Dari dalam kamarnya, Raisa mendengar ada suara yang sedang membersihkan ruang tamu.
"Ah, sepertinya si comel itu sedang membersihkan ruang tamu," gumam Raisa dalam hatinya. Maksudnya si comel itu adalah Maria.
Raisa berpikir jika Maria yang sedang membersihkan ruang tamu. Karena memang itu kewajibannya, setelah anaknya membuat berantakan rumah ibunya.
Kemudian Raisa melanjutkan kembali pekerjaannya di dalam kamar. Merapikan baju-baju yang masih ada di dalam tasnya. Karena dia belum sempat membongkar baju usai acara pernikahan kemarin.
Tiba-tiba saja terdengar suara celetukan dari Ratih, kakak tertua Faisal.
"Bu, mantu baru ngapain aja di rumah?" Teriak Ratih yang terdengar jelas di telinga Raisa. Sepertinya kakak tertua Faisal itu sedang menyinggung dirinya.
Raisa langsung menghentikan aktivitasnya, saat mendengar suara Ratih menyebut namanya.
"Ini ulah anak Maria. Memang biasanya mereka habis berantak rumah langsung di tinggal pergi," Kata Bu Leha dengan suara yang parau.
"Tapi ibu sudah tua. Masa iya, dia gak mau bantuin ibu membersihkan rumah?" Sindir Ratih yang terus menyindir Raisa.
Raisa benar-benar tak menyangka, jika dirinya akan terus menjadi bulan-bulanan kakak iparnya. Apa salah dirinya yang baru sehari tinggal dirumah itu. Sementara dia selalu saja disindir dan salahkan. Ada masalah apa ipar sama dirinya? Hal itu menjadi tanda tanya besar untuk Raisa.
"Sudahlah Ratih! Ibu masih bisa mengerjakannya sendiri," ucap Bu Leha yang sepertinya membela Raisa.
Raisa belum tahu dengan sifat ibunya Faisal. Apakah dia akan membela dirinya atau hanya berpura-pura saja. Tetapi sebagai orang tua dari sang suami, Raisa harus hormat dan menyayanginya.
Raisa mendengus kesal mendengar perkataan kakak tertua Faisal. Ingin rasanya dia melawan, namun istri Faisal itu tidak ingin mencari keributan.
Sementara ini Raisa akan tahan dengan ucapan dan sindiran mereka yang tidak mengenakkan hatinya. Tetapi kalau sudah benar-benar menyakiti hatinya, baru Raisa akan melawannya.
Raisa kembali melanjutkan pekerjaannya merapikan baju, lalu memasukkannya ke dalam lemari.
"Kenapa sikap mereka berubah seratus delapan puluh derajat ya?" Gerutu Raisa dalam hatinya. "Padahal dulu, mereka baik-baik saja memperlakukanku. Kenapa sekarang memperlakukan aku seperti seolah-olah pembantu dirumah ini?" Gumamnya yang begitu kesal mendengar celotehan Ratih.
Beberapa saat kemudian, tak ada lagi suara ipar maupun mertuanya diluar kamar. Raisa merasa sepertinya mereka lelah terus menyinggung dirinya. Karena sedari tadi Raisa tidak keluar dari kamarnya. Biarlah dia dibilang menantu tak tahu diri.
Selesai merapikan baju, Raisa pun keluar dari kamarnya. Dia melihat ruang tamu sudah tertata rapi dan bersih. Kemudian wanita muda berlesung pipi itu langsung menuju dapur, karena perutnya terasa sangat lapar.
Raisa melihat tidak ada lauk ataupun nasi yang sudah di masak. Namun piring kotor sudah berserakan di wastafel. Padahal tadi pagi Faisal sudah mencuci piringnya.
Geram sekali Raisa melihat dapur yang berantakan. Ingin rasanya dia berteriak dan marah-marah. Namun lagi-lagi Faisal mengingatkannya untuk tidak membuat keributan di rumah ibunya.
Akhirnya Raisa mencuci semua piring kotor yang sudah tertumpuk di wastafel.
