Arifin kini melajukan kendaraannya menuju rumah sang istri tercinta.Sesampainya dirumah sang istri, dia di sambut hangat oleh Merlin dan anak pertamanya. Sang anak sulung kini ikut dengan mamanya dan bersekolah di Perancis. Katie ingin menjadi seorang desainer terkenal."Papa..." panggil Katie yang berlari memeluk papanya."Sayang bagaimana dengan pelajaranmu?" tanya Arifin mencium pucuk kening Katie."Nilaiku selalu bagus dan besok akan memilih universitas," jawab Katie bersemangat sambil melaporkan hasil belajarnya."Anak pintar," kata Arifin yang telah masuk ke dalam sambil menggandeng tangan putri sulungnya."Pa, kamu sudah makan?" tanya Merlin-- istri dari Arifin. Namanya adalah Merlin Kristanti."Belum, Cantik. Kamu masak apa?" tanya Arifin menghampiri sang istri lalu mencium keningnya."Aku hanya memasak spaghetti dan roti panggang," jawab Merlin yang langsung menuntun Arifin menuju meja makan."Baiklah, besok kamu bisa masak jengkol," ucap Arifin sembari mencubit pipi istriny
Aku hanya ingin bertanya soal Raisa," kata Aldo, langsung to the point."Raisa? Memangnya Kakak ada hubungan apa dengan Raisa?" tanya Reni curiga."Apakah kakakmu sudah berpisah dengan Raisa?" tanya Aldo."Iya, Kak Raisa pergi dari rumah. Itu setahu aku, Kak. Karena Kak Faisal tidak bercerita apa-apa lagi," ungkap Reni.Aldo begitu geram. Ia tahu pasti saat ini Raisa sedang kesulitan."Ke mana harus kucari Raisa," gerutu Aldo.Saat akan keluar dari gang rumah Faisal, terlihat penampakan Faisal."Aldo," sapa Faisal."Aku ingin bicara denganmu," kata Aldo.Kemudian Faisal pun turun dari motor dan membuka helmnya. "Ada apa?""Di mana Raisa?" tanya Aldo."Tunggu, kenapa tiba-tiba kau menanyakan soal Raisa?" bingung Faisal."Aku mendengar kabar kalau dia hamil, lalu kau usir," kata Aldo."Oh, jangan-jangan anak yang dikandung Raisa itu adalah benihmu?" tanya Faisal yang langsung emosi dan mendorong Aldo ke tembok."Apa-apaan kau, Faisal! Dengar, kenapa kau bisa tidak percaya kalau anak itu
Dua tahun sudah berlalu, kini Alesha semakin lucu dan menggemaskan. Namun ada yang lain saat Alesha berinteraksi dengan orang lain. Pandangan matanya tak fokus, serta dia tidak menyambut panggilan dari orang lain.Ada apa dengan Ale? Tapi karena Raisa masih awam dan belum paham dengan perkembangan anak, dia hanya berpikir mungkin perilaku anak usia dua tahun.Setiap hari Alesha hanya fokus bermain sendiri, dan nyaman dengan imajinasinya.Alesha begitu aktif, hingga perabotan di rumah Raisa tidak pernah rapi. Ada saja ulah yang di perbuat Alesha.Pagi itu Beby menghampiri Alesha yang sedang makan dengan Raisa. Hari minggu pagi adalah waktu nya bersantai." Dedek Ale, maun yuk sama Beby." ajak Beby yang kini menginjak usia delapan tahun.Beby sudah bisa mandiri, dan mengajak Ale main di taman.Alesha tak menghiraukan panggilan dari Beby. Dirinya masih fokus dengan mainannya. Kemudian Beby bertanya pada Raisa tentang Alesha." Bu Isa, dedek Ale kok kalo di panggil gak pernah nyaut?" tany
"Bu Isa, aku mau mendaftar kontes balet yang menang akan diikutsertakan dalam kontes di Perancis," lapor Beby pada Raisa."Wah, kamu pasti menang, Beb," kata Raisa."Tapi, Bu, aku harus mencari pasangan anak-anak di bawah usia 10 tahun," jawab Beby sambil menundukkan kepalanya.Raisa terdiam. Sepertinya dia berpikir akan mencari pasangan menari untuk Beby."Memang tema kontesnya apa, Beb?" tanya Raisa."Kakak dan adik," jawab Beby sambil melirik Alesha.Raisa menatap mata Beby yang beralih ke Alesha. Sepertinya Beby menginginkan Alesha menjadi pasangannya."Apakah Alesha bisa dampingin kamu?" tanya Raisa, mencari pembenaran di kedua mata Beby yang penuh harap."Kayaknya bisa, Bu Isa. Aku senang banget kalau Dedek Ale bisa nari sama aku," ucap riang Beby."Baiklah, kita mulai latihan besok. Dan kamu bisa daftarkan Ale," kata Raisa sambil tersenyum."Hore! Ale, kita akan menjadi penari balet terkenal!" sorak Beby sambil menggendong Alesha.Dengan gaun merah mudanya, Beby dan Alesha bebe
