Masa kecil Gaston dan Halbert. Diketahui mereka saling kenal satu sama lain semenjak lahir ke dunia ini. Tidak satupun dari mereka yang mengetahui kedua orang tua masing-masing. Sekilas saja, keduanya dirawat selama 2 tahun oleh seorang wanita yang tidak waras. Beruntungnya Gaston dan Halbert tidak mengikut-ngikuti wanita itu sebagai orang yang tidak waras. Dan ajaibnya, mereka berpikir jauh lebih dewasa. Meski Halbert tak seberapa hebatnya memiliki pemikiran rumit seperti Gaston yang sering kali membaca buku. Tentunya buku itu di dapat dari kediaman bangsawan dahulu kala, yang sekarang tempat itu sudah berlumut. Kerajaan saat itu masih dibagi menjadi dua. Antara barat dan timur. Hanya karena perselisihan kecil, hingga mengakibatkannya seperti ini. Suatu hari, ketika mulai berusia sekitar 7 tahun. Peperangan telah terjadi kembali. Halbert diam mematung di daerah kumuh sembari memandang peperangan itu sampai akhir. Ketika salah satu pihak yakni musuh telah binasa, serta para kelom
Tahun demi tahun telah berlalu begitu cepat. Semenjak hari itu, Eadric tak lagi berkunjung datang. Tampaknya ada kesibukan tertentu sehingga membuatnya tak bisa datang. Masa kanak-kanak telah berakhir, Halbert dan Gaston kini sudah beranjak remaja dengan usia 15 tahun. Menggunakan pakaian biasa, keduanya menyelinap masuk ke wilayah sana guna mengintip apa yang sedang terjadi di sana.Lantaran terdapat banyak calon prajurit berbaris di halaman terbuka, serta dengan sosok Eadric yang mengatakan sepatah dua kata. “Hei, paman itu bukannya yang pernah kita temui ya?”“Iya, kita bertemu dengannya. Tapi dia terlihat masih muda, jadi lebih baik panggil dia kakak saja.”“Eh, tapi kudengar dia adalah Putra Mahkota, orang yang akan jadi raja nantinya.”“Benarkah? Kalau begitu dia sudah berumur untuk menikah?” “Aku tidak tahu sampai situ. Tapi dia tidak pernah terlihat kalau dia memiliki kekasih.”“Hahaha, benar juga ya.” Di tengah pidato berkelanjutan, Eadric membuka mata lebar-lebar ke sud
Naiknya tahta Eadric, sebagai Raja di Kerajaan bagian Barat membuat perubahan besar terhadap perselisihan perang. Namun, hal tersebut harus dilalui selama 5 tahun lamanya. Dalam 5 tahun kelompok Pedang Raja yang merupakan tangan kanan Raja langsung, dipimpin oleh Halbert. Banyak prestasi yang mereka dapatkan sehingga posisi mereka dijunjung tinggi. Lalu, dalam kesenjangan perang di mana musuh mulai terpukul mundur. Sesaat kedamaian berlangsung, terjadi sesuatu pada Gaston.[Selamat siang. Maaf menganggu waktu kesatria seperti Anda. Kami dari keluarga Bruke, ingin membicarakan sesuatu, bisakah Anda datang ke kediaman kami?]Surat singkat itu ditujukan untuk Gaston dari Marquis Bruke. Dari bangsawan yang memiliki posisi tak tergoyahkan. “Halbert! Aku akan pergi sebentar. Bisakah kau menunggu di perpustakaan?” tanya Gaston.“Apa? Kenapa? Apa yang ingin kau lakukan?”“Sepertinya ini semacam undangan makan malam atau apa.”“Eh, kau diundang sementara aku tidak? Menyebalkan.”“Jangan mer
Terjatuh dalam kesedihan yang mendalam, sengaja ia tak pernah memberitahukan kesedihannya itu pada temannya. Namun berita itu sudah tersebar dari mulut ke mulut. “Aku turut berduka atas kematian orang tuamu, Gaston.”“Tak apa. Kami baru akrab selama satu hari. Itu tidak membuatku sedih.”“Tapi kau ingin disayang oleh orang tua bukan? Mengingat kita berdua dari lahir tidak punya orang seperti itu.”“Bagaimana dengan kekuargamu?” tanyanya mengalihkan topik pembicaraan.“Keluargaku keluarga kesatria. Mereka semua adalah prajurit, itu kalau laki-laki. Tapi kalau yang perempuan seperti kakak perempuan atau ibuku, mereka bekerja sebagai Penyihir.”“Wah, sepertinya ramai sekali. Boleh aku ke sana?” “Boleh!” Perjanjian mereka akan bertemu di perpustakaan, tapi siapa sangka setelah mengalami kekelaman tersebut dalam keluarga Bruke, Gaston tidak sengaja mendapati sebuah buku asing.“Seingatku, tidak ada buku seperti ini kemarin. Buku apa ini?”Sampulnya tebal dan berwarna coklat kehitaman.
