Share

JUAL DIRI

Author: Titin Jihan
last update Last Updated: 2021-10-11 05:45:12

"Tunggu apa lagi, cepat obati seluruh tubuh saya!" perintah Stenly tanpa rasa malu dengan posisi sudah berbaring di atas kasur busa.

"Mengobati seperti apa maksud kamu?" tanya Seruni gugup. Ia bahkan sampai menjatuhkan kotak P3K dari tangannya. Entah mengapa ada rasa takut berlebih. Ia selalu berpikir jika Stenly akan melakukan hal yang sama seperti Dante.

“Apa perlu saya memberikan contoh sama kamu cara mengobati tubuh saya?” ujar Stenly. Ia sedikit kesal melihat respon yang diberikan Seruni.

“Perlu. Agar saya tidak salah paham,” jawab Seruni sambil mengambil kotak P3K yang dijatuhkannya di lantai.

Stenly mendengus mendengar jawaban Seruni. “Cepat lanjutkan mengompres semua luka dan memar yang ada di seluruh tubuh dan wajah saya," ucap Stenly akhirnya. 

Seruni mengembuskan napas lega. Setidaknya apa yang ditakutkannya tidak menjadi kenyataan. Itulah yang ia tangkap dari ucapan Stenly dan entah mengapa dirinya percaya.

“Baiklah. Tapi, seharusnya tidak perlu sampai membuka baju seperti itu,” protes Seruni dengan suara pelan. Ia duduk di sebelah dan mulai mengompres dan mengobati luka-luka Stenly dengan sangat telaten.

"Kalau saya enggak punya inisiatif buka baju, kamu pasti akan kepayahan mengobati luka-luka saya yang ada dibagian dalam," jelas Stenly memberikan alasan. "Lihat saja tubuh saya yang penuh dengan luka lebam ini," lanjut Stenly sambil menunjuk tubuhnya sendiri yang memang dipenuhi luka lebam.

Seruni membuang napas pelan saat mendengar penuturan pria yang babak belur karena menolongnya tadi. Andai saja waktu bisa diputar ulang Seruni tak ingin menjadi anak dari seorang ayah yang hanya mementingkan harta sehingga rela menjodohkannya dengan seorang lelaki tak bermoral seperti Dante.

Mungkin, kalau bukan karena ibunya, sudah sejak lama Seruni pergi meninggalkan keluarga kecilnya.

“Aduh ... duh ... duh! Apa-apaan kamu. Sebenarnya“kamu niat nggak sih, ngobatin saya!” Stenly sewot. Ia mengaduh kesakitan saat Seruni yang tengah melamu tanpa sadar menekan luka lebam di bawah matanya terus menerus.

  

Sontak saja Seruni mengerjap karena suara Stenly seolah menyadarkannya dari lamunan tak berkesudahannya. 'Ma-maaf,” ujarnya gelagapan. Ia merasa bersalah.

“Sudahlah nggak perlu minta maaf. Saya hanya minta sama kamu fokus mengobati bukan menyakiti saya!” sindir Stenly tanpa ampun.

Seruni yang saat ini masih duduk di atas kasur di samping Stenly yang sedang berbaring hanya bisa mengangguk saja menanggapi ucapan Stenly yang jelas-jelas menyindirnya. Ia kembali fokus mengobati Stenly.

"Selesai," ucap Seruni setelah yakin tak ada luka lebam di tubuh Stenly yang terlewat ia obati.

"Cepat sekali," protes Stenly yang merasa keenakan di sentuh tangan halus Seruni.

Seruni hanya memutar bola matanya saat mendengar protes dari Stenly. Karena pada dasarnya sudah lebih dari setengah jam ia mengobatinya.

"Karena tugas saya sudah selesai, berarti saya sudah boleh pulang ‘kan sekarang?" tanya Seruni sama sekali tak menanggapi ucapan Stenly. Ia berdiri berniat untuk pergi.

"Tunggu!" ucap Stenly menahan pergelangan tangan Seruni.

"Apa lagi?" tanya Seruni. Ia  menarik paksa tangannya yang dipegangi Stenly.

