Jakarta, Senin 2019
Kini Awan mendung menyelimuti kota Jakarta suasana menjadi sedikit sejuk, tidak seperti hari-hari biasa yang dipenuhi polusi kendaraan. Berlahan rintik hujan turun. Terlihat beberapa orang yang sedang berjalan berlari mencari tempat teduh untuk berlindung,
Sedangkan seorang gadis yang berdiri di seberang jalan terus menatap rintik hujan itu. Berlahan ia mengadahkan kepalanya kemudian menatap langit mendung yang menjatuhkan butiran air itu ke bumi. Seulas senyum manis ia kembangkan saat merasakan rintik hujan membasahi wajahnya ah tidak bukan hanya wajahnya tapi kini air itu memasuki sela-sela pakaian yang ia kenakan, membuatnya merasakan kedinginan.
Almira Khalisa Fairuz nama gadis itu, ia kembali berjalan menyebrang saat tanda merah dilampu lalu lintas menyala ia tersenyum manis kemudian melambaikan tangan kanan pada teman yang sedang menunggu dirinya dipan restoran. Pertengahan jalan senyum gadis itu lenyap saat ia melihat tanda bahaya yang dilakukan temannya itu seketika jantung Mira berdegub kencang sayup-sayup suara terdengar, langkah kakinya ingin berlari cepat namun sial semakin degup jantung itu berdetak lebih cepat, kakinya pun seakan berat untuk melangkah.
Tuhan semoga semua baik-baik saja batinnya.
"Mira awas" teriak seorang gadis saat melihat dari kejauhan sebuah mobil melaju begitu cepat kearah Mira yang sedang berjalan menyebrang,namun sayang gadis yang ia panggil sepertinya tak mendengar teriakannya. Gadis berwajah Manis itu mengernyit bingung tak mengerti.
"Tuhan lindungi teman ku" batinnya
Brak
Waktu seperti berhenti saat terdengar suara dentuman, detak jantung gadis itu tidak beraturan saat melihat kejadian yang barusa terjadi. beberapa orang yang tadi sedang berlindung kini berlari menggerumuni sebuah mobil Sport seharga Rp.2,85 Milyar itu hampir saja menabrak seorang gadis namun sayang mobil itu malah menabrak pembatas jalan sehingga membuat mobil itu hancur.orang-orang langsung menyelamatkan sang pengemudi dan memanggil ambulance.
"Mira" teriak gadis kemudian berlari menuju temannya yang terduduk dengan tangan menutupi kedua telinganya
"Kau baik-baik saja?" tanya nya sambil mengecek tubuh gadis dihadapannya "Ra" tanyanya lagi saat tidak mendengar jawaban dari temannya.
"Oh astaga Ra, lutut mu berdarah" pekiknya keras saat ia ingin membantu gadis itu berdiri kemudian melihat lutut gadis itu berdarah dengan cukup deras.
"Aku baik-baik saja,Liy" ucap Mira baru tersadar kemudian meringis kesakitan saat ia ingin melangkahkan kakinya mengikuti Lily Ratu Nisa teman lama yang baru saja ia temui beberapa bulan ini. Meraka berdua bertemu kembali saat gadis itu baru pindah ke perguruan tinggi tempat Mira menuntut ilmu.
Kedua gadis itu berjalan memasuki restoran kemudian duduk di dalam ruangan khusus. Lliy adalah anak pemilik restoran jadi wajar saja jika gadis itu begitu mudah memasuki ruangan khusus ini.
"Tunggu sebentar Ra, aku akan mengambilkan kotak obat untuk mu" Lliy berjalan meninggalkan Mira masih menatap kosong kedua kakinya
Mira menghela nafas lelah ia bersyukur karena masih diberikan kesempatan hidup, sejak tadi ia masih memikirkan kejadian yang baru saja terjadi padanya jika saja sang pengemudi tidak membanting setir ke arah lain mungkin saja ia akan bernasip sama dengan mobil itu hancur, lalu bagaimana dengan pengemudinya ? bagaimana dengan keadaannya, Mira bergidik ngeri saat sekelibas bayangan mobil itu hampir saja menabrak dirinya.
"Augh kau menekannya terlalu keras Liy" ringis Mira saat temannya itu tiba-tiba menekan lukanya "lagi pula sejak kapan kau ada disini?" tanya nya heran saat tiba-tiba gadis dihadapannya membersihkan lukanya.