Sebanyak apapun dia bekerja dirumah mertuanya, pasti tak akan terlihat oleh ipar-iparnya. Hal itu sudah lumrah diketahui oleh Raisa saat menonton acara sinetron di televisi. Ternyata hal itu ternyata padanya, yang terus disindir oleh ipar-iparnya. Baru saja sehari Raisa tinggal dirumah suaminya, bagaimana nanti seminggu ataupun selamanya? Sementara sang suami tak ingin diajak pindah olehnya.
Selesai mencuci piring, Raisa melihat ke arah tempat penyimpanan beras. Tak ada sedikitpun sisa beras di sana. Begitu juga dengan kulkas yang tidak ada isinya hanya air putih didalam botol.
Wanita cantik itu hanya bisa meneguk ludahnya, menahan lapar yang sedari tadi ditahan. Raisa enggan keluar saat mendengar suara iparnya tadi. Dia sangat malas berdebat dengan kakak dari Faisal itu.
Sementara Raisa lupa untuk meminta uang pada Faisal. Sedangkan saat ini dia tidak memegang uang sepeser pun. Perutnya sudah sangat lapar, tak ada makanan yang tersaji di dapur. Begitu juga bahan mentah yang tidak tersedia.
Akhirnya Raisa masuk kedalam kamarnya, lalu berbaring di tempat tidur. Wanita muda itu menunggu suaminya pulang ke rumah.
Di dalam kamar, Raisa terus memegang perutnya karena belum terisi sejak pagi. Terdengar suara gemericik didalam perut. Sepertinya cacing didalam perutnya pun juga memberontak. Tadi Raisa lupa meminta uang kepada Faisal untuk membeli makanan.
Seharusnya suaminya itu memberikan uang tanpa harus diminta oleh istrinya.
"Sa, kalau kamu mau jalan-jalan, nanti hubungi aku ya. Aku siap mengantarmu," kata Faisal saat mengantar Raisa sekolah.
Saat itu Raisa memang tak pernah diizinkan keluar rumah oleh kedua orang tuanya.
"Bu, aku mau pergi sama Lina. Mereka sudah membelikan aku tiket nonton bioskop," rengek Raisa pada sang ibu.
"Jangan Raisa, nanti siapa yang jaga warung ibu?" kata ibunya Raisa melarang.
"Tapi Bu, aku ingin sekali nonton film itu." Raisa terlihat mencebikkan bibirnya karena kesal tak disetujui pergi oleh sang ibu
"Sekali enggak, tetap enggak. Ingat Sa, pergaulan diluar itu sangat bebas. Ibu gak mau kamu kenal sama orang gak benar."
Raisa hanya bisa menahan kekesalan saat tak diizinkan untuk menonton bioskop bersama dengan temannya.
Seketika Raisa hanya tersenyum miris mengingat masa lalunya yang begitu terkekang.
Harapan perempuan berkulit putih itu bisa bebas setelah menikah, ternyata kandas setelah tahu sifat asli keluarga Faisal.
Ditambah lagi Faisal tidak memberikannya uang nafkah belanja. Saat perutnya lapar, Raisa tak memegang uang sepeserpun.
-
Silakan subscribe ceritaku ya.