"Kalau boleh tahu, kenapa tadi kamu diganggu sama mereka? Apa orang yang narik-narik kamu tadi, pacar kamu?" tanya Stenly serius. Sungguh ia ingin tahu.

"Saya harus pulang sekarang," kata Adiba tak berniat menjawab pertanyaan Stenly.

“Jawab pertanyaan saya Seruni!” titah Stenly yang paling tak suka diabaikan.

“Bukankah tadi saya sudah bilang kalau Dante bukan pacar saya! Jadi, apa masih perlu kamu menanyakan hal itu lagi kepada saya?”

“saya hanya perlu kejelasan saja,” jawab Stenly tanpa beban. "Biar saya antar kalau kamu mau pulang," lanjut Stenly karena merasa tidak tega melihat seorang wanita pulang sendirian. Apalagi sekarang sudah lewat tengah malam.

Kejahatan bisa saja kembali mengincar Seruni di luar sana. Stenly benar-benar tak ingin itu terjadi kembali.

"Jangan!” tolak Seruni. “Saya bisa pulang sendiri dan kamu lebih baik istirahat saja," ucap Seruni memberi saran. “Oh, iya. Terima kasih, sudah mau menolong saya tadi," lanjutnya sambil tersenyum tulus. Setelah itu Seruni segera keluar kamar dan meninggalkan kontrakan Stenly.

“Dasar wanita keras kepala!” gumam Stenly. Ia segera bangun dari posisi berbaring dan segera memakai kembali bajunya. Ia mengambil gawainya dan segera menghubungi William.

"Ya!"

"Siapkan mobil sekarang, lima menit aku keluar!" ucap Stenly memerintah lalu segera mengakhiri panggilan secara sepihak.

Dengan langkah cepat Stenly keluar dari kamar dan meninggalkan kontrakan. Ia segera masuk ke dalam mobil di mana William sudah bersiap melajukan mobil jika sudah mendapatkan perintah darinya.

"Ikuti dia, Will!" perintah Stenly begitu sudah duduk di kursi penumpang. “Dia itu wanita yang sangat keras kepala. Apa tidak takut terjadi sesuatu seperti tadi. Ini sudah lewat tengah malam dan dia menolak tawaranku untuk mengantarkannya pulang!” cerocos Stenly panjang lebar di depan William.

William langsung menjalankan mobil dengan pelan dalam keadaan lampu tidak menyala dengan tujuan agar tidak ketahuan kalau mereka sedang mengikuti Seruni yang terlihat sedang sibuk dengan gawainya. “Hanya karena wanita itu kamu jadi banyak bicara, Sten!” sindir William.

“Ck!’ Stenly berdecak menanggapi sindiran sahabatnya. "Dia tidak lihat mobil kamu ‘kan tadi?" tanya Stenly dengan pandangan lurus ke depan memerhatikan Seruni yang sedang berjalan sendirian di tengah gelapnya malam.

"Tentu saja tidak, aku ‘kan parkir di gang sebelahnya tadi," jelas William.

"Bagus!"

"Aku heran sama kamu, Sten!" ucap William akhirnya.

"Heran kenapa?"

"Apa pentingnya wanita itu sampai kamu rela babak belur demi menolong wanita itu, tadi. Apa sebelumnya kalian berdua memang sudah saling kenal?”

 Stenly menghela napas sebelum menjawab pertanyaan asisten sekaligus sahabatnya ini. "aku sama sekali belum mengenalnya. Aku hanya tidak tega melihat dia dikasari!" ujar Stenly menjelaskan.

"Sejak kapan kamu jadi orang yang tidak tegaan, Sten?" William sambil menggelengkan kepala.

William sebagai asisten sekaligus sahabat Stenly tentu saja  sudah paham dengan sikap tegas dan tidak pedulinya Stenly kepada orang lain jika mereka belum saling mengenal. Ia hanya akan peduli kepada orang-orang yang dikenalnya seperti, keluarga, sahabat dan kekasihnya yang kini sudah menjadi mantan-Kimberly.

Stenly adalah orang yang tega melakukan apa saja demi mendapatkan apa yang diinginkannya. 

"Apa aku terlihat aneh atau bahkan terlihat bodoh?" tanya Stenly yang sadar apa yang dikatakan William memang benar. Ini seolah bukan dirinya.