Perencanaan pengkhianatan sekaligus pemberontakan terhadap kerajaan. Benar, itu adalah hal yang akan dilakukan oleh Gaston bersama anggota Pedang Raja lainnya tanpa Halbert. Setelah merencanakannya matang-matang. Sesaat sebelum terlaksana, dirinya tetap berada di ruang bawah tanah tuk melanjutkan membaca buku sihir gelap. “Wah, sepertinya buku itu menarik. Terlihat dari sampulnya. Buku apa itu, Tuan Bruke?” tanya Diana. “Diana, kau bisa melihatnya?” “Iya. Jelas sekali,” jawabnya selagi duduk berdekatan dengan Gaston. Namun Gaston sengaja menggeser duduknya agar tak lagi berdekatan dengan wanita tersebut. Entah mengapa ia merasa risih, itulah mengapa ia memilih menghindar. “Kalau tidak ada urusan lagi, lebih baik sana pergi,” usir Gaston secara kasar. “Baik, baik. Duh, Tuan Bruke ini,” gumam Diana lantas pergi. Selembar demi selembar ia kembali membacanya. Hingga menemukan sebuah catatan tulisan seseorang yang terselip di antara dua halaman. [Jiwa yang besar mampu menopang seg
Ikatan yang melebihi seorang teman, saudara. Itulah sebutan yang terlintas dalam benak mereka begitu melihat Gaston dan Halbert bersama. Selalu saja terlihat mereka yang terus-menerus melebarkan senyum seakan kedamaian telah ada di depan mata mereka. Namun suatu insiden yang melibatkan sihir gelap membuat semuanya menjadi kacau. Walau itu tidak terlihat di depan mata, tetap saja terasa begitu jelas. Hari ketika ia sedang menjalankan rencana, membuat para anggota pedang Raja sebagai tumbal tuk memancing Raja Dunia Bawah, justru terjadi hal tak diinginkan. Pedang perak berlumur darah memantulkan wajah bengis, tertawa. Namun air mata mengalir seakan sedang menangis. Tidak. Ya, dia benar-benar sedang menangis akan kejadian hal ini. Darah yang terciprat itu milik Halbert, ketika tahu bahwa dirinya lah yang membunuh temannya sendiri, ia sangat syok hingga tak kuasa menahan kedua kaki sampai ia terjatuh di atas tanah. “Raja Dunia Bawah, apa ini perbuatanmu? Jadi selama ini aku merasa k
Ikatan yang melebihi seorang teman, itulah saudara. Saudara tak tergantikan, yang selalu ada sejak kecil. Namun itu hanyalah ikatan di masa lalu.***Dengan sentuhan jari di dahi, membuat kepala Halbert terasa begitu sakit hingga dirinya menjerit bahkan berguling-guling di lantai lantaran rasa sakitnya sungguh tak tertahankan. Setelah menunggu selama beberapa saat, rasa sakitnya mereda dengan semua memori seseorang berada dalam kepalanya saat ini. “Ugh, pusing. Mual,” gerutu Halbert. “Hei, sudah sadar? Maaf ya aku sengaja membuatmu harus mengingat semua itu.” “Ah, siapa?” tanya Halbert seraya berwaspada dengan sikap bertarung. “Jangan terlalu berwaspada. Seharusnya kau tahu siapa aku 'kan?” Saat sosok pria tak jelas itu membuka tudungnya, Halbert pun terkejut. Tanpa sadar ia mengingat sosok pria itu tengah bercermin dengan menggunakan jas putih. “Aku? Bukan ...kau, Andrew. Ingatan ini, ulahmu ya?” terkanya.“Ya. Benar. Maaf ya. Tapi dengan ingatan itu, cukup bagimu mengerti aka
