Tiga hari kemudian.Keadaan Husein mulai membaik. Ia kembali mengumpulkan para istrinya untuk mendengarkan keputusan darinya.Khana dan Areta duduk bersebelahan di sofa, sedangkan Flo bersama sang mertua juga turut hadir."Saya minta kalian semua berkumpul, karena saya akan mengumumkan berita penting. Setelah saya menimbang-nimbang lagi tentang semua yang terjadi, maka saya bisa simpulkan, kalau kerenggangan dan hilangnya keharmonisan di rumah ini bermula saat saya menikahi Flo. Jadi, dengan kesadaran penuh saya ingin mengembalikan keadaan seperti sebelumnya," papar Husein panjang lebar.Ros dan Flo saling melempar pandangan. Keduanya menjadi sangat tegang mencerna makna dari ucapan Husein tersebut."Apa maksudmu, Husein? Ibu rasa semua ini tidak ada sangkutannya dengan, Flo!""Hem, jelas ada, Bu. Nona Khana dan Areta sudah rukun dan saling menerima. Lalu, masuknya Flo dengan kecelakaan itu membuat hidup saya kacau dan tak lagi ada keharmonisan."Areta menatap malas ke arah Flo. Ia me
Saat Dokter kandungan datang, hasil dari pemeriksaan memang menyatakan Khana positif hamil. Huseim sangat senang mendengar kabar bahagia itu, tetapi tidak dengan Areta. Ia takut Husein melanggar janji untuk kesekian kali, sebab selama ini cintanya pada Khana begitu besar."Akhirnya apa yang Nona damba sudah terwujud," ujar Husein seraya membelai lembut pucuk kepala sang selirnya."Iya, Tuan. Aku sangat bahagia. Aku juga akan segera menjadi seorang Ibu," sahut Khana dengan binar mata yang berkaca-kaca."Luar biasa," sambung Ros. "Ibu akan memiliki 3 sekaligus Cucu dalam tahun ini.""Tak masalah, Bu. Biar rumah semakin ramai," tambah Flo.Husein tersenyum kaku. Ia hanya mengharapkan keturunan dari Areta dan Khana saja, tetapi malah Flo mengandung benih darinya. Walau pun kenyataannya itu bukan bagian dari Husein, teapi siapa yang tahu?__Empat bulan telah berlalu, kini Areta sudah waktunya melahirkan. Ia dibawa ke rumah sakit dan menjalani lahiran secara normal.Kurang lebih dua jam i
Setelah beberapa hari kemudian, Husein mengumpulkan para istrinya untuk diberikan peringatan tentang bagaimana nantinya mereka bersikap.Khana dan Flo sama-sama sedang memangku Anak masing-masing. Sementara bayi Areta sudah mulai pandai diajak bercanda, karena usianya memasuki lima bulan."Saya sengaja meminta kalian semua berkumpul, sebab Putri-putri kalian akan membesar dan tentunya akan tersorot keluar. jadi, saya ingin memperingati satu hal yang teramat penting," ujar Husein menjeda sejenak kalimatnya."Dengan itu, saya sampaikan sejelas-jelasnya pada kau Flo, dan dirimu juga Nona Khana. Arabella dan Rivania tak boleh menggunakan statusnya sebagai Putri saya jika di luar! Dunia tak boleh tahu, sebab ada Arsya yang harus saya lindungi perasaannya dari banyak pertanyaan di luaran nanti," lanjut Husein.Mata Khana seketika membesar mendengar penuturan dari sang suami. Sungguh itu tidak adil bagi Arabella kelak. Begitu juga dengan Flo, ia hendak berontak, tetapi tak berdaya. Terlebih
Seperginya Ara dan Arsya, kini Khana kembali ke dalam kamarnya. Khana memang yang paling muda di antara Areta dan Flo. Usinya saat ini baru memasuki 40 tahun. Sedangkan Areta sudah 47, Flo 48, dan Husein 52 tahun.Khana merias diri di depan cermin besar di dalam kamarnya. Wajahnya yang masih tampak segar dan cantik membuatnya berpikir, apa dia harus pergi saja mencari kebahgiaan lain. Sebab ia tak bahagia mendapati Putrinya harus mengalah setiap hari.Hati Khana sakit. Kemudian, bayangan laki-laki misterius yang menghilang begitu saja saat kejadian puluhan tahun lalu itu kembali muncul dalam benaknya."Siapa dia? Kenapa dia pergi dan aku bahkan tak menemukan jawaban apa-apa tentang identitasnya. Ah, waktu sudah berjalan sangat jauh, tapi aku masih saja memikirkan tentang siapa orang itu," gumamnya seraya menyisir rambut panjang yang ikal tergerai tersebut.Tok! Tok!Ketukan pintu membuyarkan lamunan Khana tentang masa yang telah silam. Ia bangkit dan membukanya."Nyonya Areta, ada apa