Karena perutnya sudah sangat lapar, akhirnya perempuan berkulit putih itu berinisiatif untuk meminjam uang pada ibu mertuanya. Barangkali ibu mertua mau meminjamkan uang untuknya.Raisa mencoba mengetuk pintu bu Leha, barangkali mertuanya bisa meminjamkan uang untuknya membeli nasi Padang.Tok, tok, tok.Raisa mengetuk pintu kamar mertuanya, namun tak ada jawaban. Lalu Raisa melihat ada gembok yang melingkar di bagian gagang pintu kamarnya. Bu Leha memang selalu mengunci pintu dengan gembok. Alasannya adalah karena cucunya sering kali bolak-balik dan memberantak dikamarnya. Hal itu yang membuat Bu Leha memutuskan untuk mengunci pintu kamarnya. Raisa pun sudah dijelaskan oleh Faisal sejak mereka berpacaran. Saat perempuan cantik itu berkunjung kerumah Faisal dan melihat ada kunci gembok dipintu ibunya.Rupanya mertuanya sedang pergi dan bu Leha tidak pamit kepada Raisa. Sungguh tak disangka jika perlakuan ibunya pun sama dengan anaknya. Setidaknya Bu Leha mengetuk pintu kamar Raisa u
Faisal pun mendekati Raisa, dia memeluk erat tubuh sang istri. Mencoba menenangkan istrinya yang sedang sensitif. "Maafkan, aku! Ibu sangat membutuhkanku, karena aku adalah anak laki satu-satunya di keluarga ini. Aku mohon kamu bisa mengerti," Ucap Faisal sambil mengelus punggung Raisa.Raisa hanya bisa meneteskan air matanya, dia mencoba menguatkan dirinya. Selesai menuangkan isi hatinya, Raisa pun berhenti menangis. Faisal langsung membuka bungkusan sterofom yang berisi bubur ayam. Lalu Faisal menyuapi Raisa, mereka pun makan bersama.Saat sedang makan berdua, tiba-tiba terdengar suara orang berteriak dari arah luar kamar."Sal, kalau beli makanan bagi-bagi dong! Jangan makan sendiri aja..." Teriak Maria yang sedang berada di ruang tamu."Beli aja sendiri!" Faisal membalas teriakan Maria."Oh, gitu ya! Lebih sayang istri daripada sodara sendiri. Inget dulu kamu siapa yang ngurusin?" Teriak Maria menyindir Faisal "Yang dulu jangan di ungkit-ungkit!" jawab Faisal membalas teriakan
Raisa terus berjalan menuju warung pak Kodir, ternyata memang hanya warungnya yang sudah buka. Sedangkan warung-warung yang lain belum buka, mungkin karena hari masih terlalu pagi. Pak Kodir selalu membuka warungnya, selesai dia melaksanakan solat subuh berjamaah di mushola.Raisa melangkahkan kakinya, melihat-lihat barang-barang yang sedang di pajang."Permisi, Pak!" sapa Raisa pada pak Kodir yang sedang berjaga. Pak Kodir yang mendengar suara Raisa, langsung melongokan kepalanya."Iya, mau beli apa?" Tanya Pak Kodir sembari menghampiri Raisa."Mau beli beras seliter, sama minyak goreng seperapat," Jawab Raisa sambil berjalan ke arah Pak Kodir.Lalu Pak Kodir, mengambilkan pesanan Raisa. Dan memperhatikan wajah Raisa, yang masih asing di matanya. Karena sebelumnya pak Kodir tidak pernah melihat gadis cantik, yang sedang berdiri di hadapannya."Orang baru, ya?" Tanya Pak Kodir seraya memberikan bungkusan di tangannya. "Iya, Pak!" Jawab Raisa sambil memberikan uang lima puluh ribuan