“Gaston, kau mengingat janji kita. Tapi apa kau tidak ingat bagaimana cara yang kau inginkan untuk membuat janji disepakati?” “Aku ...kita berjanji, untuk mengubah dunia ini. Dengan nyawamu, kita bisa melakukannya.”“Itu ...,” Titisan Valkriye membuat Raja Dunia Bawah bangkit. Jika dibunuh, tentu Raja Dunia Bawah akan mati. Tapi bagaimana jika titisan itu sudah berubah menjadi undead lalu Raja Dunia Bawah masih menetap? Maka itu tidak masuk akal. “Jiwaku sudah tidak semurni itu. Kalaupun benar aku adalah titisan itu, lantas kenapa aku jadi bagian dari sihir gelap? Bukankah titisan dengan Raja Dunia Bawah saling terhubung? Dan kalau benar, dari mana dia dapat kekuatan untuk bertahan?” tanya Halbert. “Itu pertanyaan yang masuk akal. Aku pun membangkitkanmu karena tahu Raja Dunia Bawah masih hidup,” tutur Andrew. “Ah, begitu rupanya. Sayang sekali, karena kalian sudah mengetahuinya. Sayang sekali,” ucap Gaston dengan menyeringai lebar. Senyum lebar tak menampakkan barisan gigi, ent
Aku Halbert Stanley. Sedari lahir, aku hidup sendiri. Entah siapa yang mengurusku saat masih bayi namun aku tahu siapa yang berada di sampingku sampai detik ini juga. Dia adalah Gaston Bruke. Kami berdua sama-sama tidak punya keluarga, hidup di antara tumpukan sampah di desa kecil yang sudah tak layak ditinggali manusia. Tetapi, kami berdua bisa hidup dengan bahagia. Saat perang kecil-kecilan datang, kami yang masih berusia belia justru merampas jatah perang. Beberapa pedang atau bahkan bahan makanan beku yang tertinggal akan kami ambil. Ketika ingat itu, aku jadi tersenyum dan merasa ingin kembali ke masa kecil meski dulu sangat buruk. Sekarang, aku di sini sebagai Halbert yang adalah mahluk undead. Aku adalah titisan Valkyrie, yang seharusnya bisa mengalahkan bencana dari awal. Tapi aku tidak bisa melakukan itu. Sementara yang kuingat hanyalah ingatan buruk saat Gaston membunuhku. Saat itu aku tidak menyangka itu akan terjadi padamu tapi sekarang aku mengerti. “Pemimpin Halber
Saat kepulan asap yang merupakan racun aktif, dan Halbert dibuat panik karenanya. Suara seorang dewi itu kembali didengarnya. Dewi itu berkata, “Janganlah takut. Baju perang akan menghalau segalanya, dan sayapnya dapat mengibaskan apa pun. Kau merasakan sakit karena aku membuatmu hidup sementara agar dapat menahan kekuatanku ini.” Dari kalimat itu ia akhirnya sadar, memang benar ia merasakan sakit tapi tidak lama setelah itu, racunnya menghilang sedikit demi sedikit. “Sayap? Kalau dipikir-pikir aku baru sadar kalau wujudku ini sangat berbeda,” tukas Halbert.Raja Dunia Bawah tertawa bahak-bahak, tampaknya ia berpikir bahwa titisan Valkyrie akan kalah. Tapi ia jelas salah. “Jangan tertawa sebelum tahu akhirnya akan bagaimana, hei, dasar bencana kurang ajar!” pekiknya selagi menunjuk ke arah Raja Dunia Bawah dengan tatapan kesal.Ia kemudian kembali berdiri tegak, mengenggam pedang besar namun terasa ringan di kedua tangan ini untuk menyerang sang bencana sekali lagi.“Hah? Dia masi
Pertarungan akhir telah dimulai! Halbert melancarkan sihir serangan yang berdampak cukup besar sampai membangunkan jiwa Gaston yang tertidur lelap. Dengan itu, Halbert mencoba untuk memperingatkan bahwa dirinya akan benar-benar membunuh Gaston. Di samping itu, sihir serangan yang dilapisi tekad kuat pun membumbung tinggi. Raja Dunia Bawah kesulitan bereaksi lantaran kecepatan Halbert hampir menyerupai cahaya sehingga sulit diprediksi akan menyerang di bagian mana. Dengan tombak bercahaya sekaligus berselimutkan elemen petir tertancap di tubuh Gaston, sang Raja Dunia Bawah lah yang paling terkena dampak besar dari sihir serangan tersebut. Ia sempat tak sadarkan diri, namun sayang hanya berlaku beberapa detik saja. Setelah itu ia kembali terbangun. “Aku tidak akan lemah hanya karena serangan ini saja. Seharusnya kau tahu itu,” tutur sang Raja Dunia Bawah.