"Entahlah," jawab William mengangkat bahu. "Bisa jadi, keanehan kamu sekarang karena sedang frustasi diputusin sama Kimberly."

"Shiiit!" umpat Stenly saat nama Kimberly kembali disebut William. Ia jadi ingat saat asisten sekaligus sahabatnya mengirim sebuah video Kimberly sedang bersama pria lain setelah memutuskannya.

Stenly mengepalkan kedua tangannya saat dirinya kembali mengingat adegan Kimberly dan lelaki itu masuk ke dalam sebuah kamar hotel. Stenly bukanlah orang polos yang tidak tahu apa yang akan mereka lakukan setelah itu.

"Aku punya tugas lagi buat kamu, Will!” ucap Stenly  berusaha mengendalikan emosi dan sakit hatinya. “Cari sampai dapat lelaki yang tadi bersama Kimberly dan bawa dia kehadapanku!" perintah Stenly dengan suara datarnya. "Waktu kamu hanya satu hari!" lanjutnya tanpa berpikir.

 Stenly bersumpah akan membuat hidup pria itu hancur karena sudah berani mengambil miliknya.

"Hah! Yang benar saja, Sten!" protes William.

"Tidak ada protes, Will! Aku akan memberi kamu bonus jika kamu bisa melakukan tugasmu dengan baik," lanjut Stenly yang sudah paham dengan apa yang dipikirkan sahabatnya.

William langsung tersenyum saat Stenly membahas tentang bonus. “Baiklah. Nanti akan saya kerjakan, Boss!” 

“Dasar mata duitan!” sindir Stenly.

William hanya tertawa terbahak menanggapi sindiran boss-nya. Zaman sekarang mana ada manusia yang tidak mata duitan. Memang benar uang bukan segalanya. Tapi, segalanya butuh uang. Itulah yang dipikirkan William.

 Tidak ada obrolan lagi setelah itu. Mereka sama-sama diam sambil memperhatikan Seruni yang berjalan kaki sendiri tengah malam seolah tanpa rasa takut. 

"Jadi ini rumahnya?" ucap Stenly saat melihat wanita yang diikutinya memasuki gerbang sebuah rumah yang memiliki halaman luas.

"Sepertinya, iya,” jawab William sambil mematikan mesin mobil. 

"Ternyata, dia benar-benar sudah ditunggu," ucap Stenly saat melihat dua orang sedang duduk di kursi teras rumah di mana Seruni masuk. Ia meyakini pasti kedua orang itu adalah orang tua wanita yang ditolongnya.

"Apa kita sudah bisa pulang sekarang?" tanya William yang merasa urusan mereka di sini sudah selesai.

 "Tunggu sebentar, Will!" Stenly mencegah saat William hendak menyalakan mesin mobil. Ia bisa melihat kalau wanita yang ditolongnya itu sedang dimarahi seorang lelaki paruh baya yang Stenly duga adalah ayahnya Seruni.

"Tunggu apalagi, Stan?" 

"Jangan banyak tanya. Kamu tunggu di sini, jangan banyak protes!" ucap Stenky lalu segera turun dari mobil. 

Ia berjalan mengendap menuju gerbang rumah wanita itu untuk mencuri dengar apa yang sedang diributkan di dalam sana.

"Sudah gila kamu, Sten!" cibir William dari dalam mobil saat melihat tingkah aneh sahabatnya.

"Dari mana saja kamu! Hah!" bentak pria paruh baya kepada wanita yang diketahui Stenly bernama Seruni. "Kenapa kamu tidak pergi sama Dante!" lanjut bertanya dengan wajah merah penuh emosi.

Stenly yang melihat semua itu jadi merasa panas di telinga dan hatinya. Ia tak habis pikir ada seorang ayah yang sangat kasar pada anaknya.

"Pu—pulang kerja, Yah," jawab Seruni sambil menunduk takut.

"Jam segini baru pulang kerja? Kerja apa kamu? Jual diri!" bentak lelaki paruh baya itu lagi. Kali ini sambil melayangkan sebuah tamparan ke pipi Seruni.

Plakkk!