Arifin sudah sampai di Perancis. Ia mengajak Raisa dan juga Beby untuk pindah."Raisa, kamu bisa aku rekomendasikan mengajar di tempat temanku. Dan untuk Dedek Ale, akan aku perkenalkan dengan dokter anak yang merupakan teman Katie," kata Merlin yang duduk di tepian tempat tidur."Terima kasih, Bu. Anda sudah baik sekali pada saya, padahal saya hanya orang lain," ucap Raisa dengan tertunduk sedih."Kamu jangan bicara seperti itu, Sa. Kami tahu kamu orang baik, makanya kami sangat senang bisa membantumu," ujar Merlin sambil memeluk Raisa."Terima kasih, Bu, sudah menerima saya. Aku bahagia bersama kalian," kata Raisa.Aldo dan Arifin pun bertemu di kantor karena proyek mereka akan dimulai minggu depan."Aldo, apakah kamu sudah memilih orang-orang terbaikmu?" tanya Arifin."Sudah. Dan aku sangat yakin pembangunannya akan berjalan lancar," kata Aldo penuh keyakinan.Rapat pun selesai. Seluruh pegawai yang hadir sudah membubarkan diri.Di dalam ruangan rapat, hanya Arifin yang masih menge
PrologNamanya Raisa Ekasuci, anak pertama dari tiga bersaudara. Hidup di lingkungan sederhana serta mempunyai orang tua yang terlalu over protective. Kedua orang tua Raisa selalu mengaturnya membuat hidupnya menjadi jenuh.Seringkali Raisa merasa bosan, karena terus hidup dengan banyak aturan di keluarganya. Padahal gadis berusia delapan belas tahun itu juga ingin bebas, seperti teman-teman sebaya lainnya. Berpergian dan bermain bersama-sama dengan teman-temannya.Kedua orang tua Raisa tidak pernah mengizinkan anak gadisnya keluar rumah selain kegiatan sekolah. Karena mereka takut jika anaknya mendapatkan pergaulan yang tidak baik.Karena merasa bosan, akhirnya Raisa mencari cara agar dirinya bisa keluar dari rumah. Gadis polos itu pernah membawa teman laki-lakinya datang ke rumah dan di sambut baik oleh kedua orang tua Raisa. Mereka mempercayakan Raisa kepada pemuda yang diperkenalkan dikeluarganya Raisa belum paham tentang arti pacaran, walaupun usianya sudah beranjak remaja. Kare
Happy Reading 😘Hari yang bahagia, bagi pasangan muda mudi yang akan melangkah ke jenjang pernikahan.Raisa dan Faisal kini telah resmi menjadi pasangan suami-isteri. Terpancar rona bahagia pada wajah Faisal. Namun berbeda dengan Raisa, yang hanya senyum sekilas saat ada tamu yang memberikan ucapan selamat kepadanya.Bagi Raisa setelah menikah, dia akan terbebas dari aturan-aturan keluarganya. Gadis yang kini berusia sembilan belas tahun dan berstatus sebagai istri itu bertekad akan bekerja usai menikah. Raisa berpikir, jika dia akan bebas bepergian kemana saja tanpa ada yang melarangnya. Raisa tak pernah berpikir, jika setelah menikah kewajibannya adalah mengurus suaminya. Selama mengenal Raisa, Faisal memang selalu membebaskan gadis kini telah menjadi istrinya itu berpergian kemana saja. Hal itu karena mereka belum ada ikatan resmi. Faisal selalu menuruti keinginan Raisa pergi kemanapun saat gadis itu memintanya.Sepasang pengantin itu telah mengikat janji suci. Sang ayah telah me