Lily mendengus kesal " saat kau sedang melamunkan hal yang tidak-tidak" ucap nya, Mira melotot dengan kedua bola mata yang hamir saja keluar "hal yang tidak-tidak apa maksud mu ?" katanya sebal. Apa barusan yang dikatakan temannya seperti mengarahkan kepada hal yang tidak benar, lagi pula sejak kapan seorang Mira memikirkan hal yang tidak benar dengus gadis itu,
Sedangkan Lily mengangkat satu alisnya saat melihat gadis dihadpannya memandang dirinyanya curiga Lily mendengus kesal saat ia memahami apa yang ada di dalam pikiran gadis dihadapannya,
Mira meringis saat Lily mengobati luka pada kaki satu nya " maksud ku, kau pasti membayangkan bagaimana nasib mu tadi kan? Jangan berpikir yang tidak-tidak" ucap lily sambil membereskan kotak obat "kau tau Ra? jantung ku terasa akan melompat saat aku melihat mobil itu semakin mendekati mu" Mira tersenyum saat mendengar perkataan temannya itu sejak dulu ternyata temannya itu tidak pernah berubah selalu mencemaskan dirinya.
"Kau saja meraskan hal itu liy bagaimana dengan ku? aku seperti sedang mengikuti Ujian Nasional kau tau kan antara aku akan lolos atau tidak" Mira manahan tawa saat melihat lily memutar kedua bola mata.
"Kau ini masih tetap sama seperti dulu. perumpamaan yang kau katakan barusan tidak begitu mengerikan dengan yang ku lihat tadi." Cibir lily saat Mira terkikik "selesai" gadis itu menepuk kedua tanganya pelan kemudian melihat temannya yang sedang mengecek kedua kakinya.
"Ku rasa kau cocok untuk menjadi seorang dokter Liy" katanya sambil memainkan kedua alisnya menggoda temannya itu
Lily mengangkat satu alisnya "kau tau sendiri kalau aku sangat tidak menyukai profesi itu. Darah dimana-mana,belum nanti saat harus membelah tubuh seseorang, itu sangat menjijikan " gadis itu bergidik ngeri. Mira sangat mengenal gadis dihadapannya ini lily sangat membeci atau bahkan trauma dia hanya takut saat melihat begitu banyak darah diakan mutah atau bahkan pingsan jika melihatnya maka dari itu lily sangat tidak ingin menjadi seorang dokter walaupun Ayah nya seorang Dokter bahkan memiliki rmah sakit yang cukup terkenal tapi begitu lah kedua orang tua gadis itu tidak memaksa putrinya untuk menjadi seorang dokter juga.
"oh..ayolah itu tidak semengerikan yang kau bayangkan, lagi pula kau akan terbiasa saat nanti kau menjadi seorang Dokter" lily memutar kedua bola matanya malas "apa lagi kau bisa dapat calon suami seorang dokter, aku dengar mereka itu sangat tampan, lihat saja mahasiswa kedokteran di kampus kita seperti seorang model" kata Mira sambil tersenyum manis.
"Terserah " kata lily kesal
Mira tertawa saat melihat lily merengut kesal padanya sudah lama ia tidak menggoda temannya itu, ternyata sangat mengasyikan.
"berhenti lah, apa kau ingin ku pukul luka mu itu?" kata Lily kesal saat Gadis dihadapannya itu tidak bberhenti tertawa. membuat tawa Mira berlahan berhenti
"Dasar pengancam" tutur Mira saat melihat lily yang benar-benar akan memukulnya.
"bagaimana dengan tawaran ku Ra? kau setuju?" tanya Lily
"ah iya aku sampai lupa dengan tujuan ku datang kesini" Mira mengeluarkan sebuah Map dalam tasnya kemudian memberikannya kepada lily, gadis itu mengernyit heran memandang Map itu sebelum ia mengambilnya
"Astaga untuk apa kau memberikan ini pada ku Ra?" tanya lily saat gadis itu membuka Map yang diberikan mira padanya yang isinya persyaratan-persyartan layaknya untuk mendaftar sebuah pekerjaan seperti ijazah pendidikan terakhir temannya itu.