“Aku tahu. Aku bahkan tidak pernah berpikir akan menghabisimu dengan mudah begitu. Apalagi aku bukan orang yang suka berbelas ka
Raja Dunia Bawah lantas saling bertukar pandang. Kebencian dan amarah, saat itu Raja Dunia Bawah seakan sudah terdesak lebih awal. Ia merasa sesak saat melihat keberadaan Valkyrie di dalam dirinya. “Pria itu sampai ke tempat ini. Ck, apa yang sebenarnya mereka lakukan?!”amuknya dengan gelisah.Amarah yang jelas terlihat itu membuat Halbert semakin ingin mempercepat serangannya sebagai awal mula. Rose dan Salamander hanya diam dan memperhatikan pria itu, sementara Halbert, ia benar-benar fokus pada musuhnya saja.“Mr. Undead tidak boleh diganggu 'kan? Aku yakin para bawahan yang diciptakan oleh bencana akan segera datang.”“Mereka akan segera datang? Bukankah mereka pergi lebih awal dari kita?”“Ya, kalau menurut Mr. Undead, mereka pergi saat tahu bahwa titisan Valkyrie dalam bahaya. Jadi mungkin, mereka sedang menikmati waktunya selagi bisa, dilakukan sebelum kembali ke majikan?”“Aku tidak yakin bahwa mereka sedang bersenang-senang.”“Aku juga berpikir begitu.”Entah apa maksud Ros
Halbert melirik ke segala arah. Sedang memastikan apakah musuh lain masih mengintai atau tidak. Ternyata ia sadar bahwa selama pertarungannya, para bawahan lain telah memperhatikan dirinya. Meskipun sadar ia tak bisa berbuat apa-apa. Lagi pula di mata mereka, sekuat apa pun serangan fisik maupun sihir Halbert pada mereka, takkan pernah melukainya sama sekali. Mereka tidak tahu bahwa Penyihir Api Hitam telah benar-benar tewas di tangan Halbert dengan mudah. “Kenapa kau mau melawannya saja? Padahal dengan bertelportasi, kita bisa kabur,” ujar Salamander.“Jika aku kabur mereka akan mengejar. Jangan lupa kalau mereka termasuk ke dalam penyihir gelap tak peduli wujud aslinya seperti apa.”“Kau benar.”“Ngomong-ngomong kenapa kau tahu kalau intinya ada di dada?” tanya Rose penasaran. “Padahal aku tidak tahu di mana itu.”“Aku selalu memotong tubuhnya menjadi dua dari pinggang. Kadang juga di lehernya tapi tak merasa sudah membunuhnya. Begitu tahu dia hanyalah Batu magma api, maka satu ha
Penyihir Api Hitam ditinggal oleh semua rekannya yang sudah pergi menuju ke tempat Raja Dunia Bawah berada. Percakapan antara Rose dengan Penyihir Api Hitam, Rose berencana untuk menguak kelemahannya secara langsung namun tetap sulit rasanya.“Hei, bukankah kau adalah Penyihir gelap sama seperti diriku?” tanya si penyihir itu sembari mendekat.“Ya. Lalu kenapa?” sahutnya ketus.“Lalu kenapa? Bukankah sudah jelas Itu aneh? Kau yang adalah penyihir gelap malah jadi budaknya Valkyrie. Ini di luar dugaan.”“Kau mungkin benar. Rasanya aneh aku yang terkesan jahat ini justru bersanding dengan mahluk suci. Tapi aku tidak sama seperti kalian. Aku manusia sementara kalian bukan.” Rose mengatakannya sambil menunjuk ke arahnya dengan berani.Penyihir Api Hitam tersebut pun tersenyum. Ia mendekati Rose sampai tidak ada jarak di antara mereka. Sesaat penyihir ini mulai tertarik dengan wanita bernama Rose. “Kalau benar, kau mau apa?” Begitulah jawabannya, ia sengaja berbisik di dekat telinga.“Bi