Awww!

Related chapters

  • LOVE BETWEEN TWO BELIEFS   RASA BERSALAH

    Plakkk!Awww!Seruni berteriak kesakitan sambil memegangi pipinya. Ia menangis.Tanpa sadar Stenly mengepalkan kedua tangannya saat melihat Seruni diperlakukan kasar oleh Ayahnya sendiri."Cukup, Jali!" bentak wanita paruh baya sambil mendorong tubuh ayah Seruni. "Jaga bicara Anda! Anak saya bukan orang seperti itu!" lanjutnya penuh amarah."Dia juga anak saya, Dewi!" ucap Jali tak mau kalah."Anda bilang anak? Saya tanya sama Anda! Orang tua seperti apa yang tega menuduh anaknya sendiri menjual diri! Dan lagi, orang tua seperti apa yang tega memaksa anaknya berhubungan dengan lelaki tak punya sopan santun hanya demi uang, hah!" teriak Dewi sambil menangis.Jali mendengus. "Apakah wajar anak perempuan seperti dia pulang hampir pagi seperti ini!" bentak pria paruh baya tidak mau kalah."Dia pasti punya alasan. Lagi pula, lebih baik Runi pulang terlambat daripada harus menuruti kemauan Anda yang pasti mema

    Last Updated : 2021-10-20
  • LOVE BETWEEN TWO BELIEFS   MENGHANCURKAN

    “Apa?”“Ini, tentang Kimberly!” ucapan William berhasil membuat Stenly seketika melupakan Seruni.“Ki—Kimberly? Apalagi yang kamu tahu tentang dia, Will?”William tak langsung menjawab pertanyaan Stenly. Ia lebih memilih melajukan mobilnya terlebih dahulu, meninggalkan rumah Seruni.“Will jawab aku!”“Sabar dulu, Sten,” ucap William. “Dari pengamatan Roy, sepertinya Kimberly memang sudah sejak lama berselingkuh. Aku yakin, selama ini dia hanya memanfaatkan harta kekayaan kamu saja dan sudah bisa disimpulkan kalau selama ini Kimberly tidak pernah cinta sama kamu, Sten,” ucap William dengan santai.William berbicara tanpa menoleh ke arah Stenly karena ia sedang fokus dengan jalanan di depannya.“Apa perkataan Roy bisa dipercaya seratus persen, Will?” tanya Stenly yang kembali memanas.“Roy, orang kepercayaanku, Sten.

    Last Updated : 2021-10-27
  • LOVE BETWEEN TWO BELIEFS   KENANGAN

    Stenly duduk termenung di balkon apartemennya. Perkataan William tadi tentang Kimberly terus mengganggu pikirannya. Ia tak menyangka Kimberly selama ini hanya memanfaatkannya dan bodohnya ia percaya itu."Will, datang ke apartemenku sekarang!" ucap Stenly memerintah melalui sambungan telepon. Sejak kabar kebangkrutannya mencuat Stenly lebih memilih untuk bekerja dari rumah untuk sementara."Tidak bisa kalau sekarang, Sten. Pekerjaan di kantor sangat menumpuk!" tolak William.Kamu itu aku yang gaji, jadi datang sekarang juga atau gajimu bulan ini kupotong,” kata Stenly mengancam."Astaga, Sten, bisa nggak sih, jangan ngancam? Entar siang deh, aku ke sana. Sebentar lagi ada rapat dengan pihak Perusahaan Welaku untuk membicarakan tentang pembatalan sementara rencana kerjasama kita dengan pihak mereka,” ucap William memberitahu."Oke!" jawab Stenly lalu mengakhiri pembicaraan mereka.“Kymberly!" lirih Stenly s

