Share

Tidak Tahu Malu

Penulis: Kim Miso
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Rindu, memang wanita yang tidak tahu malu. Segala cara untuk mendapatkan hati Topan sudah ia lakukan, tapi ternyata Topan malah memilih Reva untuk dijadikan istrinya. Rasa iri dan cemburu semakin memuncak apalagi setelah melihat penampilan Reva yang biasa saja. Ya, Reva memang tidak secantik Rindu, tapi untuk soal perilaku, dia memiliki hati yang tulus nan suci, tidak seperti watak yang dimiliki Rindu. Sehingga, ini menjadi salah satu keinginan Topan untuk menikahinya.

"Mas, pekerjaanmu kan belum selesai. Sekalian ajak mbak Rindu ke kantor, satu kantor ini kan," kata Reva sambil tersenyum. Dalam hatinya memang kesal pada wanita itu, tapi Reva harus bersikap seperti tidak terjadi apa-apa. Cemburu wajar, karena ini menyangkut masalah hati.

"Tapi ...."

Belum juga Topan selesai bicara, Gina langsung menyelanya, "Sudah, cepat berangkat, Pa. Nanti keburu hujan!"

Topan mengangguk dan melirik ke arah Rindu, "Baiklah, ayo berangkat."

Rindu merasa senang dalam situasi ini. Tapi dia berusaha untuk bersikap seperti biasa saja. Namun, perasaannya sulit untuk disembunyikan. Dia mencoba tersenyum dan menjawab, "Baiklah, ayo!"

Setelah berpamitan, mereka berdua berangkat ke kantor lagi dalam diam. Rindu merasa tegang dan tidak tahu harus berkata apa karena biasanya tidak pernah seperti ini. Dia merasa bahwa Reva adalah ancaman bagi hubungannya dengan Topan. Rindu yakin, dirinya tidak akan pernah bisa bersaing dengan pesona yang diberikan oleh Reva. Karena Rindu percaya diri bahwa, kecantikan dan penampilan, hanya dirinyalah yang lebih unggul.

"Maaf ya, Mas. Aku jadi gak enak sama istri barumu itu. Padahal aku niatnya memang mau anterin anak-anak pulang, tapi malah jadi kayak gini," kata rindu berusaha untuk mencairkan suasana.

"Tidak masalah, hanya saja aku sedikit heran. Kok, kamu bisa tahu anak-anak pulang di jam segini? Dan bukannya kamu tidak menyukai anak-anak? Kenapa harus peduli?" kata Topan sambil melirik ke arah Rindu.

"I-itu ... itu karena kebetulan saja," jawab Rindu sedikit gugup.

Mengingat kembali dulu, sebelum menikah dengan Reva, keduanya telah menjadi teman baik selama bertahun-tahun dan saling mendukung dalam pekerjaan mereka. Namun, perasaan mereka tumbuh setelah mendiang istrinya Topan meninggal. Topan sempat menyukai Rindu, tapi hal itu hanya sesaat. Sebab, Rindu sempat berkata bahwa dirinya tidak menyukai anak-anak. Dan itu menjadi alasan Topan untuk menjaga jarak darinya. Bagaimana bisa dirinya menikahi Rindu, sementara wanita itu tidak menyukai anak-anaknya? Sungguh membuat Topan merasa terpukul.

"Oh, mulai nanti ke depannya, kamu tidak usah menjemput anak-anakku lagi. Mereka sudah punya ibu yang akan mengurusnya. Mendingan, kamu fokus saja dengan pekerjaanmu itu," kata Topan sambil fokus menyetir mobilnya.

Mendengar hal itu, Rindu langsung membelalakkan matanya. Ia tidak percaya dengan apa yang sudah dikatakan oleh Topan. "Ke-kenapa?"

"Seperti yang aku katakan tadi, mereka sudah mempunyai ibu baru, jadi kamu tidak perlu repot-repot menjemputnya," kata Topan dengan santainya.

Rindu mencengkram kuat menahan amarahnya. Dia sangat jengkel dengan apa yang sudah Topan katakan. Niat hati ingin dipuji Topan, malah malu yang ia dapatkan.