Faisal langsung menyalakan mesin motornya, mencari keberadaan Raisa."Oh ternyata mereka tidak suka dengan Raisa karena aku menolak perjodohan dengan Ita." Batin Faisal yang kesal dengan celotehan Maria.Faisal semakin bingung, jika mereka membenci Raisa hanya karena masalah status sosial. Memang keluarga nya terkenal matre, kakak-kakaknya semua memang di jodohkan oleh anak orang kaya. Namun yang kaya itu orang tuanya, tetapi anaknya tidak di bekali dengan usaha dan kerja keras. Di saat usaha dan harta orang tuanya habis, mereka kebingungan. Dan akhirnya Maria hidup berdampingan dengan orang tuanya karena terusir oleh mertua yang sudah menjual rumahnya itu.Faisal mencari keberadaan Raisa di setiap sudut gang. Dia ingat kalau Raisa meminta uang untuk membeli beras. Motornya di lajukan ke arah warung pak Kodir.Setelah berhenti dia pun turun, dan bertanya pada si pemilik warung."Pak, tadi ada gadis belanja di sini?" Tanya Faisal."Oh gadis cantik yang ngaku-ngaku istri kamu itu?" Led
Terlebih dahulu, Raisa menyapu dan mengepel bagian kamar dan ruang tamu. Saat akan membersihkan kamar bu Leha, Raisa mengurungkan niatnya. Karena ada beberapa orang di dalamnya, tak mungkin Raisa mengusirnya.Kemudian Raisa kembali melanjutkan lagi membersihkan halaman depan."Nah, gitu dong! Jangan kerjaannya tiap pagi tidur mulu," sindir Maria yang sudah keluar dari rumah bu Leha.Raisa mengacuhkan perkataan kakak iparnya, dia masih fokus pada pekerjaannya. Seberapa banyak kata-kata yang dia adukan, tak akan mengubah hati Faisal untuk pindah dari rumah itu.Raisa langsung masuk ke arah dapur, berniat akan mencuci piring sisa makannya bersama Faisal.Di lihat begitu banyak piring di wastafel, padahal tadi hanya ada dua piring. Seraya menghembuskan nafas beratnya, Raisa mencoba bersabar dengan ujian yang kini di hadapinya.Mau tidak mau Raisa harus mencuci semua piring yang ada di wastafel.Usai mencuci piring, Raisa langsung menuju kamarnya. Sebelum menuju kamar, Raisa melihat ruan
Raisa langsung masuk ke dalam kamarnya dan menaruh bungkusan putih di lantai.Istri Faisal itu langsung ke dapur menyalakan kompor untuk memasak mie instan."Kamu masak apa?" Tanya Faisal yang sudah berada di belakang Raisa."Oh, aku masak mie. Kamu mau?" Tanya Raisa."Mau," Jawab Faisal yang langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.Selesai mandi, Faisal langsung masuk ke kamar.Dia melihat ada plastik putih di samping pintu."Sa, kamu habis belanja?" Tanya Faisal sembari memperhatikan plastik putih yang berada di kamarnya "Enggak," jawab Raisa dari arah dapur."Ini bungkusan darimana?" Faisal mengulang pertanyaannya."Oh, itu dari seseorang. Aku juga baru kenal tadi pagi," kata Raisa sembari membawa dua mangkuk mie instan yang baru matang."Dari siapa, Sa?" tanya Faisal yang penasaran kemudian membuka bungkusan plastik putih."Siapa, ya tadi namanya? Duh, aku lupa," jawab Raisa sambil menepuk-nepuk keningnya. Gadis cantik dan polos itu memang suka lupa dengan nama orang.
Dari balik kamar sang ibu, ada yang mencoba mendengar percakapan Raisa dan Lina.Maria adalah orang yang paling tidak suka dengan Raisa. Alasannya karena adik iparnya itu telah menggagalkan rencananya untuk menikahkan Faisal dengan teman satu pengajiannya."Dia mau kerja, wah pas banget nih aku akan terus makan di sini," batin Maria seraya tersenyum licik. Maria adalah kakak ketiga Faisal yang mempunyai suami seorang supir bus antar kota dan provinsi.Dia selalu di tinggalkan oleh suaminya sampai berminggu-minggu. Kadang Maria di beri uang, kadang juga tidak. Oleh sebab itu dia mengandalkan Faisal dan uang santunan dari ibunya yang sudah menjanda.Maria jarang memegang uang banyak, karena sang suami selalu memberikan uang pas-pasan. Pemberiannya hanya cukup untuk makan, selebihnya Maria selalu minta kepada sang ibu.Setelah mendengar Raisa akan bekerja, Maria begitu bahagia. Pasti adik iparnya itu akan memberikan uang untuk sang ibu. Setelah itu Maria dapat meminta kepada ibunya deng
