Happy Reading 😘
Hari yang bahagia, bagi pasangan muda mudi yang akan melangkah ke jenjang pernikahan.
Raisa dan Faisal kini telah resmi menjadi pasangan suami-isteri. Terpancar rona bahagia pada wajah Faisal. Namun berbeda dengan Raisa, yang hanya senyum sekilas saat ada tamu yang memberikan ucapan selamat kepadanya.
Bagi Raisa setelah menikah, dia akan terbebas dari aturan-aturan keluarganya. Gadis yang kini berusia sembilan belas tahun dan berstatus sebagai istri itu bertekad akan bekerja usai menikah. Raisa berpikir, jika dia akan bebas bepergian kemana saja tanpa ada yang melarangnya. Raisa tak pernah berpikir, jika setelah menikah kewajibannya adalah mengurus suaminya.
Selama mengenal Raisa, Faisal memang selalu membebaskan gadis kini telah menjadi istrinya itu berpergian kemana saja. Hal itu karena mereka belum ada ikatan resmi. Faisal selalu menuruti keinginan Raisa pergi kemanapun saat gadis itu memintanya.
Sepasang pengantin itu telah mengikat janji suci. Sang ayah telah menyerahkan anak gadisnya pada lelaki yang kini menjadi suaminya.
Selain bersedih karena berpisah dengan keluarganya, di sisi lain hati Raisa sedang berbunga-bunga. Dia berpikir jika kebebasan akan menanti di hadapannya.
"Kamu bahagia?" tanya Faisal
Raisa hanya menganggukkan kepalanya.
Acara pun usai, Raisa telah di bawa oleh Faisal ke rumahnya. Kamar pemuda yang kini sudah berstatus menjadi suami Raisa itu sudah di persiapkan dengan rapi. Harapan Raisa, mereka akan tinggal berdua dan hidup bahagia. Tetapi sayangnya, Faisal masih tinggal bersama ibu dan adiknya. Serta kakaknya yang sudah menikah dan memiliki anak, tetapi tinggal bersebelahan dengan rumah ibunya.
Harapan Raisa bisa hidup bebas bagai burung terbang pun kandas.
Saat pagi hari adalah waktunya Faisal melakukan pekerjaannya, yaitu mengantarkan koran ke rumah langganannya.
Faisal telah berangkat menunaikan tugasnya yaitu mencari nafkah. Sedangkan sang istri masih tertidur pulas di atas kasur. Dia tidak tega membangunkan sang istri yang masih nyaman dalam mimpinya.
Raisa tidak pernah bangun pagi saat tinggal di rumahnya. Kini dia harus terbangun, karena pintu kamarnya terus di gedor-gedor oleh sang pemilik rumah.
"Ish, berisik banget." Raisa hanya mengangkat sedikit kepalanya melihat pintu kamar yang tadi di gedor-gedor dengan keras entah oleh siapa.
Raisa yang masih lelah, akhirnya dia urungkan untuk bangun dari tidurnya.
Bunyi motor yang di kendarai Faisal, terdengar di depan rumah. Raisa masih asyik tertidur lelap, karena seharian kemarin dia menjadi ratu di acara pernikahannya. Sebenarnya Raisa masih belum mengerti tentang malam pertama. Dia sangat malu saat Faisal membuka seluruh pakaiannya. Maka saat tadi malam mereka tertidur tanpa melakukan aktivitas suami-istri.
Badannya terasa pegal karena harus lama berdiri diacara pelaminan.
Faisal pun membersihkan diri di kamar mandi, karena akan masuk ke kamarnya. Namun terdengar nada panggilan untuk Faisal. Suara itu berasal dari kamar sebelah yaitu ibunya memanggil.
"Sal!" Terdengar suara ibunya memanggil dari dalam kamarnya.
Faisal langsung masuk ke kamar ibunya, usai membersihkan diri. Raisa yang tahu Faisal sudah pulang, langsung bangun dari tempat tidurnya.
Gadis cantik yang kini sudah bersuami itu langsung merapikan kasur yang berantakan. Karena semalam Faisal menggoda sang istri di atas tempat tidur.
