Richard memandangi sosok Pak Burhan dengan penasaran, membuatnya seperti anak kecil yang baru pertama kali melihat sirkus, dan wajahnya memancarkan ekspresi kebingungan.
Richard tak menyangka jika Pak Burhan sampai mau repot-repot menunggunya di saat-saat seperti ini.
Pak Burhan berjalan dengan acuh tak acuh ke arah Richard. "Sepertinya kamu sudah sangat nyaman di tempat barumu."
Richard menjawab dengan datar. "Saya tak pernah nyaman di tempat ini, tapi kalau Pak Burhan mau mengajak saya pindah ke bagian pemasaran, saya tidak akan menolak."
Setelah mendengar perkataan Richard, suara tawa mengejek terdengar dari Pak Burhan. "Mengajakmu? Jangan terlalu berharap soal itu, karena saya tak akan lama disitu."
Richard curiga dengan kehadiran Pak Burhan saat ini, dia pasti menemuinya bukan untuk bereuni, pasti ada yang lebih penting dari itu.
"Mengapa kita tida
"Hah...lihat siapa yang datang?." Teriak salah satu asisten yang mengepung Mursalim.Terlihat dia yang paling dominan, dari sikapnya Maman menyimpulkan orang ini merupakan pemimpin atau yang dituakan dari kelompok asisten itu."Jelas aku datang jika kalian membuat masalah di lokasi ini." Kata Maman dengan tegas dan percaya diri.Melihat Maman ada dilokasi sekarang, Mursalim segera menuju ke arah Maman. Begitu berada di dekat Maman ia segera membungkuk meminta maaf."Maafkan saya Pak Maman, bukan maksud saya membuat masalah."Sambil tetap memandang dengan dingin ke arah para asisten yang kini mulai mendekatinya, Maman bertanya ke Mursalim. "Bagaimana kejadiannya, apa kamu diprovokasi?.""Sesuai instruksi Bapak, saya memata-matai mereka terutama gerak-gerik mereka saat bekerja, saat saya menemukan banyak kesalahan dan hendak melapor ke Bapak, mereka mence
Sesaat setelah Mursalim keluar dari ruang kerjanya, Maman kemudian menghubungi Pak Sumardi melalui ponselnya, ia merasa harus harus berterima kasih atas dukungan Pak Sumardi yang mengerahkan petugas keamanan untuk mengusir para asisten pembangkang itu."Halo?.""Selamat siang Pak Sumardi?.""Selamat siang juga Maman, ada apa?.""Saya cuma mau mengucapkan terima kasih untuk bantuan Bapak barusan."Pak Sumardi yang menerima telepon dari Maman saat ia baru saja masuk ke ruang kerjanya setelah menemui beberapa rekanan bisnis, ia langsung paham bantuan apa yang dimaksud Maman."Kau tak perlu berterima kasih soal itu, saya hanya perlu melindungi karyawan potensial seperti kamu.""Tapi Pak Sumardi tahu dari mana soal pembangkangan para asisten itu?." Maman masih penasaran jadi ia perlu meperjelas hal tersebut."Aku punya banyak mata dan telinga di lokasi produksi, dan aku suka cara dan ketegasanmu
Setelah menenangkan diri, Pak Burhan kemudian pergi meninggalkan lokasi bagian produksi tanpa berkata-kata lagi ke petugas keamanan. Dengan gusar ia lalu masuk ke dalam mobilnya kemudian melesat pergi.Saat Pak Burhan sampai di kafe tempat dia dan Richard bersantai sebelumnya, ia melihat Richard sudah tidur dengan kepala tertelungkup diatas meja. Ia lalu mendekati pria tersebut sambil menggeleng-gelengkan kepala."Maaf Pak, teman anda ini dari tadi mabuk dan sudah tidak bisa berdiri. Kami tidak tahu lagi cara untuk menyadarkannya." Seorang pelayan kafe datang menemui Pak Burhan.Pak Burhan mendengus dingin. "Huh...biarkan saja dia begitu, kalau menurutmu dia mengganggu pemandangan buang saja ia dijalanan!." Ia kemudian meninggalkan tempat itu dan tak perduli lagi dengan Richard.Baru saja Pak Burhan hendak menstater mobilnya, tiba-tiba ponselnya bergetar. Ada panggilan masuk ke nomernya, setelah ia melihat tampilan nama kontak yang memangg