Malam pun tiba, Raisa sudah terlelap dalam tidurnya. Sedangkan Faisal belum pulang dari pekerjaannya yaitu menjadi tukang ojek online.Pukul dua belas malam, Faisal sudah memberhentikan motornya di teras rumah."Assalamualaikum." Suara Faisal mengucap salam sembari mengetuk pintu rumah.Tidak ada orang yang mendengar, sepertinya Faisal pulang terlalu malam. Penghuni rumah sudah terlelap dalam keheningan malam."Assalamualaikum." Ketiga kalinya Faisal mengucapkan salam. Kemudian pintu rumah terbuka, terlihat wanita cantik dengan wajah khas mengantuk sudah berdiri didepannya. Faisal merasa beruntung memiliki istri yang cantik jelita bak bidadari turun dari khayangan."Wa'alaikumsalam," sahut Raisa sambil mengikat rambutnya yang panjang. "Kenapa selarut ini?" tanya Raisa cemas."Hari ini penumpangnya lagi ramai. Sayang kalau gak di tarik," ucap Faisal sambil membuka jaketnya.Raisa langsung menuju dapur lalu membuat teh manis hangat."Besok, aku akan melamar pekerjaan," kata Raisa memba
Mereka sudah sampai di warung bakso dan Faisal memesankan untuk Raisa."Ini Sa, bakso pakai bihun putih," kata Faisal yang sangat tahu kesukaan Raisa.Mereka makan dengan lahapnya, karena memang sudah waktunya jam makan siang.Selesai makan bakso, Raisa memesan es teler yang merupakan menu andalan di warung bakso tempat mereka makan.Sembari menunggu es teler, Faisal membuka pembicaraan."Sa, aku ingin mengatakan sesuatu padamu," kata Faisal dengan mimik wajah serius."Ada apa?" tanya Raisa.Butuh waktu beberapa menit untuk Faisal menceritakan perihal penyakit yang dialaminya.Karena Faisal sangat takut dengan jawaban kekecewaan dari Raisa."Kok kamu malah melamun?" tanya Raisa sembari menepuk tangan suaminya "Eh, aku ingin membicarakan hal penting padamu," ucap Faisal ragu."Hal penting apa?" tanya Raisa penasaran "Soal, soal...." ucap Faisal ragu. Dia masih belum siap berpisah dengan sang istri jika tahu dirinya impoten."Soal apa?" desak Raisa tak sabaran.Lalu sang pelayan datan
"Loh, istrimu kok uda pulang kerjanya?" tanya Bu Leha yang sedang merapikan mainan cucunya."Raisa hamil, Bu!" sahut Faisal memberikan kabar pada Ibunya."Hamil?" Seketika kedua bola matanya pun hampir keluar sempurna. "Apa betul, Raisa?" tanya Bu Leha meyakinkan dirinya."Iya, Bu!" jawab Raisa."Ya, sudah Sal. Lekas bawa ke kamar dan suruh istrimu istirahat," perintah sang ibu.Lalu Faisal membawa Raisa masuk kekamarnya.***Pagi ini Aldo sedang bersiap untuk berangkat kuliah. Aldo mendengarkan saran sang bibi, agar jangan pernah membantah dengan titah sang kakek.Saat akan menuruni anak tangga pertama, tiba-tiba perutnya seperti terguncang. Tak seperti biasanya, yang dirasakan saat ini sangat mual.Dengan langkah seribu, dia bergegas menuju kamar mandi."Huek, huek..."Terdengar Aldo sedang muntah lalu mengeluarkan semua isi perutnya.Bi Salma yang hendak memanggil Aldo, mendengar cucu majikannya itu sedang muntah-muntah."Den, Aden..." panggil Bi Salma seraya mengetuk pintu."Huek,