Beberapa menit kemudian, Faisal masuk ke kamarnya. Melihat sang istri yang sudah merapikan tempat tidur. Kecantikan yang masih alami terpancar di raut wajah sang istri saat bangun tidur.
Tapi lagi-lagi Faisal kembali teringat akan kejadian semalam. Dirinya belum bisa memasukkan burungnya ke dalam sangkar. Hal itu membuat pemuda yang sangat mencintai Raisa merasa menyesal.
"Kamu sudah bangun?" Tanya Faisal yang melihat Raisa sudah duduk di bangku.
"Sudah," jawab Raisa sambil mengedarkan pandangannya. Dia bingung harus berbuat apa saat dipagi hari, apalagi bukan dirumahnya.
"Kamu bisa masak?" Tanya Faisal sembari duduk berhadapan dengan Raisa.
Raisa hanya menggelengkan kepalanya, karena dia tidak pernah bebenah saat di rumahnya.
Keseharian Raisa hanya membantu ibunya berdagang. Yang mengerjakan pekerjaan rumah adalah ibunya. Karena Raisa selalu di suruh berdagang sayur oleh sang ibu setiap pulang sekolah. Kegiatan itu membuat Raisa merasa jenuh. Raisa ingin seperti teman-teman yang lain, bebas bermain keluar rumah.
Setiap kali temannya mengajak jalan-jalan, alasan Raisa adalah harus menjaga warung sayur ibunya. Pekerjaan itu yang membuat Raisa merasa bosan.
"Baiklah, akan aku ajarkan!" ajak Faisal yang langsung menuntun tangan Raisa.
Faisal mengerti dengan kekurangan Raisa, karena dirinya adalah tempat curhat sang istri kala itu.
Ibunya Faisal mengeluh pada anaknya, kalau istrinya itu harus bisa mengurus suaminya dengan baik.
"Sal, istrimu gini hari belum bangun. Kalau mau tinggal di sini harus ikut aturan sini." Kata-kata itu terlontar saat Faisal di panggil oleh ibunya di kamar.
Faisal teringat dengan pesan saat dia dipanggil kekamar oleh ibunya.
Faisal mengajak sang istri menuju dapur. Dia akan mengajarkan Raisa memasak.
Walaupun Faisal adalah anak laki, dia pandai sekali memasak dan melakukan pekerjaan rumah. Hal itu dilakukan karena tak ingin membebani sang ibu. Sejak ayahnya meninggal, Faisal selalu membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah
Mereka berdua kini sudah ada didapur dan akan membuat sarapan pagi
Faisal melihat magic com, memastikan ada nasi didalamnya.
"Masih ada sisa nasi, kita akan membuat nasi goreng," kata Faisal. Kemudian dia mencari keranjang tempat perbawangan. "Kamu bersihkan bawang putih dan merah serta cabai." Faisal memberikan aneka bawang kepada Raisa.
Silakan like dan berikan komentar mu guys!