    Last Updated : 2021-11-18
  • LOVE BETWEEN TWO BELIEFS   MUSUH LAMA

    “Sekarang juga aku ke sana," ucap Stenly. Ia baru saja diberitahu William jika anak buahnya sudah berhasil menyekap selingkuhan Kimberly.“Akhirnya, sebentar lagi aku akan mengetahui siapa selingkuh Kimberly," ucap Stenly tersenyum devil. Ia langsung keluar dari apartemen dan turun ke bawah menuju basement di mana mobilnya terparkir. Stenly segera masuk ke dalam mobil, menyalakan dan melajukannya menuju rumah William.Hanya membutuhkan waktu lima belas menit untuk Stenly sampai ke rumah William. Ia segera turun dari mobil menghampiri William yang sudah menyambut kedatangannya."Selamat datang, Boss." William menyapa Stenly sambil membungkukkan badannya. Kali ini ia bersikap formal."Di mana dia?" tanya Stenly tanpa menghentikan langkah kakinya. Ia sudah tidak sabar bertemu dan melihat langsung seperti apa wajah selingkuhan Kimberly. Terlebih saat itu William sempat mengirimkan sebuah video di mana Kimberly dan selingkuhannya hendak masuk ke da

    Last Updated : 2021-12-04
  • LOVE BETWEEN TWO BELIEFS   KAMU KUAT, 'KAN?

    Stenly turun dari mobil dan masuk ke sebuah pub ternama untuk bermain billiar."Buatkan aku brainwash," ucap Stenly kepada bartender tanpa basa-basi saat sudah berada di meja bar dan segera diberi acungan jempol 'oke' sang bartender. Sambil menunggu minuman favorit hasil racikan sang bartender jadi, Stenly mulai memperhatikan orang-orang yang sedang asik bermain billiar."Sepertinya akan sangat menyenangkan bila bermain billiar lawannya seorang wanita," ucap Stenly sambil memegang dagunya sambil fokus melihat dua orang wanita sedang asik bermain billiar dengan wajah sesekali serius dan sesekali tertawa. Membuat Stenly penasaran dan berhasil melupakan masalahnya untuk sesaat."Pasti asik, Bang. Coba, deh, ajakin mereka berdua main bareng, Bang,” kata bartender yang sudah selesai membuatkan minuman pesanan Stenly dan di sajikan di meja bar.Stenly menoleh ke arah bartender. "Kamu yakin mereka berdua tidak akan menolak ajakanku?"“Tentu sa

    Last Updated : 2021-12-23
  • LOVE BETWEEN TWO BELIEFS   SUDAH TIDAK SABAR

    "Kamu mau kita ke hotel mana Tere?" tanya Stenly tanpa melihat ke arah Tere karena ia sedang fokus menyetir."Yakin, kamu tanya sama aku mau ke hotel mana?" tanya Tere dengan posisi duduk menghadap ke Stenly.Stenly mengangguk. "Yakin. Silakan pilih saja.”Bagi Stenly jangankan untuk menyewa hotel, langsung membelinya saja ia pasti mampu."Serius?" tanya Tere dengan mata berbinar. Wanita seksi ini bahkan sampai bergelayut manja di lengan Stenly saking girangnya."Serius!" jawab Stenly. "Pilih dan reservasi dari sekarang juga boleh. Jadi begitu kita sudah sampai sana, kita tidak perlu repot-repot lagi.”"Oke, kalau gitu aku mau kita ke Hotel Carton Rich dan aku reservasi dari sekarang. Aku harap kamu enggak akan menyesal karena sudah menawari aku," ucap Tere lalu segera membuka situs hotel tersebut untuk melakukan reservasi. Ia akan memesan k

    Last Updated : 2021-12-25
  • LOVE BETWEEN TWO BELIEFS   KEJUTAN TAK DIINGINKAN

    Stenly Sebastian Miller pria tampan berusia 28 tahun melangkahkan kakinya dengan penuh semangat memasuki ruangan VVIP sebuah restoran di mana wanita kesayangannya —Kimberly Manopo yang sudah lebih dulu menunggunya.Ia sudah terlambat setengah jam dari janji temunya bersama wanita kesayangannya. Bukan salahnya sebenarnya. Kekasihnya yang mendadak ingin bertemu. Padahal, hari ini jadwalnya sangat padat. Beberapa rapat sampai harus ia tinggalkan karena tak ingin mengecewakan sang kekasih. Stenly rela melakukan apa saja demi membuat wanita kesayangannya bahagia.“Sayang, maaf. Aku terlambat,” ucap Stenly lalu mengecup singkat bibir Kimberly yang tiba-tiba mendorong tubuhnya agar menjauh.“Stenly, cukup!”Stenly mengerutkan keningnya. Heran, karena merasa aneh dengan tingkah wanita kesayangannya. “Apa kamu marah karena aku datang terlambat?” tanya Stenly akhirnya.Kimberly menggeleng. “ Aku mau kita putus!