"Den, sebaiknya jaga kesehatan. Bibi sedih kalau Aden sakit begini," ucap Bi Salma cemas yang duduk di sebelah Aldo."Aku kecewa dengan keputusan kakek, Bi!" Tutur Aldo dengan gurat kesedihan di wajahnya."Mau gimana lagi Den. Toh mungkin itu pilihan kakek yang terbaik untuk Aden," ujar Bi Salma.Aldo pun menghabiskan makanannya, lalu bi Salma membawa piring kotor ke dapur.Aldo kembali duduk di pinggiran jendela, memandangi ke arah luar yang kini sedang musim salju.****Dua minggu sudah Raisa bekerja di sekolah dan sorenya dia mengajar les di rumah pak Arifin.Menjelang pagi, tiba-tiba kepalanya terasa pusing dan perutnya mual.Saat akan bangun dari tempat tidur, ada rasa tak enak di tenggorokannya. Kemudian Raisa merasakan ada dorongan dari perutnya, yang tiba-tiba ingin di keluarkan."Huek,, huek..." Raisa muntah, namun dengan cepat dia berlari menuju kamar mandi.Faisal panik saat mendengar Raisa muntah-muntah. Segera dia bergegas menuju kamar mandi, lalu memijat tengkuk leher Ra
Raisa sudah berada di sekolah tari, dia akan memulai pelajaran pertamanya."Anak-anak, perkenalkan nama ibu Raisa. Nama lengkapnya adalah Raisa Ekasuci," papar Raisa pada anak muridnya.Dia sangat gugup pada hari pertama bekerja, karena anak yang di ajarkannya adalah anak belasteran luar negeri. Ada anak yang berkulit putih dan hitam serta hidung yang mancung atau rambut bule.Bahasa yang di gunakan saat ini adalah bahasa Indonesia. Untuk selanjutnya Raisa harus fasih berbahasa Inggris.Jam menunjukkan pukul sembilan, waktunya istirahat. Dia harus mengganti kelas mengajarnya. Saat pagi adalah jadwal mengajar anak usia 5-12 tahun, selesai istirahat Raisa harus mengajar anak usia remaja."Kamu Raisa?" tanya salah seorang guru tari yang mengajarkan tarian tradisional."Iya," jawab Raisa."Perkenalkan namaku Niken, panjangnya Niken Widiastuti," sapanya mengenalkan dirinya."Iya Mbak Niken, salam kenal ya," tutur Raisa."Jangan Mbak dong, umurku belum tua. Tapi sepertinya kita seumur. Pan
Waktu menunjukkan pukul lima sore, Aldo langsung menuju lantai 15. Dia mencari keberadaan Raisa, bermaksud ingin mengembalikan ponsel yang tertinggal.CEO muda itu mencari wanita pujaannya ke pantry, dan hanya menemui teman Raisa saja. Aldo tidak pernah tahu nama pegawai kebersihan selain Raisa."Maaf, mau nanya," sapa Aldo pada Lina yang sedang berkemas."Iya, mau nanya apa?" Jawab Lina tanpa memperhatikan Aldo"Raisa dimana, ya?" Tanya Aldo."Oh, kamu yang ngaku-ngaku office boy di lantai 17 ya?" Tanya Lina saat melihat seseorang yang sedang mencari Raisa."Eh, iya." Aldo terkekeh. "Dimana Raisa?" Aldo mengulang pertanyaannya, karena sedari tadi Lina tak menjawabnya."Dia udah berhenti kerja," jawab Lina. "Memangnya kamu ada urusan apa sama Raisa?" Tanya Lina menatap curiga."Bukankah, tadi siang dia kesini?" Tanya Aldo."Oh, tadi siang dia hanya pamit untuk mengundurkan diri," jawab Lina"Oh," jawab Aldo dengan wajah tertekuk"Memangnya kamu ada urusan apa?' tanya Lina sambil mempe
Pagi pun tiba, Raisa berencana untuk melamar pekerjaan sebagai guru tari.Karena kemarin gadis cantik itu, sudah menghubungi nomor penyelenggara yang terdapat di papan pengumuman.Raisa berangkat dengan Faisal, lalu turun di halte busway seperti biasanya.Dari kejauhan terlihat Aldo sedang mengamati Raisa, yang berjalan dengan cepat menuju halte.Dia tahu jadwal Raisa hari ini akan ke kampus lalu ke kantor. Sayangnya mata kuliah Aldo beda jurusan dengan Raisa, maka dia berada di gedung yang berbeda.Lalu Aldo menjalankan mobilnya, setelah melihat Raisa sudah naik busway.****"Selamat ya, kamu di terima. Besok sudah mulai bekerja," kata Melati pemilik sekolah tari."Terima kasih, Mbak. Saya memang ingin sekali mengajar tari pada anak-anak," kata Raisa seraya mengulas senyum."Baiklah, besok kamu harus datang jam delapan tepat. Lalu pulang jam dua belas. Kalau kamu ingin melanjutkan kuliah, nanti bisa ajukan beasiswa," kata Melati seraya menjabat tangan Raisa."Baik, Mbak. Terima kasih