Sementara itu.Di ruang kerja koordinator tim data control, Simon masih berkutat mengerjakan laporan harian data control, sejumlah data yang masuk per hari itu ia periksa dengan teliti. Keningnya beberapa kali berkerut, sepertinya ada yang salah dari pemasukan data hari ini. Ia mencoba membandingkannya dengan pemasukan data dua hari terakhir, namun masih tetap aneh pergerakan data hari ini.Simon kemudian mengingat-ingat, peristiwa seperti ini pernah ia alami saat Maman masih jadi koordinator tim data control. Sepertinya peristiwa lalu terulang kembali, tetapi bukankah personil tim data control saat ini orang-orang baru semua?. Berarti ada personil yang berbuat curang.Bagaimanapun ini tidak bisa dibiarkan, mungkin personil yang direkrut masih belum mampu memahami alur kerja pengambilan data, atau personil itu memang melakukan kesalahan secara sengaja?. Simon kembali mengamati secara seksama tampilan data yang ia curigai
Kata-kata Pak Suryawan membuat Pak Sumardi semakin bersemangat untuk selalu memberikan tugas-tugas berat ke Maman. Perusahaan ini membutuhkan sosok pemimpin seperti Maman untuk bisa membawa perusahaan ke arah yang lebih baik dan maju. Hanya saja untuk saat ini Maman masih perlu banyak belajar dan ujian, masih ada beberapa tahap lagi untuk membuat Maman sampai ke posisi yang ditargetkan Pak Suryawan dan Pak Sumardi.Pak Sumardi yakin hanya butuh beberapa ujian lagi untuk Maman.
Setelah berkata, Briptu Muthalib dengan tenang namun mengintimidasi kemudian mendekati Gordo sambil berkata. "Mumpung kita berdua saat ini sama-sama punya waktu dan kesempatan, jadi sebaiknya jangan mempersulit."Beberapa anak buah Gordo paham apa yang dimaksud oleh Briptu Muthalib, karena itu mereka berusaha memberikan perlindungan ke Gordo dengan membentuk pagar manusia yang mengelilingi Gordo."Maaf Pak polisi, sebaiknya hal itu kita lupakan. Lagipula tujuan saya kesini h
Pak Suryawan memandang Pak Rudy dengan tatapan sinis.Semenjak Pak Rudy naik menjadi pemimpin keluarga besar Pratama, Pak Suryawan sudah menarik batas jelas antara dirinya dan keluarga besar tersebut. Meskipun perusahaan yang dipimpin Pak Suryawan merupakan salah satu bagian dari Pratama Grup, namun posisi Pak Suryawan terlalu kokoh untuk digoyahkan oleh mereka. Banyak hal yang membuat keluarga besar Pratama tidak mau mendongkel posisi Pak Suryawan, salah satunya adalah masalah kepemilikan saham.Para perwakilan anggota keluarga yang hadir ditempat itu menatap ke arah Pak Suryawan, meskipun Pa
Pria tersebut menatap dengan sombong ke arah Maman, ia merasa Maman hanyalah seorang tamu tak diundang."Kamu siapa? Sepertinya sampai hari ini belum ada pengangkatan pimpinan dan staff level satu!?." Kata pria tersebut dengan nada sinis mengejek.Winda hendak berkata namun segera Maman menyentuh tangannya, seketika nada suara Winda tercekat. Maman menyentuh tangan Winda hanya untuk mencegah Winda berbicara terlalu banyak, Maman tak mau repot-repot memberi penjelasan ke pria sombong yang ada didepannya. Sementara dalam hati Winda semakin bergejolak karena sentuhan Maman dikulitnya membangkitkan rasa dan gairah yang membuat Winda seperti kehilangan kesadaran sejenak.Segera, Maman berdiri langsung berhadapan dengan pria tersebut. Ia mengawasi setiap detil tubuh dan gerak-gerik pria sombong itu."Sepertinya kita memang belum pernah bertemu, mungkin kita bisa saling mengenal?." Kata Maman dengan tenang.