Siang itu, Halbert sengaja menunjukkan dirinya yang sedang mengikuti target. Target yang merasa bahwa seseorang mengikutinya pun lekas memilih jalan buntu, berniat untuk memancingnya. Namun pada kenyataannya, Halbert lah yang memancing si target agar dapat memilih jalan buntu tersebut. “Selamat siang, bagaimana kalau kita bicara sebentar?” tanya Halbert selagi mengacungkan belati pada pria ini.“Wah, benar-benar mengejutkan.”“Aku tidak tahu kau memuji siapa dan untuk apa. Selain, aku ingin kita bicara sebentar saja.”“Aku sedang memujimu tahu, karena kau membuat keberadaanmu begitu jelas, yang ternyata itu jebakan.” Pria ini tersenyum seolah terhibur.“Jadi, apa yang mau kau bicarakan padaku? Kau ini kesatria atau seorang pembunuh?”“Tidak perlu mengajukan pertanyaan tak berguna seperti itu. Pertanyaannya cukup mudah, kau membawa buku terlarang bukan?” Awalnya pria ini terkejut lantaran Halbert menanyakan hal terlarang itu dengan mudah. Lantas pria tersebut berpikir bahwasanya Halb
Pria yang dulunya adalah seorang bangsawan di Kerajaan bagian Timur sekarang menjadi pencuri. Entah ini kebetulan atau tidak bahwa ia dapat melihat wujud buku terlarang itu sehingga ia pun membawanya.Namun, pria itu sama sekali tidak dapat melihat tulisan yang ada di buku. Mengira bahwa ternyata buku terlarang selama ini hanyalah buku kosong.Akan tetapi, Halbert justru dapat melihat wujud serta isi buku itu sekaligus. Ada beberapa kalimat di setiap selembar dalam buku, dan begitu di urutan dari halaman pertama hingga akhir, maka akan menjadi sebuah kalimat yang cukup panjang. Di sana disebutkan tentang bencana, lalu titisan Valkyrie. Bencana terus mengulang waktu miliknya sendiri sehingga membuat Valkyrie kerepotan sehingga Valkyrie mengambil tindakan dengan cara menyegel bencana. Tetapi, di sini tidak tertulis apa pun mengenai Raja Dunia Bawah. Lalu satu hal lainnya lagi, melalui ingatan Andrew, Raja Timur melahap bencana dan kemudian sesuatu telah terjadi.Halbert berpikir, “Mun
Halbert bertemu dengan seorang dewi yang menyebut dirinya sebagai keturunannya sendiri. Lalu Rachel yang telah lama menantikan kedatangan Halbert ke rumahnya, justru malah kedatangan sekelompok pria asing. Pada saat bersamaan, Earl dan Alvaro sedang mencoba bernegosiasi dengan Fritz.Fritz adalah seorang pria yang kebetulan selamat dari bencana, lantaran orang ini dikurung dalam penjara gubuk. Tidak lain penjaranya adalah kandang. Fritz tidak berniat untuk pergi sebab berpikir bahwa hidupnya tak lama lagi akan berakhir, namun Earl tak mau membiarkannya begitu saja. Bukan karena rasa kasihan, melainkan karena menginginkan kekuatannya.“Inti magis yang kau miliki itu, apakah tidak bisa digunakan untuk melacak Tuanku?” tanya Alvaro. “Itu sudah tidak mungkin lagi. Itulah kenapa kita membutuhkan Fritz.”“Memangnya dia bisa melakukan apa?” tanya Alvaro penasaran.“Sihir pelacak. Seharusnya banyak orang yang dapat menggunakan sihir semacam ini meskipun cara mereka berbeda-beda. Tapi yang
Earl mungkin sudah mengambil hatinya, dan membuat Fritz bangkit kembali. Namun akan tetapi, tidak lagi setelah tahu kebenaran mengenai Noah.Walau sedikit kesal karena harapan kecilnya takkan pernah terkabul, ia mengalihkan emosinya, membuat sang bencana menjadi target utamanya.“Berikan padamu, magis milik tuanmu itu!”“Sayang sekali, aku sudah tidak memilikinya. Coba kau tanyakan pada pak tua itu, apakah dia punya atau tidak?”“Ini!” sahut Earl, sembari melempar sebotol kecil berisikan inti magis.“Ngomong-ngomong kenapa kau tahu tentang magis ini. Setahuku aku tidak pernah memberitahukannya padamu.”“Aku ini cukup peka tahu. Kau pikir aku tidak tahu reaksi sihir dan magis yang sama itu milik siapa? Aku sebelumnya juga sudah bilang, orang itu menolongku. Mana mungkin aku melupakan penolongku begitu saja.” Fritz mengambil botol kecil itu, ia membukanya sebentar lalu menutupnya kembali. “Lagi pula, bencana memang tidak bisa dibiarkan begitu saja. Noah, Raja, dan para prajurit lainny
