Suasana makan malam menjadi sangat tegang. Areta mulai meneteskan air matanya ketika tuduhan demi tuduhan terlontar dari mulut Husein untuknya."Cukup, Nona Khana! Kau sudah puas sekarang? Apa kau sengaja mengungkit perpisahan dengan alasan diri saya? Kau benar-benar pintar," ujar Areta menunjuk-nunjuk ke wajah Khana geram."Aku sama sekali tak pernah punya pikiran seperti itu, Nyonya. Sungguh, aku memang ingin segera terlepas dari ikatan ini karena hatiku sendiri yang sudah terlalu lelah," sahut Khana dengan cepat.Husein pusing mendengar perdebatan malam ini. Ia tak terima dengan keputusan Khana. Jadi, ia akan menyalahkan siapa saja. Karakter Husein memang suka semena-mena."Saya tidak ingin membahas perihal perpisahan. Antara kau dan Areta tak akan ada yang saya lepaskan. Tolong, jangan membuat saya semakin marah!" papar Husein.Ros tentunya tidak akan diam saja menonton setiap adegan keributan yang berlangsung. Ia turut membuka suara dan berkata, "Husein, Putraku ... jika, seorang
Setelah dokter datang dan selesai memeriksa Flo, Husein segera keluar tanpa basa-basi lagi dengan menanyakan keadaan istri ketiganya.Ros menyusul sang Putra. Meminta sedikit pengertian serta perhatian sebagai bentuk kewajiiban karena Flo juga adalah tanggung jawabnya."Husein, tunggu! Ibu ingin bicara sebentar," ujar Ros menahan Husein yang hendak masuk ke dalam kamarnya."Mau bicara soal apa, Bu? Saya sedang lelah, dan saya tak ingin mendengar hal yang bisa menambah berat beban pikiran saya!""Hem, Ibu memang mau membahas hal serius. Ini penting, Husein. Ibu tak mungkin berdiam saja menyaksikan bagaimana sikap dinginmu pada, Flo! Itu tidak adil. Seperti tadi, kau tahu dia sedang tak sehat. Harusnya kau tidur di kamarnya dan menemaninya, Husein."Husein menghela napas kasar. Ia tak suka membicarakan tentang Flo. Sebab di hatinya tak ada tempat untuk wanita tersebut."Ibu ... harus berapa kali saya mengulang ucapan saya tentang ini?""Ibu mengerti, Husein. Kau memang tak menyukai Flo,
Sepulangnya Khana ke rumah, ternyata Ros dan Flo mendapat bukti lagi tentang pertemuan antara dirinya dan Dokter Hans."Husein, istri kesayanganmu sudah pulang, Nak. Pasti dia sangat bahagia karena baru saja menemui kekasih gelapnya," ujar Ros.Husein yang memang sedang menunggu Khana itu, ia seketika melemparkan pandangan tajam dan seolah siap menerkam."Dari mana kau, Nona Khana? Apa sekarang di luar dan bertemu laki-laki lain lebih menyenangkan ketimbang menyambut suami pulang kerja?" Sinis ucapab Husein membuat Khana menelan ludah dengan getir."A--aku ... tadi aku hanya ke cafe depan saja, Tuan. Lalu ....""Lalu apa? Kau bertemu dengan Ruhi, bukan?" sambung Ros pula.Khana sudah was-was takut ada yang melihat, sebab jarak rumahnya dengan tempat itu cukup dekat. Namun, tak menyangka lagi-lagi sang mertua yang memergokinya. Walau tak ada janjian sama sekali, tetap saja saat ini posisinya sedang tak aman."Aku tidak tahu kalau dia juga akan singgah di cafe yang sama. Dia benar-benar
Tiga hari kemudian.Keadaan Husein mulai membaik. Ia kembali mengumpulkan para istrinya untuk mendengarkan keputusan darinya.Khana dan Areta duduk bersebelahan di sofa, sedangkan Flo bersama sang mertua juga turut hadir."Saya minta kalian semua berkumpul, karena saya akan mengumumkan berita penting. Setelah saya menimbang-nimbang lagi tentang semua yang terjadi, maka saya bisa simpulkan, kalau kerenggangan dan hilangnya keharmonisan di rumah ini bermula saat saya menikahi Flo. Jadi, dengan kesadaran penuh saya ingin mengembalikan keadaan seperti sebelumnya," papar Husein panjang lebar.Ros dan Flo saling melempar pandangan. Keduanya menjadi sangat tegang mencerna makna dari ucapan Husein tersebut."Apa maksudmu, Husein? Ibu rasa semua ini tidak ada sangkutannya dengan, Flo!""Hem, jelas ada, Bu. Nona Khana dan Areta sudah rukun dan saling menerima. Lalu, masuknya Flo dengan kecelakaan itu membuat hidup saya kacau dan tak lagi ada keharmonisan."Areta menatap malas ke arah Flo. Ia me