Sesampainya di kantor, suasana menjadi semakin tidak nyaman. Mereka saling berbisik seakan sedang membicarakan dirinya. Rindu merasa bahwa semua orang di kantor mengetahui tentang hubungan Topan dan Reva. Dia merasa seperti orang ketiga yang tidak diinginkan. Rindu mencoba untuk fokus pada pekerjaannya, tetapi pikirannya terus menerus terganggu oleh kehadiran Reva.

"Rindu, bukannya kamu udah izin untuk pulang lebih dulu? Kenapa sekarang kembali ke kantor lagi?" tanya salah seorang karyawan di sana.

Mendengar hal itu, Rindu langsung tercengang, ia lupa bahwa dirinya memang sudah izin untuk pulang lebih dulu. Itu semua karena dirinya ingin mengikuti Topan, tapi nyatanya semua tidak berjalan dengan baik. Bahkan, lebih malu dari ucapan Topan.

"Sial!" kata Rindu dalam hatinya. "Bisa-bisanya aku lupa!"

"Lah, tadi aku lihat, dia kembali bersama Topan," kata yang lainnya.

"Iya kah, Rindu?" kata salah satu temannya lagi sambil menatap ke arah Rindu. Dan itu membuat Rindu semakin tidak nyaman.

"Kalian ini kenapa sih, kepo aja sama urusan orang. Aku mau balik lagi ke sini atau nggak, itu bukan urusan kalian," kata Rindu kesal.

"Ya, tapi kan ini aneh, Rindu. Kamu balik lagi ke sini untuk apa? Sementara, dirimu sudah izin untuk pulang. Dan lagi, kamu kembali bersama Topan, apa itu tidak membuat kita curiga?"

"Memangnya kenapa kalau aku pergi bareng sama Topan? Kita bekerja bareng di satu perusahaan yang sama, kenapa kalian mempermasalahkannya!" ucap Rindu sedikit menyentak.

"Ya memang tidak ada yang salah. Tapi masalahnya, tapi ini aneh aja. Sementara, Topan sudah menikah, dan kamu masih ingin dekat-dekat dengan dia, apa itu tidak mengundang gosip?"

"Iya, harusnya dirimu jaga jarak sama Topan. Gak baik dekat-dekat terus sama lelaki yang sudah beristri."

"Suka-suka akulah, kenapa kalian yang repot!"

Semakin lama, Rindu semakin muak dengan pembicaraan mereka. Ia segera pergi dari hadapan teman-temannya dan memilih keluar dari area itu.

"Lah, dibilangin malah kabur. Susah emang kalau orang keras kepala seperti dia, dibilangin malah ngeyel, maunya menang sendiri," kata teman-temannya.

"Tau nih, bikin kita emosi aja. Udah yuk, ah. Kita kerja lagi!"

***

Setelah keluar dari kantornya, Rindu mulai melampiaskan kekesalannya dengan sedikit berteriak, "Sial!"

Dan itu membuat beberapa orang yang berjalan di dekatnya langsung melirik ke arah Rindu. Mereka semua melihat dengan tatapan aneh dan keheranan. Sementara Rindu, dia sendiri tidak peduli dengan lingkungan di sekitarnya. Yang penting dirinya bisa melampiaskan amarahnya yang sudah terpendam sedari tadi.

"Kenapa mereka selalu ikut campur dalam urusanku. Kalau mereka terus seperti ini, aku tidak akan tinggal diam. Lihat saja nanti, semakin mereka membela si wanita jelek itu, semakin aku berani untuk bertindak!" kata Rindu dengan penuh amarah.

Tidak lama kemudian, suara ponselnya berdering, dan membuat Rindu tersadar dari situasi yang menjengkelkan itu. Setelah Rindu mengangkat panggilan itu, dirinya segera pergi dan memberhentikan mobil taksi untuk pergi ke sebuah bengkel mobil. Ya, dia berniat untuk mengambil mobilnya yang mogok itu.

