Earl mungkin sudah mengambil hatinya, dan membuat Fritz bangkit kembali. Namun akan tetapi, tidak lagi setelah tahu kebenaran mengenai Noah.Walau sedikit kesal karena harapan kecilnya takkan pernah terkabul, ia mengalihkan emosinya, membuat sang bencana menjadi target utamanya.“Berikan padamu, magis milik tuanmu itu!”“Sayang sekali, aku sudah tidak memilikinya. Coba kau tanyakan pada pak tua itu, apakah dia punya atau tidak?”“Ini!” sahut Earl, sembari melempar sebotol kecil berisikan inti magis.“Ngomong-ngomong kenapa kau tahu tentang magis ini. Setahuku aku tidak pernah memberitahukannya padamu.”“Aku ini cukup peka tahu. Kau pikir aku tidak tahu reaksi sihir dan magis yang sama itu milik siapa? Aku sebelumnya juga sudah bilang, orang itu menolongku. Mana mungkin aku melupakan penolongku begitu saja.” Fritz mengambil botol kecil itu, ia membukanya sebentar lalu menutupnya kembali. “Lagi pula, bencana memang tidak bisa dibiarkan begitu saja. Noah, Raja, dan para prajurit lainny
Liontin milik Raja Eadric telah berada di tangan Halbert. Ia hendak pergi namun ia dihalangi oleh sesosok wanita yang terlihat agung di matanya, bagai dewi. Ia yang berwarna keemasan sungguh mencolok di mata Halbert. Halbert tertegun, ia bingung untuk melakukan apa setelah melihat itu. Namun sosok dewi memanggilnya sebagai keturunannya. Tidak lama setelah itu, sosok wanita emas merasuki tubuh melalui aliran darah dan membuat Halbert sangat kesakitan.“Wahai keturunanku, lihatlah ini.”Sekali lagi suara lemah lembut itu bertutur kata di dekatnya. Halbert yang sudah dalam kondisi tak sadarkan diri di tempat dengan kedua kaki tertekuk ke belakang, kesadaran serta jiwanya di bawa ke suatu tempat asing.“Siapa?”Ingatan demi ingatan terus mengalir ke dalam kepalanya. Entah itu ingatannya sendiri yang pada saat itu sedang mengejar Gaston, ataupun ingatan lain yang adalah milik Andrew Stanley. Setiap detik ia selalu diperlihatkan ingatan masa lalu, baik dan buruknya saling bergantian satu
“Jangan sebut namaku dengan mulut kotormu itu, bencana!” teriaknya penuh amarah.“Jahat sekali kau ini. Menyebutku sebagai bencana padahal aku hanya mengisi perutku yang sedang kosong. Mwahahahaha!”Bencana tertawa bahak-bahak.Lagaknya sang bencana, perangai jahat pun seakan tumpah ke dunia. Valkyrie yang merasakannya tentu merasa takut. Tapi, tidak ada waktu untuk ketakutan, terlebih setelah dirinya mengenggam pedang untuk bertarung.“Tidak akan aku biarkan! Aku harus bertarung demi masa depan yang akan datang!” Valkyrie bertaruh nyawa, demi mengalahkan bencana yang suatu saat mungkin akan menghancurkan dunia ini. Jiwanya sendiri yang akan menjadi saksi, lalu sekarang, ia pun dapat menyegel bencana ke dalam bentuk tak berwujud. “Duduk dalam singgasana. Jatuhlah dalam lumpur api, kekuatan dan kekuasaan yang tidak setara dengan kesetiaan, kelak menjadikan tubuh ini sebagai penopang abadi,” ucap Valkyrie sembari mengenggam pedang dengan ujung bilah tertancap pada lantai bergambarkan s
Dalam beberapa waktu ke depan, langit yang sebelumnya gelap menjadi terang. Namun hujan tetaplah datang dan mengguyur sebagian penduduk di kota kecil. Hujan datang ketika langit sudah terang, ini adalah ha yang sangat jarang terjadi. Seiring berjalannya waktu, Halbert yang berjalan menuju ke suatu tempat, selalu saja dilirik oleh banyak orang. Mereka mungkin berpikir aneh tentangnya yang sebelum ini berteriak, tertidur lalu terbangun dengan pakaian compang-camping. Meski sadar pakaiannya menjadi seperti itu, ia tidak begitu memperdulikannya karena memang tidak memiliki pakaian lagi selain itu. “Aku jadi terlalu peka setelah itu semua.”Banyak orang semakin memperhatikannya, banyak orang juga merasakan hawa keberadaannya yang berbeda. Ada rasa takjub sekaligus hormat yang tidak mereka ketahui apa maksud perasaan mereka itu terhadap orang asing. “Orang itu siapa ya?”“Aku juga tidak tahu. Tetapi di mataku, dia sangatlah patut dihormati.”“Ya, benar. Aku juga merasakannya begitu. Ada