Saat jam pulang kampus, Raka sengaja menunggu di depan gerbang Universitas tempat Arabella belajar. Ia ingin memberanikan diri menyapa, sebab selama ini Raka hanya memperhatikan dari kejauhan saja.Ara keluar dengan mengendarai mobil mewah bewarna yellow. Raka mencoba menghentikannya menggunakan isyarat tangan yang melambai."Minggirlah! Aku pernah melihatmu beberapa kali menatap serius ke arah kampus ini. Apa kau ingin pindah? Jika, benar pergilah urus dan jangan menggangguku," ujar Ara lantang.Raka tersenyum kaku. Sikap Ara yang jutek malah membuatnya semakin gemas."Hem, maaf. Aku butuh tumpangan, karena Ayahku belum datang menjemput. Apa boleh aku ikut denganmu?"Terdengar konyol bagi Ara, sebab dirinya tidak megenal sosok Raka. Lalu dengan mudahnya Raka meminta bantuan padanya."Memangnya aku sopir taksi? Dasar cowok aneh," cibir Ara, detik berikutnya ia menacap gas dan melaju meninggalkan Raka yang masih terpaku.Tak lama, mobil Arsya pula yang hendak keluar. Ia melihat seorang
Lama dua gadis cantik itu berbincang, hingga akhirnya Arsya mengungkap tentang sosok yang membuatnya jatuh cinta."Namanya, Raka!" lirih Arsya malu-malu.Ara menyipitkan matanya seraya berpikir, 'Siapa Raka?'"Kau pasti mengenalnya, bukan? Mahasiswa seberang kampus kita yang populer itu," ujar Arsya pula."Aku tak tahu siapa dia. Hem, tapi aku jadi penasaran. Seberapa hebatnya dia sampai membuatmu seperti orang gila begini," sahut Ara.Arsya tertawa lepas. Ia benar-benar mabuk kepayang dengan pesona Raka.__Malam harinya semua berkumpul di meja makan rumah utama. Khana dan Ara selalu diundang untuk turut bergabung, karena waktu makan Husein tak mau ada anggota keluarganya yang kurang. Kecuali Flo, sebab istri ketiganya itu masih tak ada di hatinya."Apa tanggapan teman-temanmu di kampus tadi, Arsya?" tanya Husein dengan suara yang lembut."Mereka semuanya kagum padamu, Papa. Arsya sangat baangga," ujar Arsya antusias."Syukurlah. Hem, Ara kenapa diam saja, sayang?""Gapapa. Ara juga
Suasana di kamar itu mendadak hening. Areta mengerti dengan maksud ucapan sang suami.Andai memang hanya ada Ara, maka bukan perkara sulit mengakuinya. Areta juga menyayangi gadis manis yang baik hatinya itu."Takdir terkadang memang seperti menguji kita, sayang. Entah kesabaran mana yang akan membuahkan hasil yang manis nantinya," papar Husein.Areta dan Husein saling menguatkan. Penyesalan tidaklah ada gunanya lagi bagi mereka. Berserah serta berpasrah mungkin kata itu saja yang mampu diterapkan dalam hati masing-masing..Sementara di sisi lain, Raka bercerita kepada sang Ayah tentang sosok gadis cantik yang kini tengah dipuja-pujanya. gadis yang berlesung pipi di sebelah kirinya."Benarkah secantik itu?" tanya sang Ayah antusias mendengarkan curhatan Raka.Ayahnya itu adalah Dokter Hans. Seorang lelaki tampan yang menduda saat Putranya lahir kedunia. Iastrinya Rahma meninggal ketika melahirkan Raka.Rahma dan dirinya dijodhkan, Dokter Hans tak bisa menolak, sebab mengharapkan Khan
"Arsya, nanti jam istirahat aku traktir makan siang di depan sana, ya! Kamu bisa nggak?" Raka sengaja menanyakan hal itu di hadapan Ara, sebab ia ingin gadis pujaannya turut serta.Mata Arsya berbinar-binar mendengar ajakan yang tak mungkin bisa ditolaknya itu. Namun, ia memutar otak agar terlihat sedikit jual mahal."Bisa sih kalau memang nanti ada waktu luang. Bagaimana kalau kau tinggalkan nomormu? Nanti aku hubungi kalau jadi.""Boleh. Ini, catat!"Keduanya saling bertukar nomor telepon. Ara bagai obat nyamuk berada di antara keduanya. Padahal tujuan Raka mendekati dan berteman baik dengan Arsya adalah untuk bisa dekat pula dengan Ara."Oya, temanmu ini ajak sekalian. Aku lebih suka makan beramai-ramai," ujar Raka.Ara mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh, kemudian ia berlalu.__Di dalam kelas, Bagas mencoba menghampiri Ara dan Arsya yang duduk bersebelahan."Hay, dua wanita paling manis di kampus! Kayaknya ada yang beda pada Putri raja satu ini. Wajahmu tampak lebih ceria da