah Anda memiliki tubuh yang sehat?”“Bukan itu maksudku. Tapi benar tubuh ini sungguh sangat sehat, namun aku tidak bisa mengumpulkan mana dengan benar dengan raga titisan Valkyrie.”“Sepertinya itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Baiklah, kami akan pergi.”Sang Raja Dunia Bawah, Bencana tersenyum menanggapi mereka sebagai anak b
Sosok pengguna sihir api hitam, melawan Salamander Sang Roh Api. Namun ada kejadian tidak menyenangkan, lantaran Salamander kalah saja itu sulit dipercaya. Salamander terhempas karena benturan dari dua api, dari miliknya sendiri serta api hitam milik musuh. Api hitam itu terlihat seakan menjadikan api milik Roh Api menjadi miliknya, terkesan seperti Api hitam itu memiliki kehidupannya sendiri lalu melahap api lain dengan ganas. Membuat ledakan yang cukup besar sampai akhirnya Salamander terpukul mundur ke belakang, jauh dari posisi semulanya. Adapun terdapat sisa-sisa api Salamander jatuh ke rumah tak berpenghuni, membuat kerusakan yang cukup parah.Mendengar dan melihat adanya pertarungan dahsyat antara seseorang dengan Roh Api, jelas sangat menarik perhatian para penduduk di sana.“Selamat sore, wahai titisan Valkyrie. Bagaimana kabarmu?” Si pengguna sihir Api Hitam menyapa sekaligus bertanya pada Halbert.“Ya, aku baik-baik saja. Siapa kau?”“Sebut saja penyihir gelap. Sama sepe
Salamander yang terhempas menjauh, dirinya yang hampir menabrak pemukiman itu segera mengendalikan sayapnya yang besar. Tubuh yang sama besarnya ini juga merugikan apabila pertarungan dilanjutkan di tempat ini, namun akan tetapi, Salamander sepertinya tidak punya pilihan lain.“Wah, kita kedatangan seekor naga merah!” seru seorang wanita bertudung terang, sembari menepuk kedua tangannya dengan heboh.“Naga merah? Bukankah dia adalah Roh Api—Salamander?” sahut lelaki yang berada di sampingnya.“Heh, ada yang mengenalku dengan baik rupanya ya. Baguslah kalau begitu!”Dengan sombong, Salamander membusungkan dada ke depan. Tampaknya ia gila akan pujian, walau mungkin ia bisa mengendalikan diri atas emosinya itu.“Aku menyesal telah memujinya.” Lelaki itu mengangkat telapak tangannya ke depan.“Hei, Salamander. Katakan, apa kau terlibat dengan titisan Valkyrie?” tanya lelaki itu kemudian.Lantas Salamander menjawab, “Haruskah aku menjawabnya?” Dengan sebuah pertanyaan.“Ya. Tentu saja. Kar
Keempat Penyihir Gelap telah mengepung mereka berdua dari segala sisi. Salah satu dari mereka berdiri di rerumputan sementara yang lain berada di atas udara. Takut apabila serangan mereka berdampak ke pemukiman, lantas Halbert berlari menjauhi mereka sekaligus kota itu sendiri. “Kau melarikan diri?!” pekik Salamander tak percaya.“Niatnya begitu. Karena musuhku satu-satunya adalah bencana. Tapi karena tidak memungkinkan, maka aku akan menjauhkan mereka dari kota.”“Itu kau lakukan demi mereka.”“Ya.”Dengan langkah percepatan, Halbert sedikit lebih unggul dari mereka semua. Setelah begitu jauh, Halbert berhenti secara mendadak. Saat ini, tempat mereka berada adalah lapangan hijau yang bersih. “Sudah cukup lama tidak menghirup udara segar. Walaupun itu tidak diperlukan untukku.”“Aku akan—”“Berkatmu, aku bisa menargetkan mereka satu persatu,” sahut Halbert dengan sengaja memotong kalimat Salamander. Halbert meninggalkan Salamander, lantaran ia mengincar orang yang lebih mudah untuk
Dalam satu waktu, dirinya yang tengah disibukkan oleh Penyihir Api Hitam, justru diganggu oleh seorang wanita dengan sihir yang belum diketahui. Tak berselang lama, wanita itu menyerang. Serta mengubah tempat ini, atau mungkin bisa dikatakan pandangan Halbert sajalah yang telah dimanipulasi olehnya. “Ruangan gelap. Aku tidak ingat aku berada di sini sebelumnya. Ternyata ini ulahnya? Ulah wanita itu?”Halbert mencoba untuk tenang, lantaran ia langsung tahu sihir apa yang menimpanya. “Sihir ilusi. Ini benar-benar terjadi padaku. Aku mungkin sedang terdiam di sini, di depan musuhku tanpa aku bisa melihatnya.” “Bagaimana kau akan bisa keluar dari ini? Bagaimana? Bagaimana?” Suaranya menggaung di sekitar, sungguh memusingkan.Tak peduli seberapa seringnya ia menengok ke segala arah, Halbert takkan bisa menemukan keberadaan si pengguna sihir tersebut. “Hm, ini terasa tidak menyenangkan. Aku harus keluar dari sini secepatnya, tapi sulit kalau dengan cara paksa.” Mudah saja untuk memata