Saat di perjalanan, Rindu malah melihat sosok yang tidak asing bagi dirinya. Seorang wanita paruh baya berusia sekitar 50 tahunan. Dia terlihat sangat kerepotan dengan membawa beberapa barang dalam bag belanjaannya. Dia sendiri seperti sedang menunggu jemputan karena tidak biasanya wanita paruh baya itu pergi sendirian. Rindu hafal betul dengan sosok wanita paruh baya itu karena sering bertemu, bahkan mengobrol ketika bertamu ke rumahnya.

"Loh, itukan Tante ... ih tapi ngapain ada di sana?" gumam Rindu.

Bab terkait

  • LUKA DI TEPI HATI IBU TIRI    Kedatangan Mertua

    Rindu menatap wanita paruh baya itu dengan mata yang membelalak, hatinya dilanda kebingungan dan kecemasan. "Tante Siska? Apa yang dia lakukan di sini?" batinnya. Tentu saja, Rindu tahu siapa wanita itu. Bu Siska adalah ibu dari Topan, seorang wanita berusia sekitar 58 tahun yang selalu ingin dihormati banyak orang. Tapi entah kenapa dia terlihat begitu kerepotan sendirian. Biasanya, kalau mau berpergian, Bu Siska pasti menyuruh Topan untuk mengantarkannya. Atau jika dirinya ingin bertemu dengan sang cucu, Topan selalu menjemputnya. Mobil taksi yang Rindu tumpangi semakin mendekat ke arah Bu Siska, membuat Rindu merasakan kegelisahan dan tak sabar ingin segera menghampirinya. Tanpa pikir panjang, Rindu segera menyuruh sopir taksi untuk berhenti. Ia buru-buru keluar dari mobil untuk menghampiri Bu Siska yang berdiri di tepi jalan. “Tante! Apa yang terjadi? Kenapa Tante di sini sendirian?” tanya Rindu pura-pura merasa khawatir, padahal di dalam hatinya ada niat untuk mencari perh

  • LUKA DI TEPI HATI IBU TIRI    Selalu Salah

    Reva menelan ludah, berusaha menahan emosi yang mulai mendidih di dalam hatinya. Namun, dia tahu kalau melawan ibu mertuanya di depan Rindu hanya akan memperburuk keadaan. Sementara itu, Rindu tersenyum sinis, merasa puas melihat Reva dalam posisi serba salah. "Ma-maaf, saya hanya ...." “Kamu bahkan tidak tahu siapa aku! Sejak kamu muncul di rumah ini, Topan jadi makin jarang mengunjungiku,” ujar Bu Siska dengan nada kesal.“Maaf, Bu. Saya tidak tahu kalau Ibu adalah ibunya Topan,” jawab Reva lirih. Andai saja seluruh keluarga Topan hadir saat pernikahannya dulu, tentu ia bisa mengenal mereka dengan baik. Namun, hanya pamannya yang hadir, dan saat itu Reva tidak mempermasalahkan hal tersebut. Kini situasinya terasa begitu rumit baginya.“Jangan panggil aku ibu. Kau tidak pantas menjadi menantuku!” tegas Bu Siska dengan tatapan tajam.“Lucu sekali ya, menikah dengan anaknya, tapi tidak kenal dengan ibunya. Sudahlah, jangan berpura-pura. Lebih baik kamu minggir. Kami mau masuk,” sindi

  • LUKA DI TEPI HATI IBU TIRI    Ibu Baru

    Revalina berpikir bahwa pernikahannya akan menjadi sesuatu yang membahagiakan untuk hidup baru yang akan dia tempuh, tapi nyatanya sesuatu yang tidak pernah diduga olehnya telah menjadi mimpi buruk untuknya. Tatapan sinis dia dapatkan saat kakinya melangkah masuk ke dalam rumah baru di mana dia akan menempuh separuh hidupnya di rumah itu. "Sayang, ayo, salaman dulu ke ibu kalian," kata Topan saat dia dan istrinya, Revalina berada di bingkai pintu. Senyum manis ditunjukkan oleh Revalina, tetapi tidak di bibir kedua anaknya. "Kok istri baru Papa, tidak secantik Mama?" Ucapan itu muncul dari mulut putri sulung Topan. Seketika hati Revalina teriris, tetapi masih bisa dibalas dengan senyum tulus oleh dirinya. Revalina melangkah maju, dan dia meraih kedua tangan Gina Wardani, anak sulung Topan, dan Revalina berkata, "Aku memang tak secantik ibumu, dan tidak akan menggantikan posisi ibumu, tapi aku akan melakukan yang terbaik untuk kalian," ucapnya dengan senyum, mata Revalina m