“Kita terus memutarinya karena memang mustahil lari ya?” Rose bergumam.“Dia memang anak yang sulit diperhitungkan. Di samping dia kehabisan waktu, dia merasa ingin mengalahkan lawannya sebagai bahan uji coba,” sahut Salamander.Kecil menjadi kawan, besar menjadi lawan. Itu adalah makna dari sebuah api. Setiap api memiliki suhunya masing-masing. Api itu menakutkan dan sekalinya tersambar maka habis sudah. Mati dengan cara tersiksa begitu takkan membuat orang senang. Sihir api, sihir yang cocok untuk para bawahan Raja Dunia Bawah. Sihir api ini pun membuat Halbert kewalahan. Alhasil dirinya kembali disambar oleh api hitam yang terlihat begitu mengerikan. Namun di sana, dirinya sama sekali tidak berteriak justru berusaha untuk memadamkan, tapi tak perduli seberapa keras usahanya dalam mencoba untuk memadamkan api jahat ini, api ini tidak kunjung padam justru semakin membesar seiring waktu berjalan. Kenyataan yang mengerikan. Benar apa kata Halbert sendiri, ia sulit dilawan dan apa pun
Penyihir Api Hitam yang seharusnya takkan bisa bangkit kembali, justru ia kembali terbangun dengan keadaan tanpa luka. Semuanya pulih seakan ia tidak pernah terluka sebelum ini. Kejanggalan itu membuat Halbert tertegun, tanpa bisa mengatakan apa-apa. “Kenapa? Kaget ya?” Sementara ia seperti sedang mengejek dirinya. “Kau ...kenapa bisa bangun lagi? Seharusnya kau sudah tidak mampu.”“Coba tebak saja.”“Mana sudi aku menebak apalagi harus melawanmu. Aku sudah banyak dijahit, takkan aku merugikan diriku sendiri,“ tukas Halbert.“Ho, ternyata kau ingin secepatnya menyerah? Jangan harap!”Tidak hanya itu, kecepatannya semakin bertambah, sulit untuk mengikutinya dengan kedua mata. Halbert hanya bisa berfokus untuk bertahan sekalipun sampai harus terdorong mundur ke belakang akibat serangan barusan. “Sepertinya dia bukan manusia sungguhan. Tapi apa ya? Hm, aku merasa aneh dengan musuhnya Mr. Undead,” gumam Rose. Ia diam memperhatikan pertarungan antara Halbert dan Penyihir Api Hitam itu.
Rose berjalan dengan pelan, mendekati Halbert yang sedang beristirahat sekarang. Halbert menatapnya tajam, sebab ia merasa tak nyaman dengan keberadaan seorang wanita di dekatnya.“Kenapa dengan tatapanmu itu?” Rose bertanya selagi ia duduk di dekatnya dengan memeluk kedua kaki. Ia juga tersenyum. Halbert menyahut, “Kau baru dari mana saja? Aku sempat merasakan hal aneh.” Ia balas bertanya sembari menunjuk ke bawah leher. “Hal aneh? Hal aneh apa yang kau rasakan, Mr. Undead?” “Tandanya sempat tergores sesuatu. Tapi setelah itu tidak lagi. Kadangkala aku merasakan rasa sakit di tempat yang sama. Ini pasti berkaitan denganmu. Apa yang kau lakukan sampai nyawamu terancam?” Kembali Halbert bertanya. Rose mengalihkan pandangannya. Ia menatap langit seakan merindukan suatu hal yang besar. Lantas wanita itu pun menjawab, “Aku sempat mati.”“Apa?”“Iya. Sempat mati,” jawabnya sambil menghadap wajah Halbert. Rose menjelaskan kejadian yang telah terjadi padanya dan beberapa orang yang meng