Saat Dokter kandungan datang, hasil dari pemeriksaan memang menyatakan Khana positif hamil. Huseim sangat senang mendengar kabar bahagia itu, tetapi tidak dengan Areta. Ia takut Husein melanggar janji untuk kesekian kali, sebab selama ini cintanya pada Khana begitu besar."Akhirnya apa yang Nona damba sudah terwujud," ujar Husein seraya membelai lembut pucuk kepala sang selirnya."Iya, Tuan. Aku sangat bahagia. Aku juga akan segera menjadi seorang Ibu," sahut Khana dengan binar mata yang berkaca-kaca."Luar biasa," sambung Ros. "Ibu akan memiliki 3 sekaligus Cucu dalam tahun ini.""Tak masalah, Bu. Biar rumah semakin ramai," tambah Flo.Husein tersenyum kaku. Ia hanya mengharapkan keturunan dari Areta dan Khana saja, tetapi malah Flo mengandung benih darinya. Walau pun kenyataannya itu bukan bagian dari Husein, teapi siapa yang tahu?__Empat bulan telah berlalu, kini Areta sudah waktunya melahirkan. Ia dibawa ke rumah sakit dan menjalani lahiran secara normal.Kurang lebih dua jam i
Setelah beberapa hari kemudian, Husein mengumpulkan para istrinya untuk diberikan peringatan tentang bagaimana nantinya mereka bersikap.Khana dan Flo sama-sama sedang memangku Anak masing-masing. Sementara bayi Areta sudah mulai pandai diajak bercanda, karena usianya memasuki lima bulan."Saya sengaja meminta kalian semua berkumpul, sebab Putri-putri kalian akan membesar dan tentunya akan tersorot keluar. jadi, saya ingin memperingati satu hal yang teramat penting," ujar Husein menjeda sejenak kalimatnya."Dengan itu, saya sampaikan sejelas-jelasnya pada kau Flo, dan dirimu juga Nona Khana. Arabella dan Rivania tak boleh menggunakan statusnya sebagai Putri saya jika di luar! Dunia tak boleh tahu, sebab ada Arsya yang harus saya lindungi perasaannya dari banyak pertanyaan di luaran nanti," lanjut Husein.Mata Khana seketika membesar mendengar penuturan dari sang suami. Sungguh itu tidak adil bagi Arabella kelak. Begitu juga dengan Flo, ia hendak berontak, tetapi tak berdaya. Terlebih
Seperginya Ara dan Arsya, kini Khana kembali ke dalam kamarnya. Khana memang yang paling muda di antara Areta dan Flo. Usinya saat ini baru memasuki 40 tahun. Sedangkan Areta sudah 47, Flo 48, dan Husein 52 tahun.Khana merias diri di depan cermin besar di dalam kamarnya. Wajahnya yang masih tampak segar dan cantik membuatnya berpikir, apa dia harus pergi saja mencari kebahgiaan lain. Sebab ia tak bahagia mendapati Putrinya harus mengalah setiap hari.Hati Khana sakit. Kemudian, bayangan laki-laki misterius yang menghilang begitu saja saat kejadian puluhan tahun lalu itu kembali muncul dalam benaknya."Siapa dia? Kenapa dia pergi dan aku bahkan tak menemukan jawaban apa-apa tentang identitasnya. Ah, waktu sudah berjalan sangat jauh, tapi aku masih saja memikirkan tentang siapa orang itu," gumamnya seraya menyisir rambut panjang yang ikal tergerai tersebut.Tok! Tok!Ketukan pintu membuyarkan lamunan Khana tentang masa yang telah silam. Ia bangkit dan membukanya."Nyonya Areta, ada apa
Saat jam pulang kampus, Raka sengaja menunggu di depan gerbang Universitas tempat Arabella belajar. Ia ingin memberanikan diri menyapa, sebab selama ini Raka hanya memperhatikan dari kejauhan saja.Ara keluar dengan mengendarai mobil mewah bewarna yellow. Raka mencoba menghentikannya menggunakan isyarat tangan yang melambai."Minggirlah! Aku pernah melihatmu beberapa kali menatap serius ke arah kampus ini. Apa kau ingin pindah? Jika, benar pergilah urus dan jangan menggangguku," ujar Ara lantang.Raka tersenyum kaku. Sikap Ara yang jutek malah membuatnya semakin gemas."Hem, maaf. Aku butuh tumpangan, karena Ayahku belum datang menjemput. Apa boleh aku ikut denganmu?"Terdengar konyol bagi Ara, sebab dirinya tidak megenal sosok Raka. Lalu dengan mudahnya Raka meminta bantuan padanya."Memangnya aku sopir taksi? Dasar cowok aneh," cibir Ara, detik berikutnya ia menacap gas dan melaju meninggalkan Raka yang masih terpaku.Tak lama, mobil Arsya pula yang hendak keluar. Ia melihat seorang