    Last Updated : 2021-09-19
  • LOVE BETWEEN TWO BELIEFS   KAMU PERGI, DIA MATI!

    “Lepaskan dia!”Stenly yang sudah tidak tahan akhirnya mencoba menghentikan sekelompok pria tak memiliki perasaan yang berhasil membuat ia merasa muak.Sontak saja sekelompok pria itu menoleh ke sumber suara di mana Stenly dengan santainya berjalan ke arah mereka. Tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. Matanya tanpa berkedip menatap ke arah gerombolan seolah sedang memberikan peringatan.“Lo, siapa! Berani-beraninya ikut campur urusan kita!” bentak salah satu pria saat Stenly sudah berjarak 1 meter dari mereka. Diperlihatkan wajah garangnya bertujuan untuk menakuti Stenly yang sama sekali tak bereaksi.“Saya adalah manusia yang kebetulan lewat dan kebetulan juga melihat tingkah laku tak ber — etika kalian kepada wanita ini,” jawab Stenly tanpa rasa takut.Diamatinya satu persatu wajah sekelompok pria itu agar jika terjadi sesuatu padanya nanti, ia bisa menuntut balas. Setidaknya itu yang dipi

    Last Updated : 2021-09-20

Latest chapter

  • LOVE BETWEEN TWO BELIEFS   SUDAH TIDAK SABAR

    "Kamu mau kita ke hotel mana Tere?" tanya Stenly tanpa melihat ke arah Tere karena ia sedang fokus menyetir."Yakin, kamu tanya sama aku mau ke hotel mana?" tanya Tere dengan posisi duduk menghadap ke Stenly.Stenly mengangguk. "Yakin. Silakan pilih saja.”Bagi Stenly jangankan untuk menyewa hotel, langsung membelinya saja ia pasti mampu."Serius?" tanya Tere dengan mata berbinar. Wanita seksi ini bahkan sampai bergelayut manja di lengan Stenly saking girangnya."Serius!" jawab Stenly. "Pilih dan reservasi dari sekarang juga boleh. Jadi begitu kita sudah sampai sana, kita tidak perlu repot-repot lagi.”"Oke, kalau gitu aku mau kita ke Hotel Carton Rich dan aku reservasi dari sekarang. Aku harap kamu enggak akan menyesal karena sudah menawari aku," ucap Tere lalu segera membuka situs hotel tersebut untuk melakukan reservasi. Ia akan memesan k

  • LOVE BETWEEN TWO BELIEFS   KAMU KUAT, 'KAN?

    Stenly turun dari mobil dan masuk ke sebuah pub ternama untuk bermain billiar."Buatkan aku brainwash," ucap Stenly kepada bartender tanpa basa-basi saat sudah berada di meja bar dan segera diberi acungan jempol 'oke' sang bartender. Sambil menunggu minuman favorit hasil racikan sang bartender jadi, Stenly mulai memperhatikan orang-orang yang sedang asik bermain billiar."Sepertinya akan sangat menyenangkan bila bermain billiar lawannya seorang wanita," ucap Stenly sambil memegang dagunya sambil fokus melihat dua orang wanita sedang asik bermain billiar dengan wajah sesekali serius dan sesekali tertawa. Membuat Stenly penasaran dan berhasil melupakan masalahnya untuk sesaat."Pasti asik, Bang. Coba, deh, ajakin mereka berdua main bareng, Bang,” kata bartender yang sudah selesai membuatkan minuman pesanan Stenly dan di sajikan di meja bar.Stenly menoleh ke arah bartender. "Kamu yakin mereka berdua tidak akan menolak ajakanku?"“Tentu sa