Raisa kembali ke kantor untuk melakukan tugasnya sebagai cleaning servis. Sesampainya di pantry, dia langsung membuka jaketnya.Ingin membuat teh manis hangat, sambil menunggu waktu masuk kantor."Sa, kamu kenapa melamun? Tuh airnya sudah mendidih," kata Lina seraya menepuk bahu Raisa.Sontak Raisa terkejut. "Eh, iya aku lupa."Segera Raisa mengangkat teko kecil yang terbuat dari stainless. Kemudian dia menuangkannya ke dalam gelas, setelah itu mengaduk gelas yang berisi teh dan gula."Kamu lagi ada masalah sama Faisal?" tanya Lina penasaran, karena tak biasanya Raisa melamun."Enggak Lin, cuma tadi--" ucapan Raisa terhenti. Kemudian dia berpikir untuk mencari alasan."Tadi kenapa?" Balik Lina bertanya, karena ucapan Raisa yang begitu membuatnya penasaran."Tadi di kampus, aku lihat ada info loker. Aku ingin melamar di sana," jawab Raisa dengan senyum pias."Loker apa?" tanya Lina."Asisten guru tari," jawab Raisa."Wah, pas banget. Bukannya kamu suka menari?" tanya Lina antusias.Kar
Minggu pagi Faisal membangunkan Raisa yang masih tertidur pulas."Sa, aku jalan dulu ya," pamit Faisal yang melihat istrinya masih bergelut dengan selimut."Hmmm..." jawab Raisa dengan malas.Liburan ini, Raisa ingin menghabiskan waktu hanya di tempat tidur. Tak ingin menemui siapapun, dan tak ingin mengerjakan apapun. Dia merasa malas, dan tak perduli lagi dengan omongan ipar dan mertuanya yang selalu menyindirnya.Drrttt...Suara ponselnya terdengar, menandakan bunyi pesan masuk. Segera istri dari Faisal itu mengambil ponselnya yang berada di atas meja.Di usapnya layar ponsel kemudian membuka isi pesan WhatsApp yang ternyata dari Aldo, pria yang kini sangat dibencinya.[Sa, maafkan aku. Kalau suamimu tahu, aku siap untuk menikahimu.] Pesan terbaca oleh Raisa. Dengan wajah kesal, gadis yang telah dinodai oleh Aldo itu langsung menghapus chatnya.Raisa terlihat begitu emosi membaca pesan dari Aldo. Dia langsung memblokir nomor Aldo.Kedua mata pun di pejamkan, mengingat kejadian kem
Raisa masuk ke ruangan CEO dengan mengetuk pintu terlebih dahulu.Pintu ruangan CEO terbuka, terlihat Aldo telah menyembulkan kepalanya."Sa, masuklah," kata Aldo yang sudah membukakan pintu untuk Raisa.Raisa masuk, kemudian dia mencari alat yang katanya tadi tertinggal. Menurut penuturan Aldo di telpon, ada barang yang tertinggal. Tetapi seingat Raisa, semua barang kebersihan tidak ada yang tertinggal."Dimana barangnya?" tanya Raisa seraya mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan."Di kamar mandi, ada lap yang tertinggal," kata Aldo seraya menunjukkan jari.Raisa pun masuk ke toilet yang tadi dia bersihkan.Sementara Aldo mengunci pintu ruangannya, lalu menuangkan air sirop ke dalam gelas."Kayaknya serbet ini uda aku taruh di loker deh!" ucap Raisa sambil membawa serbet berwarna putih di tangannya.Kemudian dia keluar dari toilet CEO. Lalu melihat Aldo duduk di bangkunya."Serbet ini sepertinya sudah aku bawa tadi," kata Raisa sembari menunjukkan kepada Aldo."Ya, mungkin serbet