  • LUKA DI TEPI HATI IBU TIRI    Kejutan Untuk Ibu Tiri

    "Mas Topan!" Reva menarik tangan suaminya yang telah memberikan tamparan pada sang anak sulung, kini Revalina berdiri diantara ayah dan anak itu. Tatapan Revalina tajam pada sang suami dan Topan yang tajam menatap ke arah putrinya Gina. "Kembali ke kamar kalian!" pinta Topan. Terlihat Gina menyentuh lembut pipinya, dan menatap ke arah Topan. Gina seolah tak percaya bahwa dia akan mendapatkan perlakuan seperti itu dari ayahnya. "Aku benci dengan Ayah!" Gina langsung mengibaskan rambutnya dan pergi dari sana meninggalkan ayah dan juga ibu tirinya. Galih tampak tidak terima dengan apa yang dilakukan sang ayah dan hanya menatap ayahnya dengan tatapan tajam tanpa mengatakan apapun, karena menatap ayahnya dengan kebencian itu sudah cukup mengatakan bahwa Galih juga benci pada ayahnya. Galih ikut di belakang sang kakak sedangkan Revalina, dia masih berada di hadapan suaminya yang baru saja menampar anak gadis itu. "Mas," kata Revalina pelan dan berusaha menenangkan suaminya. Tetapi sa

  • LUKA DI TEPI HATI IBU TIRI    Pengganggu

    Revalina diperlakukan layaknya pembantu di rumah itu oleh anak-anak Topan yang membawa teman-temannya masuk ke dalam rumah. Mereka melakukan kerusuhan, memerintah Revalina, menyuruh-nyuruh dan sesekali menghina Revalina. Dan dia harus keluar masuk kamar Gina dan Galih, serta membersihkan tiap ruangan hampir beberapa kali tanpa jeda. Meskipun usia mereka tidak sama dan beda kelas, tapi perlakuan terhadap Revalina sangat tidak pantas. "Pembantu yang lainnya mana, Gina? Dari tadi yang kulihat hanya dia saja," tanya salah satu teman Gina yang menaikkan kedua kakinya ke atas meja. Sementara di sana masih ada Revalina yang menaruh minuman dan kue-kue kering. "Pembantuku cuma satu. Tuh, kamu lihat sendiri, dia sudah ada di depan mata kita!" kata Gina sambil menunjuk ke arah ibu tirinya. Revalina hanya bisa diam dan cukup sabar untuk hal ini. "Oh, begitu rupanya." "Eits, tapi dia pembantu bukan sembarang pembantu. Dia ini Pembantu sekaligus ibu tiri kita. Iya kan, Galih?" Galih pun

  • LUKA DI TEPI HATI IBU TIRI    Salah Tingkah

    Ucapan Rindu membuat Topan tersadar bahwa dirinya tidak pantas memakaikan sabuk pengaman itu untuk wanita lain, selain istrinya sendiri. Dia merasa malu karena membuat Rindu salah paham atas sikapnya itu. Topan segera menghentikan aktivitasnya dan meminta maaf kepada Rindu."Maaf, seharusnya aku tidak melakukan ini. Nanti akan kuperbaiki sabuk pengamannya secepat mungkin," kata Topan dengan rasa penyesalan. Rindu tersenyum dan mengangguk. "Tidak apa-apa, Mas. Aku mengerti kok."Dia mencoba mengerti atas apa yang diucapkan Topan. Dia pikir, Topan salah tingkah terhadap dirinya. Namun, kenyataannya tidak seperti itu. Mereka berdua melanjutkan perjalanan dengan perasaan kaku dan hening. Tidak seperti layaknya teman kerja biasa. Setibanya di kantor, Rindu langsung keluar dari mobil dan mengucapkan rasa terima kasihnya pada Topan. Dia harus segera masuk karena acara rapat di kantor akan segera dilaksanakan. "Mas, aku masuk duluan, ya. Sepertinya rapat akan segera dimulai," kata Rindu de