  • LOVE BETWEEN TWO BELIEFS   MUSUH LAMA

    “Sekarang juga aku ke sana," ucap Stenly. Ia baru saja diberitahu William jika anak buahnya sudah berhasil menyekap selingkuhan Kimberly.“Akhirnya, sebentar lagi aku akan mengetahui siapa selingkuh Kimberly," ucap Stenly tersenyum devil. Ia langsung keluar dari apartemen dan turun ke bawah menuju basement di mana mobilnya terparkir. Stenly segera masuk ke dalam mobil, menyalakan dan melajukannya menuju rumah William.Hanya membutuhkan waktu lima belas menit untuk Stenly sampai ke rumah William. Ia segera turun dari mobil menghampiri William yang sudah menyambut kedatangannya."Selamat datang, Boss." William menyapa Stenly sambil membungkukkan badannya. Kali ini ia bersikap formal."Di mana dia?" tanya Stenly tanpa menghentikan langkah kakinya. Ia sudah tidak sabar bertemu dan melihat langsung seperti apa wajah selingkuhan Kimberly. Terlebih saat itu William sempat mengirimkan sebuah video di mana Kimberly dan selingkuhannya hendak masuk ke da

  • LOVE BETWEEN TWO BELIEFS   KENANGAN

    Stenly duduk termenung di balkon apartemennya. Perkataan William tadi tentang Kimberly terus mengganggu pikirannya. Ia tak menyangka Kimberly selama ini hanya memanfaatkannya dan bodohnya ia percaya itu."Will, datang ke apartemenku sekarang!" ucap Stenly memerintah melalui sambungan telepon. Sejak kabar kebangkrutannya mencuat Stenly lebih memilih untuk bekerja dari rumah untuk sementara."Tidak bisa kalau sekarang, Sten. Pekerjaan di kantor sangat menumpuk!" tolak William.Kamu itu aku yang gaji, jadi datang sekarang juga atau gajimu bulan ini kupotong,” kata Stenly mengancam."Astaga, Sten, bisa nggak sih, jangan ngancam? Entar siang deh, aku ke sana. Sebentar lagi ada rapat dengan pihak Perusahaan Welaku untuk membicarakan tentang pembatalan sementara rencana kerjasama kita dengan pihak mereka,” ucap William memberitahu."Oke!" jawab Stenly lalu mengakhiri pembicaraan mereka.“Kymberly!" lirih Stenly s

  • LOVE BETWEEN TWO BELIEFS   MENGHANCURKAN

    “Apa?”“Ini, tentang Kimberly!” ucapan William berhasil membuat Stenly seketika melupakan Seruni.“Ki—Kimberly? Apalagi yang kamu tahu tentang dia, Will?”William tak langsung menjawab pertanyaan Stenly. Ia lebih memilih melajukan mobilnya terlebih dahulu, meninggalkan rumah Seruni.“Will jawab aku!”“Sabar dulu, Sten,” ucap William. “Dari pengamatan Roy, sepertinya Kimberly memang sudah sejak lama berselingkuh. Aku yakin, selama ini dia hanya memanfaatkan harta kekayaan kamu saja dan sudah bisa disimpulkan kalau selama ini Kimberly tidak pernah cinta sama kamu, Sten,” ucap William dengan santai.William berbicara tanpa menoleh ke arah Stenly karena ia sedang fokus dengan jalanan di depannya.“Apa perkataan Roy bisa dipercaya seratus persen, Will?” tanya Stenly yang kembali memanas.“Roy, orang kepercayaanku, Sten.

  • LOVE BETWEEN TWO BELIEFS   RASA BERSALAH

    Plakkk!Awww!Seruni berteriak kesakitan sambil memegangi pipinya. Ia menangis.Tanpa sadar Stenly mengepalkan kedua tangannya saat melihat Seruni diperlakukan kasar oleh Ayahnya sendiri."Cukup, Jali!" bentak wanita paruh baya sambil mendorong tubuh ayah Seruni. "Jaga bicara Anda! Anak saya bukan orang seperti itu!" lanjutnya penuh amarah."Dia juga anak saya, Dewi!" ucap Jali tak mau kalah."Anda bilang anak? Saya tanya sama Anda! Orang tua seperti apa yang tega menuduh anaknya sendiri menjual diri! Dan lagi, orang tua seperti apa yang tega memaksa anaknya berhubungan dengan lelaki tak punya sopan santun hanya demi uang, hah!" teriak Dewi sambil menangis.Jali mendengus. "Apakah wajar anak perempuan seperti dia pulang hampir pagi seperti ini!" bentak pria paruh baya tidak mau kalah."Dia pasti punya alasan. Lagi pula, lebih baik Runi pulang terlambat daripada harus menuruti kemauan Anda yang pasti mema