Beberapa jam sesaat setelah kepergian Halbert. Rachel kedatangan tamu tak terduga. Awalnya Rachel berpikir bahwa Halbert lah yang datang namun sayangnya bukan.“Siapa kalian semua?” tanya Rachel dengan perasaan takut, sembari ia mengenggam sisi pintu seakan ingin segera menutupnya.“Hei, nona! Apa kau tahu di mana pria bernama senjata itu?” Tidak menjawab pertanyaan Rachel, justru salah satu dari mereka bertanya. “Pria bernama senjata? Apa maksud kalian?” Rachel bingung. Ia kembali membalasnya dengan pertanyaan.“Ya, Halbert. Benarkah begitu namanya?” Ia memastikan kembali pada temannya, mengenai seseorang yang mereka cari saat ini.“Halbert? Tidak tahu.” Setelah sadar siapa yang mereka maksud, Rachel menjawabnya dengan kebohongan dengan sengaja. “Tidak tahu katamu? Mana mungkin,” ucapnya sembari menahan sisi pintu agar tidak ditutup.“Iya! Aku tidak tahu! Aku tidak mengenal siapa pun di kota ini! Karena aku baru saja sampai pagi ini! Kalian puas?” amuk Rachel, sembari berusaha untu
Sudah berapa lama dirinya meninggalkan kerajaan Lidah Buaya? Rasanya sudah sangat lama sekali. Ia yang biasanya tidak begitu memikirkan keadaan mereka di sana, justru sekarang mulai merasa gelisah tanpa sebab. Mungkin saja ini karena kematian Rachel yang begitu tiba-tiba, itulah yang Halbert pikirkan. Seperti ada belenggu di lubuk hati terdalam, ia tampak gelisah dengan wajah pucat yang semakin pucat. Kulit putih pucatnya jadi terlihat sangat jelas karena kejadian hari ini. Halbert diam sembari mengepalkan kedua tangan, ia juga berharap bahwa tidak ada lagi yang terjadi pada seseorang yang ia kenali. “Bencana itu, memang tidak bisa dibiarkan lebih lama lagi,” ucap Halbert. Matanya bersinar, menatap sinis ke arah timur laut. Halbert yang sedang marah, tidak begitu terlihat amarahnya saat ini. Bahkan seperti sedang tidak marah pada seseorang, lantaran ia dibuat tenang oleh kekuatan Valkyrie itu sendiri. “Ternyata kau berada di sana?”Berkatnya, ia dapat menemukan ensesi Raja Dunia
Hanya dengan mengandalkan kekuatan sihir yang amat sedikit, ia mampu memenggal putus tapi pengikat antara raga dengan sisa jiwa mereka di sana. Pedang sihir yang berkelap-kelip bagai bintang di langit, warna kebiruan yang murni dengan cahaya terang, sangatlah indah.Terlebih setelah diayunkan ke sana kemari, tuk menyelamatkan para boneka malang ini, kilau cahaya putih kebiruan mengekor dengan cepat namun pergerakannya sangat halus.Demi apa ia mengayunkan pedang? Untuk sesaat kalimat tanya seperti itu terlintas dalam benaknya. Jika Halbert dalam posisi sebagai kesatria termuda di beberapa tahun sebelumnya, maka ia akan menjawab, "Demi rakyat dan bersumpah pada Raja."Tetapi sekarang jelas tidak begitu, walau cara yang ia gunakan terlihat kasar.“Demi masa depan. Aku harus mengotori tanganku sendiri!” Slash! Slash!Sayatan pedang yang terus menari tanpa henti. Kilat putih kebiruan yang sekilas mirip dengan langit di saat terang, semakin lama semakin jelas kelihatannya. Sebagian para
“Kalian semua berkumpulah.” Sang Raja Dunia Bawah memberi perintah pada ke-5 anak buahnya. Dalam sekejap mereka berteleportasi secara bersamaan, tepat berada di hadapan Sang bencana. Mereka menundukkan kepala tanda hormat sera setia kepadanya.“Anda membutuhkan sesuatu?”Salah satu dari mereka yang mengenakan pakaian serba hitam dengan rambut pendek bertanya.“Aku hanya ingin memerintahkan kalian semua untuk menghabisi titisan Valkyrie saat ini juga.”“Anda yakin, memperbolehkan kami melakukannya?”“Tentu saja. Memangnya untuk apa aku menciptakan kalian? Selain untuk hal ini. Terlebih, aku tidak bisa berhadapan dengannya dalam kondisi lemah begini.”“Bukankah Anda memiliki tubuh yang sehat?”“Bukan itu maksudku. Tapi benar tubuh ini sungguh sangat sehat, namun aku tidak bisa mengumpulkan mana dengan benar dengan raga titisan Valkyrie.”“Sepertinya itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Baiklah, kami akan pergi.”Sang Raja Dunia Bawah, Bencana tersenyum menanggapi mereka sebagai anak b