"Mmm kau tau saat seseorang ingin bekerja mereka akan membuat persyaratan yang diminta Bos nya" jawab Mira santai."jadi aku membawanya untuk ku sebagai persyaratan bekerja" lanjutnya
Lily menetap tak percaya pada Mira "hey kau akan bekerja tempat ayah ku jadi" Lily mengembalikan Map itu pada Mira " ku rasa ini tidak dibutuhkan" lanjutnya sambil tersenyum pada Mira
"Benarkah? apa Ayah mu tidak akan mempermasalahkan hal ini " tanyanya heran
"Oh Astaga Ra, kau itu teman ku mana mungkin ayah ku akan mempermasalahkannya.jadi, berhentilah berpikir bodoh mu itu" tegas Lily
"Oke baiklah, terimakasih Lily ku" kata Mira dan tersenyum sambil merentangkan tangan untuk memeluk temannya " oh ayolah Lily kau akan membuat ku seperti orang bodoh?" rajuk Mira saat melihat lily hanya menggelengkan kepalanya " Kau memang bodoh Ra" ketus Lily seraya memeluk temannya itu
Rumah Sakit Primier JatinegaraLangkah-langkah lebar berjalan dengan cepat membawa seorang pasien dengan luka cukup parah akibat kecelakaan yang baru saja terjadi,beberapa orang menerobos cepat sambil membawa pasien yang terbaring tak berdaya di atas berangka rumah sakit.“Terimakasih Pak, Anda hanya bisa mengantar pasien sampai disini”ucap Salasatu dari mereka kepada seorang Pria yang kemungkinan masih memiliki ikatan darah atau kerabat pada pasien kemudian menutup Pintu ruangan itu.Andreas Ramata, pemuda itu mengangguk ia terus memundurkan langkahnya sampai punggung miliknya membentur dinding rumah sakit. detak jantungnya tidak beraturan Andre terus menghirup udara dengan cepat seakan ada sesak di dadanya yang tidak membuatnya bernafas dengan lancar.Andreas Ramata adalah sahabat dari seseorang yang sedang melawan maut didalam ruangan itu. Alvian Aksa Akrama Basyar atau yang sering di
“Pengusaha muda Alvian Aksa Akrama Basyar mengalami kecelakaan tunggal di jalan***” Mira tertegun sesaat mendengar berita itu dengan mata membulat penuh. Mira menganga saat melihat jalan dan mobi sama yang hampr saja menabrak nya kemarin.“Jadi yang menabrak ku, dia” Mira mengernyit saat ada yang salah dengan kata-katanya” ah bukan begitu bodoh, dia yang hampir menabbrak mu” gumamnya“Kau mengenal nya ?” tanya Anton saat melihat putrinya itu tertegun mendengar berita yang bar saja ia dengar.“Tidak ayah “ jawbnya gugup“Benarkah?” tanya Anton pada Mira saat masih melihat keterkejutan dari putrinya itu”Kau terlihat seperti orang yang terkejut saat mendengar nya” katanya memastikan.“Tidak, ayah. Aku hanya terkejut melihat nya “ Mira menenjuk pada foto Alvian di Televisi “Pria setampan itu mengalami kecelakaan. Ya tuhan, bagaimana denga
“Kau pikir aku ingin bunnuh diri?” lanjutnya dengan sebal kemudian melihat tanganya lalu menghempaskan tanganya yang dipegang pemuda itu “ Dasar bodoh” ucapnya kemudian berjalan menyebrang meninggalkan pemuda itu yang sedang menatap nya dengan terkejut.“Apa dia tidak takut pada ku?” tanyanya pada dirinya sendiri pemuda itu terkejud dengan sikap gadis yang baru saja mengatakan dirinya bodoh.TingPemuda itu membuka handfone miliknya kemudian mengangkat panggilan masuk“Apa kau lupa andreas sebentar lagi ada rapat di kantor, mu” teriak sesorang di telephon“Kau sudah berani membentak ku, Rian ?" jawabnya dingin“Maaf kan saya, pak. Kau membuat ku jengkel. Sejak tadi saya sudah……“ sebelum menyelesaikan ucapnnya Andreas memotongnya “ Saya akan sampai 5 menit l
Aksa dan Andreas memasuki Lift saat pintu terbuka saat Andreas akann menakann tombol tiba-tiba seorang Gadis dengan cepat mengganjal pintu dengan ka kirinya agar pintu lif tersebut tidak tertutup.“Untung saja “ ucap lantang Gadis itu yang tak lan adalah Mira “ Maaf “ ucap nya lagi saat menyadari ada orang didalam lif tersebut dengan cepat ia memasuki lif . saat ia akan menekan tombol ada orang lain yang lebih dulu menakan tombol itu.“Gadis Gila “ ucap sala satu dari mereka membuat gadis itu membalikan badan menghadap orang tersebut, Mira terkejud saat siapa orang yang dengan seenaknya mengatakan dirinya gila “Kau” tunjuknya didepan wajah pemuda itu “ Muka Datar “ ucapnya dengan nada terkejudAndreas menggeram kesal saat telunjuk gadis itu tepat berada dihidungnya dengan kasar ia menepis tangan gadis dihadapanya “Apa yang kau katakan?” katanya