Melihat Raisa yang kerepotan mengupas bawang merah, Faisal pun membantunya. Sedikit agak lama mereka menyajikan sarapan, karena diiringi candaan dan gurauan. "Apakah kamu bisa menguleg bumbu?" tanya Faisal."Akan aku coba," jawab Raisa.Kemudian Faisal mengambil cobek dan ulegan. Menaruh cabe dan bawang merah serta bawang putih. Faisal tertawa saat Raisa mulai menumbuk bumbu untuk nasi goreng."Ulegannya bisa pecah kalau kamu pukul-pukul begitu," ujar Faisal sembari tertawa kecil."Biasanya ibu selalu pakai blender untuk menghaluskan cabe dan bawang," keluh Raisa yang berkeringat saat menumbuk cabe dan bawang."Begini caranya," kata Faisal mengambil alih ulegan dari tangan Raisa."Sal, gak salah kamu yang masak!" Sindir Maria sembari berjalan masuk ke arah kamar ibunya.Maria adalah kakak Faisal, dia selalu membawa anak-anaknya di pagi hari kerumah ibunya. Karena itu adalah kebiasannya setiap hari, selalu menumpang makan dirumah sang ibu."Raisa belum bisa masak, Kak!" Kata Faisal t
Happy Reading 😘Siang hari, Faisal mulai menyalakan aplikasi ojek online. Sedangkan Raisa baru saja selesai mencuci baju dan langsung mandi.Ketika Raisa telah selesai membersihkan diri, dia berjalan menuju kamarnya. Istri Faisal itu melihat lantai yang berserakan serta makanan ringan. Di tambah mainan yang berantakan dan juga ada tumpahan air.Sepertinya lantai berantakan itu adalah ulah anak Maria. Memang sudah kebiasaan bagi anaknya Maria, setelah membuat berantakan di rumah ibunya, mereka langsung pergi.Raisa tak memperdulikan rumah ibu mertuanya yang berantakan. Dipikirnya semua itu bukanlah ulahnya melainkan kerjaan anak Maria yaitu kakak iparnya. Seharusnya Maria yang membersihkan rumah, karena anaknya yang membuat berantakan.Wanita muda itu masuk ke kamar hanya memakai handuk yang membalut tubuhnya."Wah, seger banget lihatnya!" puji Faisal yang sedang bersandar di headboard tempat tidur. Di melihat sang istri masuk ke kamar hanya mengenakan handuk saja."Ih, apaan sih! Tuh
Dari dalam kamarnya, Raisa mendengar ada suara yang sedang membersihkan ruang tamu. "Ah, sepertinya si comel itu sedang membersihkan ruang tamu," gumam Raisa dalam hatinya. Maksudnya si comel itu adalah Maria. Raisa berpikir jika Maria yang sedang membersihkan ruang tamu. Karena memang itu kewajibannya, setelah anaknya membuat berantakan rumah ibunya.Kemudian Raisa melanjutkan kembali pekerjaannya di dalam kamar. Merapikan baju-baju yang masih ada di dalam tasnya. Karena dia belum sempat membongkar baju usai acara pernikahan kemarin.Tiba-tiba saja terdengar suara celetukan dari Ratih, kakak tertua Faisal."Bu, mantu baru ngapain aja di rumah?" Teriak Ratih yang terdengar jelas di telinga Raisa. Sepertinya kakak tertua Faisal itu sedang menyinggung dirinya. Raisa langsung menghentikan aktivitasnya, saat mendengar suara Ratih menyebut namanya."Ini ulah anak Maria. Memang biasanya mereka habis berantak rumah langsung di tinggal pergi," Kata Bu Leha dengan suara yang parau."Tapi ib
