Kata-kata Pak Suryawan membuat Pak Sumardi semakin bersemangat untuk selalu memberikan tugas-tugas berat ke Maman. Perusahaan ini membutuhkan sosok pemimpin seperti Maman untuk bisa membawa perusahaan ke arah yang lebih baik dan maju. Hanya saja untuk saat ini Maman masih perlu banyak belajar dan ujian, masih ada beberapa tahap lagi untuk membuat Maman sampai ke posisi yang ditargetkan Pak Suryawan dan Pak Sumardi.
Pak Sumardi yakin hanya butuh beberapa ujian lagi untuk Maman.
Setelah berkata, Briptu Muthalib dengan tenang namun mengintimidasi kemudian mendekati Gordo sambil berkata. "Mumpung kita berdua saat ini sama-sama punya waktu dan kesempatan, jadi sebaiknya jangan mempersulit."Beberapa anak buah Gordo paham apa yang dimaksud oleh Briptu Muthalib, karena itu mereka berusaha memberikan perlindungan ke Gordo dengan membentuk pagar manusia yang mengelilingi Gordo."Maaf Pak polisi, sebaiknya hal itu kita lupakan. Lagipula tujuan saya kesini h
Pak Suryawan memandang Pak Rudy dengan tatapan sinis.Semenjak Pak Rudy naik menjadi pemimpin keluarga besar Pratama, Pak Suryawan sudah menarik batas jelas antara dirinya dan keluarga besar tersebut. Meskipun perusahaan yang dipimpin Pak Suryawan merupakan salah satu bagian dari Pratama Grup, namun posisi Pak Suryawan terlalu kokoh untuk digoyahkan oleh mereka. Banyak hal yang membuat keluarga besar Pratama tidak mau mendongkel posisi Pak Suryawan, salah satunya adalah masalah kepemilikan saham.Para perwakilan anggota keluarga yang hadir ditempat itu menatap ke arah Pak Suryawan, meskipun Pa
Pria tersebut menatap dengan sombong ke arah Maman, ia merasa Maman hanyalah seorang tamu tak diundang."Kamu siapa? Sepertinya sampai hari ini belum ada pengangkatan pimpinan dan staff level satu!?." Kata pria tersebut dengan nada sinis mengejek.Winda hendak berkata namun segera Maman menyentuh tangannya, seketika nada suara Winda tercekat. Maman menyentuh tangan Winda hanya untuk mencegah Winda berbicara terlalu banyak, Maman tak mau repot-repot memberi penjelasan ke pria sombong yang ada didepannya. Sementara dalam hati Winda semakin bergejolak karena sentuhan Maman dikulitnya membangkitkan rasa dan gairah yang membuat Winda seperti kehilangan kesadaran sejenak.Segera, Maman berdiri langsung berhadapan dengan pria tersebut. Ia mengawasi setiap detil tubuh dan gerak-gerik pria sombong itu."Sepertinya kita memang belum pernah bertemu, mungkin kita bisa saling mengenal?." Kata Maman dengan tenang.
Selama beberapa jam, acara tersebut berlangsung dengan semarak. Sayangnya Maman tidak bisa menikmati suasana meriah di gedung tersebut, satu-satunya yang mampu membuatnya betah bertahan karena kehadiran Winda yang duduk disebelahnya.Melihat Maman yang terlihat menatap kosong ke arah panggung, padahal penyanyi yang menghibur diatas panggung tersebut mampu membuat beberapa orang penonton bertepuk tangan sambil bersorak gembira, Winda kemudian bertanya ke Maman."Kamu tidak apa-apa, Maman?."Suara lembut Winda mampu menembus riuhnya suasana dan masuk ke telinga Maman sehingga menyadarkann
Maman terus menatap tajam dengan aura mengancam ke arah para pria tersebut, dia menunggu reaksi selanjutnya dari mereka."Siapa yang menyuruh kalian melakukan ini?." Tanya Maman tegas.Keenam pria tersebut saling berpandangan tak tahu mau berbuat apa, dengan tenang Maman menuju ke arah salah satu dari mereka. Maman memilih yang terlihat paling tegap.Sontak para pria tersebut kemudian bereaksi dan memasang posisi bertahan. Me
"Pak Maman, kami sudah berhasil memperoleh keterangan yang cukup sebagai barang bukti dari para pelaku. Hari ini kami akan menangkap orang yang bernama Hans itu." Baru saja Maman masuk dan duduk diruang kerjanya, Briptu Muthalib menelepon untuk menginfokan hal tersebut.Maman mengapresiasi kinerja Briptu Muthalib dan timnya, mereka bekerja dengan cepat dan tepat kali ini."Terima kasih Pak Thalib, saya sungguh gembira mendengarnya.""Oh ya untuk dua kasus sebelumnya
Maman hendak mencegah Pak Sumardi untuk keluar ruangan, ia akan merasa lebih santai jika Pak Sumardi ada diantara dirinya dengan Pak Suryawan. Sayangnya ia kehilangan kesempatan untuk melakukan hal itu dan hanya memandang dengan kecewa saat Pak Sumardi menutup pintu dari luar."Maman, kamu apa kabar?."Maman menatap kearah Pak Suryawan dengan ekspresi dingin, sambil berkata. "Saya baik-baik saja.""Maman, kupikir saat ini tug
Betapapun terkejutnya Maman saat melihat kedua sosok tersebut ada di depan pintu ruang kerjanya, ia buru-buru segera menaiki tangga untuk menemui mereka. Kehadiran kedua sosok tersebut secara bersamaan pasti berkaitan dengan sesuatu yang penting.Segera, Maman sudah berhadapan dengan kedua sosok tersebut. Meskipun sedikit lelah karena harus menaiki tangga secara terburu-buru ia tetap tersenyum sambil bertanya."Eh tumben kalian berdua ada disini?."Dua orang yang menunggu Maman dari tadi adalah Simon dan Mursalim."Bukannya tadi Pak Maman yang menyuruh kami kesini?." Mursalim mengingatkan Maman soal pesan singkat yang masuk ke ponselnya yang meminta dia sehabis jam istirahat agar segera ke ruang kerjanya."Astagaa!!!." Maman menepuk jidatnya, bagaimana ia bisa lupa?. Dia memang berencana untuk mengadakan diskusi kecil bersama Simon dan Mursalim soal pembenahan sistem yang ada di