“Lalu apa yang kau lakukan pada nya ?” tanya lily pada Mira saat mendengar cerita gadis dihadapnnya.Mira menyeringai saat masih sangat jelas apa yang ia lakukan pada pemuda itu, melihat seringai Mira membuat Lily bergidik ngeri, kemudian setelah itu lily mebelalakan matanya saat ia mengerti dari seringai yang dituunjukan pada gadis itu“Jangan bilang, kau..” ucpa lily berhenti saat gadis dihadpannya itu tersenyum manis padanya“Jadi benar ?” ucap lily dengan kedua bola matanya yang membulat sepenuhnya dengan tangan menutup mulutnya terkejud.Lily tidak percaya ini, Mira. Gadis itu melakukan kebiasaan yang sangat mengerikan sejak dulu,Mira mengangguk seraya tersenyum “Kau sangat berani Ra “ ucap lily salut pasalnya sejak dulu gadis dihapannya ini tidak berubah sama sekali.Ia pernah menyaksikan bagaimana gadis dihadapannya ini menendang bagian sensitive laki-laki dengan sangat keras membuat la
“Dan ini...” Lily menunjuk barang-barang dihapannya dengan dagu “ sebenarnya sejak satu bulan lalu Rama mengirimkannya, tapi aku belum sempat berbicara banyak dengan mu “DegJantung Mira berdegup kencang***Senyum manis tidak pernah lepas dari bibir Mira saat mengingat apa yang dikatakan oleh Lily padanya,Tentang laki-laki yang dulu sangat ia suka kini ternyata datang mencari dirinya dan barang-barang yang diberikan laki-laki itu padanya Mira tentu tidak ingin menerimanya walaupun sebagian dalam hatinya menginginkannya tapi ingat seorang gadis yang baik tidak baik menerima seseuatu dari seseorang yang bukan keluarganya jadi ia memutuskan akan mengembalikan barang-barang itu pada pemiliknya, tentu saat ia tahu dimana alamat sang pengirim, jadi barang-barang itu ia titipkan pada lily,“apa kau masih waras ?” Mira tersentak saa
“Kau “ pekik gadis itu membuat Aksa menatap heran padanya“Pak Aksa “ ucap Alex membuat Aksa mengalihkan pandanganya pada laki-laki itu, sedangkan gadis dihadapnnyan menatap tak percaya pada alex.Beberapa saat kemudian Aksa tercengang saat melihat gadis yang baru saja ditolongnya tibs-tiba berlari begitu cepat meninggalkan dirinya dan Alex begitu saja.“tapi, wajahnya sangat familiar, apa aku pernah bertemu denganya “ gumamnya saat melihat Gadis yang sedang berlari itu tiba-tiba berhenti saat melihat sebuah taksi “bukan kah dia gadis gila yang bertengkar dengan Reas ?” ucapnya saat baru saja mengingat siapa gadis itu tapi ada apa dengan jantungnya mengapa berdegup dengan cepat saat melihat gadis itu, lalu kenapa wajahnya sangat familiarMendengar itu Alex mengalihkan pandanganya pada Aksa “Bapak mengenal Mira ?” tanya Alex
“Ketika Cinta datang dengan tiba-tiba dan ketika detak jantung berdegub dengan cepat untuk pertama kalinya, membuat ku seperti hal nya orang bodoh, atau saat aku tersenyum sendiri ketika mengingat bagaimana dirinya tersenyum pada ku, menjadikan ku seperti kehilangan kewarasan ku “ Lily tersenyum manis saat membaca sepucuk surat.“kau tau Ra, kata-katanya sangat manis “ ucap lily dengan tulus setelah gadis itu membaca buku harian MiraMira merengust kesal saat lily dengan memaksa mengambil buku didalam tasa nya kemudian membacanya “kau sangat menyebalkan ucapnya kemudian manirik buku miliknya ituLily tersenyum melihat raut wajah Mira yang memrah karna ia goda “ pipi mu memerah Ra” ucapnya sekiti terkejud membuat Mira memegang kedua pipinya“oh asataga kau sangat lucu “ ucapnya sambil tertawa“apa itu Re