  • LOVE BETWEEN TWO BELIEFS   JUAL DIRI

    "Tunggu apa lagi, cepat obati seluruh tubuh saya!" perintah Stenly tanpa rasa malu dengan posisi sudah berbaring di atas kasur busa."Mengobati seperti apa maksud kamu?" tanya Seruni gugup. Ia bahkan sampai menjatuhkan kotak P3K dari tangannya. Entah mengapa ada rasa takut berlebih. Ia selalu berpikir jika Stenly akan melakukan hal yang sama seperti Dante.“Apa perlu saya memberikan contoh sama kamu cara mengobati tubuh saya?” ujar Stenly. Ia sedikit kesal melihat respon yang diberikan Seruni.“Perlu. Agar saya tidak salah paham,” jawab Seruni sambil mengambil kotak P3K yang dijatuhkannya di lantai.Stenly mendengus mendengar jawaban Seruni. “Cepat lanjutkan mengompres semua luka dan memar yang ada di seluruh tubuh dan wajah saya," ucap Stenly akhirnya.Seruni mengembuskan napas lega. Setidaknya apa yang ditakutkannya tidak menjadi kenyataan. Itulah yang ia tangkap dari ucapan Stenly dan entah mengapa dirinya per

  • LOVE BETWEEN TWO BELIEFS   TUBUH BERSENTUHAN

    Seruni merasa kepayahan memapah Stenly yang tubuhnya jauh lebih besar daripada dirinya. Ia langsung saja membantu Stenly untuk duduk di kursi yang ada di ruang tamu. Napasnya ngos-ngosan karena kelelahan. "Aduh!" Stenly mengaduh karena kaget saat terduduk di kursi yang material terbuat dari kayu. Ia yang terbiasa duduk di atas sofa empuk jadi salah tingkah saat sadar sudah memberikan reaksi berlebihan di hadapan Seruni. "Kamu kenapa? Mana yang sakit?" tanya Seruni khawatir. “Tidak ada yang sakit. Hanya saja kursi ini keras sekali. Saya merasa tidak nyaman duduk di sini.” Seruni mengerutkan keningnya. "Kamu berbicara seolah tidak terbiasa duduk di kursi ini?" "Bukan begitu! Tentu saja saya terbiasa duduk di sini. Hanya saja kali ini beda rasanya karena tubuh saya sekarang sedang sakit semua," kata Stenly memberi alasan."Oh!” Singkat Seruni memberi respon. “Jadi, sekarang mana dapurnya?” tanya Seruni tiba-ti

  • LOVE BETWEEN TWO BELIEFS   BUKAN SALAH DIA

    Mereka berjalan menuju kontrakan yang diakui Stenly sebagai miliknya. Seruni mengikuti dari belakang dengan perasaannya kian cemas saat mengingat kata-kata pria yang sudah menolongnya tadi."Di sini tempatnya?" Stenly berbisik kepada William dengan suara sangat pelan saat sudah berada di teras sebuah kontrakan berukuran 3x3 meter tersebut.Bangunan itu tak lebih luas dari pos satpam di rumahnya. Dindingnya terbuat dari kayu dengan beberapa lubang terlihat di sana. Sungguh Stenly ingin sekali mengutuk asisten sekaligus sahabatnya yang tak betul mencarikan kontrakan."Jangan protes! Hanya tempat ini yang bisa aku dapatkan dalam waktu sesingkat ini!" kata William juga ikut berbisik.“Setidaknya carilah tempat yang lebih layak. Tempat ini lebih pantas dibilang kandang daripada kontrakan!” lanjut Stenly berbisik.“Salah sendiri kenapa kau tidak mengajaknya pulang ke apartemen saja tadi. Malah memilih ribet mencari kontrakan segala.&rdq

DMCA.com Protection Status