  • LUKA DI TEPI HATI IBU TIRI    Modus

    Wisnu mengernyitkan alisnya, "Memangnya selama ini kamu tidak tahu kalau Topan sudah menikah lagi?" "Tidak!" kata Rindu dengan suara bergetar dan terlihat syok. "Aku tidak pernah tahu soal itu. Memangnya, kapan dia menikah?" tanya Rindu sedikit kecewa. "Dua Minggu yang lalu," kata Wisnu dengan cepat. "Terus, kenapa kamu nggak ngasih tahu aku?" tanya Rindu lagi sedikit menyentak. Hatinya sudah remuk dan patah setelah mendengar Topan sudah menikah lagi. "Aku juga tidak menyangka dia akan menikah lagi. Padahal, dulu bilangnya belum ada niat untuk menikah, tapi sekarang—" Belum juga Wisnu selesai bicara, Rindu langsung menyelanya, "Sudahlah, aku pergi dulu!" Rindu merasa marah dan sedih saat Wisnu memberitahunya bahwa Topan, telah menikah dua minggu yang lalu. Rindu merasa terluka karena tidak pernah mengetahui bahwa Topan telah memiliki kekasih dan memutuskan untuk menikah. Wisnu mencoba menjelaskan bahwa dia tidak bisa memberitahu Rindu karena saat itu dirinya sedang berada di

Bab terbaru

  • LUKA DI TEPI HATI IBU TIRI    Selalu Salah

    Reva menelan ludah, berusaha menahan emosi yang mulai mendidih di dalam hatinya. Namun, dia tahu kalau melawan ibu mertuanya di depan Rindu hanya akan memperburuk keadaan. Sementara itu, Rindu tersenyum sinis, merasa puas melihat Reva dalam posisi serba salah. "Ma-maaf, saya hanya ...." “Kamu bahkan tidak tahu siapa aku! Sejak kamu muncul di rumah ini, Topan jadi makin jarang mengunjungiku,” ujar Bu Siska dengan nada kesal.“Maaf, Bu. Saya tidak tahu kalau Ibu adalah ibunya Topan,” jawab Reva lirih. Andai saja seluruh keluarga Topan hadir saat pernikahannya dulu, tentu ia bisa mengenal mereka dengan baik. Namun, hanya pamannya yang hadir, dan saat itu Reva tidak mempermasalahkan hal tersebut. Kini situasinya terasa begitu rumit baginya.“Jangan panggil aku ibu. Kau tidak pantas menjadi menantuku!” tegas Bu Siska dengan tatapan tajam.“Lucu sekali ya, menikah dengan anaknya, tapi tidak kenal dengan ibunya. Sudahlah, jangan berpura-pura. Lebih baik kamu minggir. Kami mau masuk,” sindi

  • LUKA DI TEPI HATI IBU TIRI    Kedatangan Mertua

    Rindu menatap wanita paruh baya itu dengan mata yang membelalak, hatinya dilanda kebingungan dan kecemasan. "Tante Siska? Apa yang dia lakukan di sini?" batinnya. Tentu saja, Rindu tahu siapa wanita itu. Bu Siska adalah ibu dari Topan, seorang wanita berusia sekitar 58 tahun yang selalu ingin dihormati banyak orang. Tapi entah kenapa dia terlihat begitu kerepotan sendirian. Biasanya, kalau mau berpergian, Bu Siska pasti menyuruh Topan untuk mengantarkannya. Atau jika dirinya ingin bertemu dengan sang cucu, Topan selalu menjemputnya. Mobil taksi yang Rindu tumpangi semakin mendekat ke arah Bu Siska, membuat Rindu merasakan kegelisahan dan tak sabar ingin segera menghampirinya. Tanpa pikir panjang, Rindu segera menyuruh sopir taksi untuk berhenti. Ia buru-buru keluar dari mobil untuk menghampiri Bu Siska yang berdiri di tepi jalan. “Tante! Apa yang terjadi? Kenapa Tante di sini sendirian?” tanya Rindu pura-pura merasa khawatir, padahal di dalam hatinya ada niat untuk mencari perh