Karena perutnya sudah sangat lapar, akhirnya perempuan berkulit putih itu berinisiatif untuk meminjam uang pada ibu mertuanya. Barangkali ibu mertua mau meminjamkan uang untuknya.Raisa mencoba mengetuk pintu bu Leha, barangkali mertuanya bisa meminjamkan uang untuknya membeli nasi Padang.Tok, tok, tok.Raisa mengetuk pintu kamar mertuanya, namun tak ada jawaban. Lalu Raisa melihat ada gembok yang melingkar di bagian gagang pintu kamarnya. Bu Leha memang selalu mengunci pintu dengan gembok. Alasannya adalah karena cucunya sering kali bolak-balik dan memberantak dikamarnya. Hal itu yang membuat Bu Leha memutuskan untuk mengunci pintu kamarnya. Raisa pun sudah dijelaskan oleh Faisal sejak mereka berpacaran. Saat perempuan cantik itu berkunjung kerumah Faisal dan melihat ada kunci gembok dipintu ibunya.Rupanya mertuanya sedang pergi dan bu Leha tidak pamit kepada Raisa. Sungguh tak disangka jika perlakuan ibunya pun sama dengan anaknya. Setidaknya Bu Leha mengetuk pintu kamar Raisa u
Faisal pun mendekati Raisa, dia memeluk erat tubuh sang istri. Mencoba menenangkan istrinya yang sedang sensitif. "Maafkan, aku! Ibu sangat membutuhkanku, karena aku adalah anak laki satu-satunya di keluarga ini. Aku mohon kamu bisa mengerti," Ucap Faisal sambil mengelus punggung Raisa.Raisa hanya bisa meneteskan air matanya, dia mencoba menguatkan dirinya. Selesai menuangkan isi hatinya, Raisa pun berhenti menangis. Faisal langsung membuka bungkusan sterofom yang berisi bubur ayam. Lalu Faisal menyuapi Raisa, mereka pun makan bersama.Saat sedang makan berdua, tiba-tiba terdengar suara orang berteriak dari arah luar kamar."Sal, kalau beli makanan bagi-bagi dong! Jangan makan sendiri aja..." Teriak Maria yang sedang berada di ruang tamu."Beli aja sendiri!" Faisal membalas teriakan Maria."Oh, gitu ya! Lebih sayang istri daripada sodara sendiri. Inget dulu kamu siapa yang ngurusin?" Teriak Maria menyindir Faisal "Yang dulu jangan di ungkit-ungkit!" jawab Faisal membalas teriakan
Raisa terus berjalan menuju warung pak Kodir, ternyata memang hanya warungnya yang sudah buka. Sedangkan warung-warung yang lain belum buka, mungkin karena hari masih terlalu pagi. Pak Kodir selalu membuka warungnya, selesai dia melaksanakan solat subuh berjamaah di mushola.Raisa melangkahkan kakinya, melihat-lihat barang-barang yang sedang di pajang."Permisi, Pak!" sapa Raisa pada pak Kodir yang sedang berjaga. Pak Kodir yang mendengar suara Raisa, langsung melongokan kepalanya."Iya, mau beli apa?" Tanya Pak Kodir sembari menghampiri Raisa."Mau beli beras seliter, sama minyak goreng seperapat," Jawab Raisa sambil berjalan ke arah Pak Kodir.Lalu Pak Kodir, mengambilkan pesanan Raisa. Dan memperhatikan wajah Raisa, yang masih asing di matanya. Karena sebelumnya pak Kodir tidak pernah melihat gadis cantik, yang sedang berdiri di hadapannya."Orang baru, ya?" Tanya Pak Kodir seraya memberikan bungkusan di tangannya. "Iya, Pak!" Jawab Raisa sambil memberikan uang lima puluh ribuan
Faisal langsung menyalakan mesin motornya, mencari keberadaan Raisa."Oh ternyata mereka tidak suka dengan Raisa karena aku menolak perjodohan dengan Ita." Batin Faisal yang kesal dengan celotehan Maria.Faisal semakin bingung, jika mereka membenci Raisa hanya karena masalah status sosial. Memang keluarga nya terkenal matre, kakak-kakaknya semua memang di jodohkan oleh anak orang kaya. Namun yang kaya itu orang tuanya, tetapi anaknya tidak di bekali dengan usaha dan kerja keras. Di saat usaha dan harta orang tuanya habis, mereka kebingungan. Dan akhirnya Maria hidup berdampingan dengan orang tuanya karena terusir oleh mertua yang sudah menjual rumahnya itu.Faisal mencari keberadaan Raisa di setiap sudut gang. Dia ingat kalau Raisa meminta uang untuk membeli beras. Motornya di lajukan ke arah warung pak Kodir.Setelah berhenti dia pun turun, dan bertanya pada si pemilik warung."Pak, tadi ada gadis belanja di sini?" Tanya Faisal."Oh gadis cantik yang ngaku-ngaku istri kamu itu?" Led