Melihat Raisa yang kerepotan mengupas bawang merah, Faisal pun membantunya. Sedikit agak lama mereka menyajikan sarapan, karena diiringi candaan dan gurauan. "Apakah kamu bisa menguleg bumbu?" tanya Faisal."Akan aku coba," jawab Raisa.Kemudian Faisal mengambil cobek dan ulegan. Menaruh cabe dan bawang merah serta bawang putih. Faisal tertawa saat Raisa mulai menumbuk bumbu untuk nasi goreng."Ulegannya bisa pecah kalau kamu pukul-pukul begitu," ujar Faisal sembari tertawa kecil."Biasanya ibu selalu pakai blender untuk menghaluskan cabe dan bawang," keluh Raisa yang berkeringat saat menumbuk cabe dan bawang."Begini caranya," kata Faisal mengambil alih ulegan dari tangan Raisa."Sal, gak salah kamu yang masak!" Sindir Maria sembari berjalan masuk ke arah kamar ibunya.Maria adalah kakak Faisal, dia selalu membawa anak-anaknya di pagi hari kerumah ibunya. Karena itu adalah kebiasannya setiap hari, selalu menumpang makan dirumah sang ibu."Raisa belum bisa masak, Kak!" Kata Faisal t
Arifin sudah sampai di Perancis. Ia mengajak Raisa dan juga Beby untuk pindah."Raisa, kamu bisa aku rekomendasikan mengajar di tempat temanku. Dan untuk Dedek Ale, akan aku perkenalkan dengan dokter anak yang merupakan teman Katie," kata Merlin yang duduk di tepian tempat tidur."Terima kasih, Bu. Anda sudah baik sekali pada saya, padahal saya hanya orang lain," ucap Raisa dengan tertunduk sedih."Kamu jangan bicara seperti itu, Sa. Kami tahu kamu orang baik, makanya kami sangat senang bisa membantumu," ujar Merlin sambil memeluk Raisa."Terima kasih, Bu, sudah menerima saya. Aku bahagia bersama kalian," kata Raisa.Aldo dan Arifin pun bertemu di kantor karena proyek mereka akan dimulai minggu depan."Aldo, apakah kamu sudah memilih orang-orang terbaikmu?" tanya Arifin."Sudah. Dan aku sangat yakin pembangunannya akan berjalan lancar," kata Aldo penuh keyakinan.Rapat pun selesai. Seluruh pegawai yang hadir sudah membubarkan diri.Di dalam ruangan rapat, hanya Arifin yang masih menge
"Bu Isa, aku mau mendaftar kontes balet yang menang akan diikutsertakan dalam kontes di Perancis," lapor Beby pada Raisa."Wah, kamu pasti menang, Beb," kata Raisa."Tapi, Bu, aku harus mencari pasangan anak-anak di bawah usia 10 tahun," jawab Beby sambil menundukkan kepalanya.Raisa terdiam. Sepertinya dia berpikir akan mencari pasangan menari untuk Beby."Memang tema kontesnya apa, Beb?" tanya Raisa."Kakak dan adik," jawab Beby sambil melirik Alesha.Raisa menatap mata Beby yang beralih ke Alesha. Sepertinya Beby menginginkan Alesha menjadi pasangannya."Apakah Alesha bisa dampingin kamu?" tanya Raisa, mencari pembenaran di kedua mata Beby yang penuh harap."Kayaknya bisa, Bu Isa. Aku senang banget kalau Dedek Ale bisa nari sama aku," ucap riang Beby."Baiklah, kita mulai latihan besok. Dan kamu bisa daftarkan Ale," kata Raisa sambil tersenyum."Hore! Ale, kita akan menjadi penari balet terkenal!" sorak Beby sambil menggendong Alesha.Dengan gaun merah mudanya, Beby dan Alesha bebe
Dua tahun sudah berlalu, kini Alesha semakin lucu dan menggemaskan. Namun ada yang lain saat Alesha berinteraksi dengan orang lain. Pandangan matanya tak fokus, serta dia tidak menyambut panggilan dari orang lain.Ada apa dengan Ale? Tapi karena Raisa masih awam dan belum paham dengan perkembangan anak, dia hanya berpikir mungkin perilaku anak usia dua tahun.Setiap hari Alesha hanya fokus bermain sendiri, dan nyaman dengan imajinasinya.Alesha begitu aktif, hingga perabotan di rumah Raisa tidak pernah rapi. Ada saja ulah yang di perbuat Alesha.Pagi itu Beby menghampiri Alesha yang sedang makan dengan Raisa. Hari minggu pagi adalah waktu nya bersantai." Dedek Ale, maun yuk sama Beby." ajak Beby yang kini menginjak usia delapan tahun.Beby sudah bisa mandiri, dan mengajak Ale main di taman.Alesha tak menghiraukan panggilan dari Beby. Dirinya masih fokus dengan mainannya. Kemudian Beby bertanya pada Raisa tentang Alesha." Bu Isa, dedek Ale kok kalo di panggil gak pernah nyaut?" tany