  • LUKA DI TEPI HATI IBU TIRI    Tidak Tahu Malu

    Rindu, memang wanita yang tidak tahu malu. Segala cara untuk mendapatkan hati Topan sudah ia lakukan, tapi ternyata Topan malah memilih Reva untuk dijadikan istrinya. Rasa iri dan cemburu semakin memuncak apalagi setelah melihat penampilan Reva yang biasa saja. Ya, Reva memang tidak secantik Rindu, tapi untuk soal perilaku, dia memiliki hati yang tulus nan suci, tidak seperti watak yang dimiliki Rindu. Sehingga, ini menjadi salah satu keinginan Topan untuk menikahinya. "Mas, pekerjaanmu kan belum selesai. Sekalian ajak mbak Rindu ke kantor, satu kantor ini kan," kata Reva sambil tersenyum. Dalam hatinya memang kesal pada wanita itu, tapi Reva harus bersikap seperti tidak terjadi apa-apa. Cemburu wajar, karena ini menyangkut masalah hati. "Tapi ...." Belum juga Topan selesai bicara, Gina langsung menyelanya, "Sudah, cepat berangkat, Pa. Nanti keburu hujan!" Topan mengangguk dan melirik ke arah Rindu, "Baiklah, ayo berangkat." Rindu merasa senang dalam situasi ini. Tapi dia b

  • LUKA DI TEPI HATI IBU TIRI    Modus

    Wisnu mengernyitkan alisnya, "Memangnya selama ini kamu tidak tahu kalau Topan sudah menikah lagi?" "Tidak!" kata Rindu dengan suara bergetar dan terlihat syok. "Aku tidak pernah tahu soal itu. Memangnya, kapan dia menikah?" tanya Rindu sedikit kecewa. "Dua Minggu yang lalu," kata Wisnu dengan cepat. "Terus, kenapa kamu nggak ngasih tahu aku?" tanya Rindu lagi sedikit menyentak. Hatinya sudah remuk dan patah setelah mendengar Topan sudah menikah lagi. "Aku juga tidak menyangka dia akan menikah lagi. Padahal, dulu bilangnya belum ada niat untuk menikah, tapi sekarang—" Belum juga Wisnu selesai bicara, Rindu langsung menyelanya, "Sudahlah, aku pergi dulu!" Rindu merasa marah dan sedih saat Wisnu memberitahunya bahwa Topan, telah menikah dua minggu yang lalu. Rindu merasa terluka karena tidak pernah mengetahui bahwa Topan telah memiliki kekasih dan memutuskan untuk menikah. Wisnu mencoba menjelaskan bahwa dia tidak bisa memberitahu Rindu karena saat itu dirinya sedang berada di

  • LUKA DI TEPI HATI IBU TIRI    Salah Tingkah

    Ucapan Rindu membuat Topan tersadar bahwa dirinya tidak pantas memakaikan sabuk pengaman itu untuk wanita lain, selain istrinya sendiri. Dia merasa malu karena membuat Rindu salah paham atas sikapnya itu. Topan segera menghentikan aktivitasnya dan meminta maaf kepada Rindu."Maaf, seharusnya aku tidak melakukan ini. Nanti akan kuperbaiki sabuk pengamannya secepat mungkin," kata Topan dengan rasa penyesalan. Rindu tersenyum dan mengangguk. "Tidak apa-apa, Mas. Aku mengerti kok."Dia mencoba mengerti atas apa yang diucapkan Topan. Dia pikir, Topan salah tingkah terhadap dirinya. Namun, kenyataannya tidak seperti itu. Mereka berdua melanjutkan perjalanan dengan perasaan kaku dan hening. Tidak seperti layaknya teman kerja biasa. Setibanya di kantor, Rindu langsung keluar dari mobil dan mengucapkan rasa terima kasihnya pada Topan. Dia harus segera masuk karena acara rapat di kantor akan segera dilaksanakan. "Mas, aku masuk duluan, ya. Sepertinya rapat akan segera dimulai," kata Rindu de