Terlebih dahulu, Raisa menyapu dan mengepel bagian kamar dan ruang tamu. Saat akan membersihkan kamar bu Leha, Raisa mengurungkan niatnya. Karena ada beberapa orang di dalamnya, tak mungkin Raisa mengusirnya.Kemudian Raisa kembali melanjutkan lagi membersihkan halaman depan."Nah, gitu dong! Jangan kerjaannya tiap pagi tidur mulu," sindir Maria yang sudah keluar dari rumah bu Leha.Raisa mengacuhkan perkataan kakak iparnya, dia masih fokus pada pekerjaannya. Seberapa banyak kata-kata yang dia adukan, tak akan mengubah hati Faisal untuk pindah dari rumah itu.Raisa langsung masuk ke arah dapur, berniat akan mencuci piring sisa makannya bersama Faisal.Di lihat begitu banyak piring di wastafel, padahal tadi hanya ada dua piring. Seraya menghembuskan nafas beratnya, Raisa mencoba bersabar dengan ujian yang kini di hadapinya.Mau tidak mau Raisa harus mencuci semua piring yang ada di wastafel.Usai mencuci piring, Raisa langsung menuju kamarnya. Sebelum menuju kamar, Raisa melihat ruan
Mereka sudah sampai di warung bakso dan Faisal memesankan untuk Raisa."Ini Sa, bakso pakai bihun putih," kata Faisal yang sangat tahu kesukaan Raisa.Mereka makan dengan lahapnya, karena memang sudah waktunya jam makan siang.Selesai makan bakso, Raisa memesan es teler yang merupakan menu andalan di warung bakso tempat mereka makan.Sembari menunggu es teler, Faisal membuka pembicaraan."Sa, aku ingin mengatakan sesuatu padamu," kata Faisal dengan mimik wajah serius."Ada apa?" tanya Raisa.Butuh waktu beberapa menit untuk Faisal menceritakan perihal penyakit yang dialaminya.Karena Faisal sangat takut dengan jawaban kekecewaan dari Raisa."Kok kamu malah melamun?" tanya Raisa sembari menepuk tangan suaminya "Eh, aku ingin membicarakan hal penting padamu," ucap Faisal ragu."Hal penting apa?" tanya Raisa penasaran "Soal, soal...." ucap Faisal ragu. Dia masih belum siap berpisah dengan sang istri jika tahu dirinya impoten."Soal apa?" desak Raisa tak sabaran.Lalu sang pelayan datan
"Loh, istrimu kok uda pulang kerjanya?" tanya Bu Leha yang sedang merapikan mainan cucunya."Raisa hamil, Bu!" sahut Faisal memberikan kabar pada Ibunya."Hamil?" Seketika kedua bola matanya pun hampir keluar sempurna. "Apa betul, Raisa?" tanya Bu Leha meyakinkan dirinya."Iya, Bu!" jawab Raisa."Ya, sudah Sal. Lekas bawa ke kamar dan suruh istrimu istirahat," perintah sang ibu.Lalu Faisal membawa Raisa masuk kekamarnya.***Pagi ini Aldo sedang bersiap untuk berangkat kuliah. Aldo mendengarkan saran sang bibi, agar jangan pernah membantah dengan titah sang kakek.Saat akan menuruni anak tangga pertama, tiba-tiba perutnya seperti terguncang. Tak seperti biasanya, yang dirasakan saat ini sangat mual.Dengan langkah seribu, dia bergegas menuju kamar mandi."Huek, huek..."Terdengar Aldo sedang muntah lalu mengeluarkan semua isi perutnya.Bi Salma yang hendak memanggil Aldo, mendengar cucu majikannya itu sedang muntah-muntah."Den, Aden..." panggil Bi Salma seraya mengetuk pintu."Huek,
