***Suara sebuah motor memasuki pekarangan rumah. Jonathan dan Jesselyn berjalan keluar rumah. Kedua orang itu mendapati Bina yang baru saja turun dari motornya dan seseorang yang sejak tadi mereka cari. Jonathan hendak menghampiri mereka berdua, namun Jeseelyn memegangi tangan kanannya. Jonathan memandangnya dan mendapati Jesselyn menggelengkan pelan kepalanya. Melarang Jonathan untuk mengusik kedua orang itu.Bina menuntun Awan dengan penuh perhatian. Wanita itu bahkan memegangi kedua sisi tubuh Awan. Mereka berdua berjalan melewati Jonathan dan Jesselyn begitu saja. Tanpa menyapa mereka sedikitpun, seolah kedua orang itu tidak ada di sana. Ketika Bina dan Awan sudah masuk ke dalam rumah, Jonathan berniat menyusul mereka. Tapi, lagi-lagi Jesselyn memegangi tangan kanannya. Kembali berusaha menahannya."Apa yang salah dengan-mu, Je?" Tanya Jonathan ketus. "Mereka butuh istirahat, Jonathan. Tidakkah kamu lihat wajah lelah Bina?" Jawaban Jesselyn justru membuat pria itu semakin merasa
***Dokter Je povAku masih mengunjungi pasienku satu demi satu. Memeriksa keadaan mereka bersama dua perawat asistenku. Setelah memastikan keadaan pasien terakhirku, aku keluar ruangan sambil mengembuskan napas lega. Akhirnya selesai juga!"Anda sudah bekerja keras, dokter Je." Ucapan salah satu perawat yang mengikutiku mengecek pasien sejak tadi membuatku tersenyum."Anda juga hebat, suster Mila."Kulihat perawat itu mengangguk pelan, lalu pamit mengundurkan diri dari hadapanku bersama temannya. Sedangkan aku memutuskan melangkahkan kakiku melewati salah satu lorong rumah sakit. Berniat menjenguk seseorang di rumah sakit ini.SRAAAKKKKAku menggeser pintu ruang rawat dengan pelan dan menutupnya kembali. Lalu mendapati punggung seorang wanita sedang membelakangiku. Rupanya wanita itu tidak terkejut sama sekali dengan kedatanganku. Aku berjalan mendekatinya dan berdiri di samping ranjang. Mengecek infus yang tergantung di samping ranj
***Harajuku, JepangPukul 19.30Jalanan daerah Shibuya terlihat padat oleh lautan manusia. Maklum saja, selain Shinjuku distrik Shibuya juga terkenal sebagai pusat mode di Negeri Matahari Terbit itu. Mereka menjadikan jalanan distrik itu seolah-olah seperti panggung catwalk.Toko-toko fashion di sepanjang distrik terlihat ramai oleh pengunjung. Tapi, ada salah satu toko yang memiliki pengunjung yang lebih banyak dan sangat menarik perhatian orang-orang yang lewat. Dekorasinya terlihat tidak terlalu mewah, bahkan terkesan sangat sederhana. Yang membuat toko itu terlihat menarik adalah style fashion yang mereka tampilkan di etalase depan toko.Style fashion mereka terlihat bertabrakan dan terlalu nyentrik untuk dipakai juga terlihat sedikit aneh. Namun, entah kenapa hal itu justru membuat banyak orang tertarik dan memilih untuk mengunjungi toko itu. Segala kebutuhan fashion ada di sana mulai dari pakaian, jaket, celana hingga aksesoris. Beberapa orang masih sibuk melihat-lihat di dalam
***JakartaPukul 15.00 WIBBina povAku melangkahkan kaki-ku keluar dari taksi yang berhenti di depan sebuah rumah dengan pekarangan yang tidak terlalu besar, menurutku. Setelah membayar ongkos, taksi itu pergi meninggalkan aku seorang diri. 'Sial!' Umpatku di dalam hati ketika merasa kerepotan dengan oleh-oleh yang aku bawa dari Jepang. Yah, kupikir tidak ada salahnya membeli sedikit oleh-oleh dari negara itu, kan? Aku berjalan memasuki pekarangan rumah. Suasana terlihat sepi sekali. Kulirik garasi terlihat kosong. Sepertinya sedang tidak ada orang di rumah. Aku melanjutkan langkah-ku dengan cuek. Mengambil kunci dari dalam kantong celanaku dan membuka pintu rumah dengan kunci tersebut. Beruntungnya, aku memiliki duplikat kunci rumah. Jadi, tidak perlu menuggu di luar rumah sampai Paman Jo pulang.Aku menutup kembali pintu rumah dari dalam dan berjalan gontai menuju kamar tercinta yang sangat aku rindukan.Pukul 15.30 WIBAku keluar dari kamar