Aku hanya ingin bertanya soal Raisa," kata Aldo, langsung to the point."Raisa? Memangnya Kakak ada hubungan apa dengan Raisa?" tanya Reni curiga."Apakah kakakmu sudah berpisah dengan Raisa?" tanya Aldo."Iya, Kak Raisa pergi dari rumah. Itu setahu aku, Kak. Karena Kak Faisal tidak bercerita apa-apa lagi," ungkap Reni.Aldo begitu geram. Ia tahu pasti saat ini Raisa sedang kesulitan."Ke mana harus kucari Raisa," gerutu Aldo.Saat akan keluar dari gang rumah Faisal, terlihat penampakan Faisal."Aldo," sapa Faisal."Aku ingin bicara denganmu," kata Aldo.Kemudian Faisal pun turun dari motor dan membuka helmnya. "Ada apa?""Di mana Raisa?" tanya Aldo."Tunggu, kenapa tiba-tiba kau menanyakan soal Raisa?" bingung Faisal."Aku mendengar kabar kalau dia hamil, lalu kau usir," kata Aldo."Oh, jangan-jangan anak yang dikandung Raisa itu adalah benihmu?" tanya Faisal yang langsung emosi dan mendorong Aldo ke tembok."Apa-apaan kau, Faisal! Dengar, kenapa kau bisa tidak percaya kalau anak itu
Arifin kini melajukan kendaraannya menuju rumah sang istri tercinta.Sesampainya dirumah sang istri, dia di sambut hangat oleh Merlin dan anak pertamanya. Sang anak sulung kini ikut dengan mamanya dan bersekolah di Perancis. Katie ingin menjadi seorang desainer terkenal."Papa..." panggil Katie yang berlari memeluk papanya."Sayang bagaimana dengan pelajaranmu?" tanya Arifin mencium pucuk kening Katie."Nilaiku selalu bagus dan besok akan memilih universitas," jawab Katie bersemangat sambil melaporkan hasil belajarnya."Anak pintar," kata Arifin yang telah masuk ke dalam sambil menggandeng tangan putri sulungnya."Pa, kamu sudah makan?" tanya Merlin-- istri dari Arifin. Namanya adalah Merlin Kristanti."Belum, Cantik. Kamu masak apa?" tanya Arifin menghampiri sang istri lalu mencium keningnya."Aku hanya memasak spaghetti dan roti panggang," jawab Merlin yang langsung menuntun Arifin menuju meja makan."Baiklah, besok kamu bisa masak jengkol," ucap Arifin sembari mencubit pipi istriny
Arifin pun naik mengikuti Bianca, dalam hati nya Bianca melihat sosok Arifin persis seperti bosnya." Kenapa penampilan tuan ini sama seperti Aldo ya?" gumam Bianca sambil mengamati Arifin dari atas hingga ke bawah." Ada apa nona melihat atasan saya?" tegur Daniel yang merupakan tangan kanan Arifin." Oh tidak. " jawab Bianca seraya menggelengkan kepalanya.Pintu lift pun terbuka, dan Bianca keluar terlebih dahulu kemudian di susul oleh Arifin dan Daniel." Tuan, ada tuan Arifin." lapor Bianca pada Aldo." Iya silahkan suruh masuk." titah Aldo.Lalu Bianca memanggil Arifin dan asistennya, untuk masuk ke ruang rapat.Arifin pun melangkahkan kakinya masuk ke ruang rapat. Dahulu dialah yang bertugas memimpin rapat direksi. Namun kini harus di urus oleh CEO nya sendiri." Tuan Arifin?" tanya Aldo yang menatap lekat ke arah Arifin, lalu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan." Iya." jawab Arifin yang menerima uluran tangan Aldo." Wajahnya mirip sekali dengan tuan Arifin saat muda."