"Den, sebaiknya jaga kesehatan. Bibi sedih kalau Aden sakit begini," ucap Bi Salma cemas yang duduk di sebelah Aldo."Aku kecewa dengan keputusan kakek, Bi!" Tutur Aldo dengan gurat kesedihan di wajahnya."Mau gimana lagi Den. Toh mungkin itu pilihan kakek yang terbaik untuk Aden," ujar Bi Salma.Aldo pun menghabiskan makanannya, lalu bi Salma membawa piring kotor ke dapur.Aldo kembali duduk di pinggiran jendela, memandangi ke arah luar yang kini sedang musim salju.****Dua minggu sudah Raisa bekerja di sekolah dan sorenya dia mengajar les di rumah pak Arifin.Menjelang pagi, tiba-tiba kepalanya terasa pusing dan perutnya mual.Saat akan bangun dari tempat tidur, ada rasa tak enak di tenggorokannya. Kemudian Raisa merasakan ada dorongan dari perutnya, yang tiba-tiba ingin di keluarkan."Huek,, huek..." Raisa muntah, namun dengan cepat dia berlari menuju kamar mandi.Faisal panik saat mendengar Raisa muntah-muntah. Segera dia bergegas menuju kamar mandi, lalu memijat tengkuk leher Ra
Raisa sudah berada di sekolah tari, dia akan memulai pelajaran pertamanya."Anak-anak, perkenalkan nama ibu Raisa. Nama lengkapnya adalah Raisa Ekasuci," papar Raisa pada anak muridnya.Dia sangat gugup pada hari pertama bekerja, karena anak yang di ajarkannya adalah anak belasteran luar negeri. Ada anak yang berkulit putih dan hitam serta hidung yang mancung atau rambut bule.Bahasa yang di gunakan saat ini adalah bahasa Indonesia. Untuk selanjutnya Raisa harus fasih berbahasa Inggris.Jam menunjukkan pukul sembilan, waktunya istirahat. Dia harus mengganti kelas mengajarnya. Saat pagi adalah jadwal mengajar anak usia 5-12 tahun, selesai istirahat Raisa harus mengajar anak usia remaja."Kamu Raisa?" tanya salah seorang guru tari yang mengajarkan tarian tradisional."Iya," jawab Raisa."Perkenalkan namaku Niken, panjangnya Niken Widiastuti," sapanya mengenalkan dirinya."Iya Mbak Niken, salam kenal ya," tutur Raisa."Jangan Mbak dong, umurku belum tua. Tapi sepertinya kita seumur. Pan
Waktu menunjukkan pukul lima sore, Aldo langsung menuju lantai 15. Dia mencari keberadaan Raisa, bermaksud ingin mengembalikan ponsel yang tertinggal.CEO muda itu mencari wanita pujaannya ke pantry, dan hanya menemui teman Raisa saja. Aldo tidak pernah tahu nama pegawai kebersihan selain Raisa."Maaf, mau nanya," sapa Aldo pada Lina yang sedang berkemas."Iya, mau nanya apa?" Jawab Lina tanpa memperhatikan Aldo"Raisa dimana, ya?" Tanya Aldo."Oh, kamu yang ngaku-ngaku office boy di lantai 17 ya?" Tanya Lina saat melihat seseorang yang sedang mencari Raisa."Eh, iya." Aldo terkekeh. "Dimana Raisa?" Aldo mengulang pertanyaannya, karena sedari tadi Lina tak menjawabnya."Dia udah berhenti kerja," jawab Lina. "Memangnya kamu ada urusan apa sama Raisa?" Tanya Lina menatap curiga."Bukankah, tadi siang dia kesini?" Tanya Aldo."Oh, tadi siang dia hanya pamit untuk mengundurkan diri," jawab Lina"Oh," jawab Aldo dengan wajah tertekuk"Memangnya kamu ada urusan apa?' tanya Lina sambil mempe
Pagi pun tiba, Raisa berencana untuk melamar pekerjaan sebagai guru tari.Karena kemarin gadis cantik itu, sudah menghubungi nomor penyelenggara yang terdapat di papan pengumuman.Raisa berangkat dengan Faisal, lalu turun di halte busway seperti biasanya.Dari kejauhan terlihat Aldo sedang mengamati Raisa, yang berjalan dengan cepat menuju halte.Dia tahu jadwal Raisa hari ini akan ke kampus lalu ke kantor. Sayangnya mata kuliah Aldo beda jurusan dengan Raisa, maka dia berada di gedung yang berbeda.Lalu Aldo menjalankan mobilnya, setelah melihat Raisa sudah naik busway.****"Selamat ya, kamu di terima. Besok sudah mulai bekerja," kata Melati pemilik sekolah tari."Terima kasih, Mbak. Saya memang ingin sekali mengajar tari pada anak-anak," kata Raisa seraya mengulas senyum."Baiklah, besok kamu harus datang jam delapan tepat. Lalu pulang jam dua belas. Kalau kamu ingin melanjutkan kuliah, nanti bisa ajukan beasiswa," kata Melati seraya menjabat tangan Raisa."Baik, Mbak. Terima kasih