mandi yang berada di dalam kamar-ku sa
***Bina terlihat masih sibuk menelepon seseorang di teras rumah sambil berdiri. Sesekali wanita muda itu menoleh ke arah pintu masuk rumah untuk memastikan kalau pria yang ia temui tadi tidak berusaha untuk keluar rumah. Ya, sebelum pergi keluar rumah untuk menelepon seseorang, Bina mengancam akan melaporkan pria itu ke polisi kalau ia berani melangkah keluar dari rumah itu.Bina, kau masih curiga kalau pria itu bukan Awan?Seseorang dari seberang telepon melontarkan pertanyaan kepada Bina. Bina menjawab tidak dengan tegas disertai gelengan kepala, meskipun nyatanya lawan bicaranya di telepon tentu saja tidak dapat melihat gerakannya itu.“Dokter Je, bagaimana aku bisa percaya kalau dia adalah Awan yang aku kenal? Dia sangat berbeda!” Jelas Bina. Detik selanjutnya yang terdengar dari seberang telepon adalah kekehan dokter Je yang membuat Bina merasa sebal.Tentu saja dia berbeda, Bina. Awan yang sekarang jauh lebih tampan, kan?BLUSHHUcapan dokter Je yang berusaha untuk menggoda Bin
Sinar matahari pagi terlihat menghangatkan bumi setelah hujan dini hari mengguyur dengan cukup lebat. Beberapa orang terlihat enggan bangkit dari tempat tidurnya, karena cuaca yang pantas untuk bermalas-malasan. Selain itu, tentu saja karena ini adalah hari Minggu. Hampir semua orang libur bekerja di hari Minggu, kan?Bina baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Wanita itu terlihat sudah lengkap mengenakan hoodie pink polos yang dipadukan dengan jeans berwarna hitam. Tangannya dengan cepat meraih hair dryer dari atas meja rias dan mulai mengeringkan rambutnya selama beberapa saat.Saat sedang sibuk mengikat rambutnya, tiba-tiba Bina mendengar suara pintu terbuka dan suara seseorang sedang berjalan. Dengan cepat, wanita itu segera menyelesaikan ikatan rambutnya dan berjalan menuju pintu kamarnya.CEKLEKKKBina membuka pintu kamarnya dan mendapati sosok Awan yang sudah berjalan melewati kamarnya sambil menggendong ransel berukuran sedang berwarna hitam.“Awan,” panggil Bina dengan pela
***Bina terlihat sedang berdiri di dekat etalase toko tempat-nya bekerja sambil melamun. Ucapan dokter Je dua minggu yang lalu masih terngiang jelas di dalam kepala-nya. Flashback onDokter Je menutup pintu ruang kerja-nya dengan cepat dan mengunci-nya. Lalu menarik Bina ke dekat jendela sambil menarik napas dalam-dalam.“Aku menemukan beberapa jenis racun yang mengalir di dalam tubuh Awan,” bisik dokter Je.Bina menarik alis kiri-nya ke atas, “Racun? Maksud Anda, Awan diracuni oleh seseorang?” Dokter Je hanya mengangguk singkat untuk menjawab pertanyaan Bina.“Sebenarnya, aku mengetahui ini sejak pertama kali Awan dibawa ke sini. Tapi, aku sengaja tidak memberitahu-mu dan melakukan penelitian kepada tubuh anak itu,” jelas dokter Je sambil menundukkan kepala-nya.“Penelitian? Dokter Je, Awan adalah seorang MANUSIA.” Bina sengaja mengucapkan kata terakhir dengan penuh penekanan sebagai tanda kalau ia merasa marah atas perlakuan dokter Je.“Baiklah. A-aku minta maaf, karena melakukan
***Rabu, pukul 15.00 WIBRumah sakit MirantiSebuah taksi berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah sakit. Seorang wanita terlihat turun dari dalam taksi setelah membayar ongkos yang tertera di argometer. Wanita itu lalu berjelan masuk ke dalam rumah sakit sambil menempelkan smartphone miliknya ke telinga. Suara nada dering dari seberang telepon terdengar, tanda kalau ia sedang menelepon seseorang.Aku melihatmu berjalan menuju lift. Kita bertemu di depan pintu lift, lantai dua,Seseorang dari seberang telepon berbicara dengan tegas. Setelah itu, sambungan telepon diputus. Wanita yang tadi memulai panggilan telepon lebih dulu terlihat memasuki lift rumah sakit dan menekan tombol bernomor dua. Pintu lift perlahan menutup dan lift mulai bergerak menuju lantai dua.TING!Bunyi lift yang sampai di lantai dua berbunyi. Wanita itu melang