Liontin milik Raja Eadric telah berada di tangan Halbert. Ia hendak pergi namun ia dihalangi oleh sesosok wanita yang terlihat agung di matanya, bagai dewi. Ia yang berwarna keemasan sungguh mencolok di mata Halbert. Halbert tertegun, ia bingung untuk melakukan apa setelah melihat itu. Namun sosok dewi memanggilnya sebagai keturunannya. Tidak lama setelah itu, sosok wanita emas merasuki tubuh melalui aliran darah dan membuat Halbert sangat kesakitan.“Wahai keturunanku, lihatlah ini.”Sekali lagi suara lemah lembut itu bertutur kata di dekatnya. Halbert yang sudah dalam kondisi tak sadarkan diri di tempat dengan kedua kaki tertekuk ke belakang, kesadaran serta jiwanya di bawa ke suatu tempat asing.“Siapa?”Ingatan demi ingatan terus mengalir ke dalam kepalanya. Entah itu ingatannya sendiri yang pada saat itu sedang mengejar Gaston, ataupun ingatan lain yang adalah milik Andrew Stanley. Setiap detik ia selalu diperlihatkan ingatan masa lalu, baik dan buruknya saling bergantian satu
“Jangan sebut namaku dengan mulut kotormu itu, bencana!” teriaknya penuh amarah.“Jahat sekali kau ini. Menyebutku sebagai bencana padahal aku hanya mengisi perutku yang sedang kosong. Mwahahahaha!”Bencana tertawa bahak-bahak.Lagaknya sang bencana, perangai jahat pun seakan tumpah ke dunia. Valkyrie yang merasakannya tentu merasa takut. Tapi, tidak ada waktu untuk ketakutan, terlebih setelah dirinya mengenggam pedang untuk bertarung.“Tidak akan aku biarkan! Aku harus bertarung demi masa depan yang akan datang!” Valkyrie bertaruh nyawa, demi mengalahkan bencana yang suatu saat mungkin akan menghancurkan dunia ini. Jiwanya sendiri yang akan menjadi saksi, lalu sekarang, ia pun dapat menyegel bencana ke dalam bentuk tak berwujud. “Duduk dalam singgasana. Jatuhlah dalam lumpur api, kekuatan dan kekuasaan yang tidak setara dengan kesetiaan, kelak menjadikan tubuh ini sebagai penopang abadi,” ucap Valkyrie sembari mengenggam pedang dengan ujung bilah tertancap pada lantai bergambarkan s
Dalam beberapa waktu ke depan, langit yang sebelumnya gelap menjadi terang. Namun hujan tetaplah datang dan mengguyur sebagian penduduk di kota kecil. Hujan datang ketika langit sudah terang, ini adalah ha yang sangat jarang terjadi. Seiring berjalannya waktu, Halbert yang berjalan menuju ke suatu tempat, selalu saja dilirik oleh banyak orang. Mereka mungkin berpikir aneh tentangnya yang sebelum ini berteriak, tertidur lalu terbangun dengan pakaian compang-camping. Meski sadar pakaiannya menjadi seperti itu, ia tidak begitu memperdulikannya karena memang tidak memiliki pakaian lagi selain itu. “Aku jadi terlalu peka setelah itu semua.”Banyak orang semakin memperhatikannya, banyak orang juga merasakan hawa keberadaannya yang berbeda. Ada rasa takjub sekaligus hormat yang tidak mereka ketahui apa maksud perasaan mereka itu terhadap orang asing. “Orang itu siapa ya?”“Aku juga tidak tahu. Tetapi di mataku, dia sangatlah patut dihormati.”“Ya, benar. Aku juga merasakannya begitu. Ada
Beberapa jam sesaat setelah kepergian Halbert. Rachel kedatangan tamu tak terduga. Awalnya Rachel berpikir bahwa Halbert lah yang datang namun sayangnya bukan.“Siapa kalian semua?” tanya Rachel dengan perasaan takut, sembari ia mengenggam sisi pintu seakan ingin segera menutupnya.“Hei, nona! Apa kau tahu di mana pria bernama senjata itu?” Tidak menjawab pertanyaan Rachel, justru salah satu dari mereka bertanya. “Pria bernama senjata? Apa maksud kalian?” Rachel bingung. Ia kembali membalasnya dengan pertanyaan.“Ya, Halbert. Benarkah begitu namanya?” Ia memastikan kembali pada temannya, mengenai seseorang yang mereka cari saat ini.“Halbert? Tidak tahu.” Setelah sadar siapa yang mereka maksud, Rachel menjawabnya dengan kebohongan dengan sengaja. “Tidak tahu katamu? Mana mungkin,” ucapnya sembari menahan sisi pintu agar tidak ditutup.“Iya! Aku tidak tahu! Aku tidak mengenal siapa pun di kota ini! Karena aku baru saja sampai pagi ini! Kalian puas?” amuk Rachel, sembari berusaha untu