Raisa kembali ke kantor untuk melakukan tugasnya sebagai cleaning servis. Sesampainya di pantry, dia langsung membuka jaketnya.Ingin membuat teh manis hangat, sambil menunggu waktu masuk kantor."Sa, kamu kenapa melamun? Tuh airnya sudah mendidih," kata Lina seraya menepuk bahu Raisa.Sontak Raisa terkejut. "Eh, iya aku lupa."Segera Raisa mengangkat teko kecil yang terbuat dari stainless. Kemudian dia menuangkannya ke dalam gelas, setelah itu mengaduk gelas yang berisi teh dan gula."Kamu lagi ada masalah sama Faisal?" tanya Lina penasaran, karena tak biasanya Raisa melamun."Enggak Lin, cuma tadi--" ucapan Raisa terhenti. Kemudian dia berpikir untuk mencari alasan."Tadi kenapa?" Balik Lina bertanya, karena ucapan Raisa yang begitu membuatnya penasaran."Tadi di kampus, aku lihat ada info loker. Aku ingin melamar di sana," jawab Raisa dengan senyum pias."Loker apa?" tanya Lina."Asisten guru tari," jawab Raisa."Wah, pas banget. Bukannya kamu suka menari?" tanya Lina antusias.Kar
Minggu pagi Faisal membangunkan Raisa yang masih tertidur pulas."Sa, aku jalan dulu ya," pamit Faisal yang melihat istrinya masih bergelut dengan selimut."Hmmm..." jawab Raisa dengan malas.Liburan ini, Raisa ingin menghabiskan waktu hanya di tempat tidur. Tak ingin menemui siapapun, dan tak ingin mengerjakan apapun. Dia merasa malas, dan tak perduli lagi dengan omongan ipar dan mertuanya yang selalu menyindirnya.Drrttt...Suara ponselnya terdengar, menandakan bunyi pesan masuk. Segera istri dari Faisal itu mengambil ponselnya yang berada di atas meja.Di usapnya layar ponsel kemudian membuka isi pesan WhatsApp yang ternyata dari Aldo, pria yang kini sangat dibencinya.[Sa, maafkan aku. Kalau suamimu tahu, aku siap untuk menikahimu.] Pesan terbaca oleh Raisa. Dengan wajah kesal, gadis yang telah dinodai oleh Aldo itu langsung menghapus chatnya.Raisa terlihat begitu emosi membaca pesan dari Aldo. Dia langsung memblokir nomor Aldo.Kedua mata pun di pejamkan, mengingat kejadian kem
Raisa masuk ke ruangan CEO dengan mengetuk pintu terlebih dahulu.Pintu ruangan CEO terbuka, terlihat Aldo telah menyembulkan kepalanya."Sa, masuklah," kata Aldo yang sudah membukakan pintu untuk Raisa.Raisa masuk, kemudian dia mencari alat yang katanya tadi tertinggal. Menurut penuturan Aldo di telpon, ada barang yang tertinggal. Tetapi seingat Raisa, semua barang kebersihan tidak ada yang tertinggal."Dimana barangnya?" tanya Raisa seraya mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan."Di kamar mandi, ada lap yang tertinggal," kata Aldo seraya menunjukkan jari.Raisa pun masuk ke toilet yang tadi dia bersihkan.Sementara Aldo mengunci pintu ruangannya, lalu menuangkan air sirop ke dalam gelas."Kayaknya serbet ini uda aku taruh di loker deh!" ucap Raisa sambil membawa serbet berwarna putih di tangannya.Kemudian dia keluar dari toilet CEO. Lalu melihat Aldo duduk di bangkunya."Serbet ini sepertinya sudah aku bawa tadi," kata Raisa sembari menunjukkan kepada Aldo."Ya, mungkin serbet