Raisa pulang dengan membawa belanjaan kebutuhan rumah dan tak lupa cemilan untuk Beby."Bu Isa, adik Ale minum susunya banyak tadi sama bibi." kata Beby yang melapor pada Raisa." Wah banyak, jadi cepat besar dong nanti kayak Beby." balas Raisa menanggapi celotehan gadis berusia enam tahun." Iya, biar bisa nari kayak Beby." sahut Beby." Iya udah, habis Bu Isa mandi kita latihan ya." kata Raisa." Iya bu, aku mandi juga ya." kata Beby.Raisa mengambil Alesha dari gendongan bibi, terlihat dia tertidur pulas." Terima kasih ya bi, karena sudah membantu saya." kata Raisa pada bi Zaenab." Iya non, karena pak Arifin seperti nya sangat sayang sama bayi non Raisa." tutur Bi Zaenab." Mungkin dia merindukan Beby kecil kali Bi?" ucap Raisa menebak." Bi, ini ada cemilan untuk bibi. Dan ini hari pertama aku bekerja di sekolah. Aku berterima kasih sama bibi karena telah menolong ku." kata Raisa." Iya non, bibi senang jadi ada teman ngobrol juga. Non Raisa mengingatkan pada anak bibi yang di k
"Raisa, apa kau mau tinggal bersama kami?" tanya Arifin sambil menggendong anak Raisa."Pak, aku tidak ingin merepotkan keluarga Anda," kata Raisa meras tak enak hati pada Arifin yang begitu tulus menyayangi dia dan anaknya."Anggaplah permintaan seorang ayah," kata Arifin memohon.Raisa terlihat tidak enak jika Arifin terus baik kepadanya. Namun karena Arifin terus memaksanya, mau tidak mau wanita cantik itu pun ikut dengan Arifin.****Tiga bulan sudah Raisa tinggal bersama Arifin, namun tidak satu rumah. Raisa di buatkan rumah di samping dengan model minimalis.Itu adalah syarat dari Raisa agar dia mau tinggal bersama Arifin.Usai pulang sekolah, Beby selalu bermain di rumah Raisa. Gadis kecil itu menjaga anak Raisa saat ibunya Alesha sedang bekerja.Raisa kini bekerja di salah satu sekolah bergengsi dan elit. Dia menjadi guru seni budaya, itu adalah memang cita-citanya."Bu Raisa, sudah makan?" tanya Hafiz guru matematika yang penampilan masih muda, sepertinya seumuran dengan Rais
"Maaf, aku naik ojek yang lain saja." Raisa terlihat canggung berbicara dengan Faisal.Entah apa yang ada di benak Raisa saat ini. Apakah dia harus membenci atau malu pada suaminya itu. Semua sudah rencana dari Tuhan yang menghadirkan keadaan sulit untuknya."Sa, maafkan aku," ucap Faisal penuh penyesalan. Dia menarik tangan Raisa untuk naik ke motornya.Raisa pun menurut, lalu dia naik ke belakang motor Faisal.Faisal terlihat sangat kurus, kucel, dan tak terurus. Sepertinya keluarganya hanya menginginkan uang dari Faisal. Sejak Raisa meninggalkannya, sepertinya Faisal enggan untuk menikah lagi.Sepanjang perjalanan, mereka hanya terdiam dan tak ada tegur sapa. Sampailah mereka di titik pengantaran, lalu Faisal membuka pembicaraan."Yang mana rumahmu?" tanya Faisal."Di depan yang kontrakan pintu ke lima," kata Raisa seraya menunjukkan tangannya ke arah depan.Faisal memberhentikan motornya, lalu dia memarkir di depan rumah Raisa.Raisa pun turun, lalu membuka pintu rumahnya."Biar a