  • LUKA DI TEPI HATI IBU TIRI    Pengganggu

    Revalina diperlakukan layaknya pembantu di rumah itu oleh anak-anak Topan yang membawa teman-temannya masuk ke dalam rumah. Mereka melakukan kerusuhan, memerintah Revalina, menyuruh-nyuruh dan sesekali menghina Revalina. Dan dia harus keluar masuk kamar Gina dan Galih, serta membersihkan tiap ruangan hampir beberapa kali tanpa jeda. Meskipun usia mereka tidak sama dan beda kelas, tapi perlakuan terhadap Revalina sangat tidak pantas. "Pembantu yang lainnya mana, Gina? Dari tadi yang kulihat hanya dia saja," tanya salah satu teman Gina yang menaikkan kedua kakinya ke atas meja. Sementara di sana masih ada Revalina yang menaruh minuman dan kue-kue kering. "Pembantuku cuma satu. Tuh, kamu lihat sendiri, dia sudah ada di depan mata kita!" kata Gina sambil menunjuk ke arah ibu tirinya. Revalina hanya bisa diam dan cukup sabar untuk hal ini. "Oh, begitu rupanya." "Eits, tapi dia pembantu bukan sembarang pembantu. Dia ini Pembantu sekaligus ibu tiri kita. Iya kan, Galih?" Galih pun

  • LUKA DI TEPI HATI IBU TIRI    Kejutan Untuk Ibu Tiri

    "Mas Topan!" Reva menarik tangan suaminya yang telah memberikan tamparan pada sang anak sulung, kini Revalina berdiri diantara ayah dan anak itu. Tatapan Revalina tajam pada sang suami dan Topan yang tajam menatap ke arah putrinya Gina. "Kembali ke kamar kalian!" pinta Topan. Terlihat Gina menyentuh lembut pipinya, dan menatap ke arah Topan. Gina seolah tak percaya bahwa dia akan mendapatkan perlakuan seperti itu dari ayahnya. "Aku benci dengan Ayah!" Gina langsung mengibaskan rambutnya dan pergi dari sana meninggalkan ayah dan juga ibu tirinya. Galih tampak tidak terima dengan apa yang dilakukan sang ayah dan hanya menatap ayahnya dengan tatapan tajam tanpa mengatakan apapun, karena menatap ayahnya dengan kebencian itu sudah cukup mengatakan bahwa Galih juga benci pada ayahnya. Galih ikut di belakang sang kakak sedangkan Revalina, dia masih berada di hadapan suaminya yang baru saja menampar anak gadis itu. "Mas," kata Revalina pelan dan berusaha menenangkan suaminya. Tetapi sa

  • LUKA DI TEPI HATI IBU TIRI    Ibu Baru

    Revalina berpikir bahwa pernikahannya akan menjadi sesuatu yang membahagiakan untuk hidup baru yang akan dia tempuh, tapi nyatanya sesuatu yang tidak pernah diduga olehnya telah menjadi mimpi buruk untuknya. Tatapan sinis dia dapatkan saat kakinya melangkah masuk ke dalam rumah baru di mana dia akan menempuh separuh hidupnya di rumah itu. "Sayang, ayo, salaman dulu ke ibu kalian," kata Topan saat dia dan istrinya, Revalina berada di bingkai pintu. Senyum manis ditunjukkan oleh Revalina, tetapi tidak di bibir kedua anaknya. "Kok istri baru Papa, tidak secantik Mama?" Ucapan itu muncul dari mulut putri sulung Topan. Seketika hati Revalina teriris, tetapi masih bisa dibalas dengan senyum tulus oleh dirinya. Revalina melangkah maju, dan dia meraih kedua tangan Gina Wardani, anak sulung Topan, dan Revalina berkata, "Aku memang tak secantik ibumu, dan tidak akan menggantikan posisi ibumu, tapi aku akan melakukan yang terbaik untuk kalian," ucapnya dengan senyum, mata Revalina m

DMCA.com Protection Status