Sepanjangan malam itu Khana tak tenang. Ia memikirkan nasib lelaki yang nekad mendekatinya itu. Rasa penasaran serta ketidak asingan membuatnya ingin tahu lebih jauh tentang Ruhi."Apa handphonenya bisa dihubungi? Hem, bagaimana jika, Roy menyitanya dan mendapati pesanku kalau aku mencoba menghubunginya? Ah, kenapa aku jadi memikirkan pria asing itu? Tidak! Sungguh aku tidak merasa asing padanya. Sebenarnya siapa dia?" Sejuta tanda tanya tak ada jawabnya saat ini.Lalu, tiba-tiba ponsel milik Khana begetar. Wanita cantik yang tengah gelisah itu terkejut saat melihat siapa yang mengiriminya pesan."Ruhi? Bagaimana mungkin?"Seulas senyum muncul begitu saja saat membaca isi pesannya.[Tidurlah, Nona Khana! Jangan cemaskan saya! Di sini saya baik-baik saja. Hanya mendapat hukuman kecil yang tak berati bagi saya. Hah! Saya percaya diri sekali ya, Nona? Padahal pastinya Nona tak akan memikirkan saya.]Pesan itu membuat senang sekaligus sedih. Khana tak tahu harus membalas dengan kalimat ma
Sore harinya, Khana mulai bosan mengurung diri di dalam kamar. Ia kemudian keluar dan duduk di taman samping rumahnya. Kebetulan Areta juga sedang menuju ke sana. Langkah istri pertama Husein itu terhenti saat melihat Khana."Rasanya aku tak mau bertemu atau pun bicara pada Nona Khana saat ini," gumamnya yang menimbang ucapan sang mertua tadi.Areta berhasil terbakar dendam lama yang nyatanya tak akan bisa sirna begitu saja.Ketika ia hendak memutar langkahnya mundur, tiba-tiba Khana menoleh dan memanggilnya. "Nyonya Areta."Tentunya Areta terpaksa berhenti dan memberikan respon."Ya," sahutnya dingin.Khana bangkit, lalu mendekat."Nyonya Areta mau ke mana?""Ke dalam.""Hem, memangnya dari mana?""Tidak dari mana-mana." Sikap Areta jelas berubah pada Khana. Selir Husein tersebut dapat merasakan perubahannya."Nyonya Areta masih marah padaku?" tanya Khana lagi.Areta menyeringai miris. Ia bahkan tidak marah, tetapi kecewa. Ya, kecewa pada dirinya sendiri yang tak bisa membuat suami s
Suasana makan malam menjadi sangat tegang. Areta mulai meneteskan air matanya ketika tuduhan demi tuduhan terlontar dari mulut Husein untuknya."Cukup, Nona Khana! Kau sudah puas sekarang? Apa kau sengaja mengungkit perpisahan dengan alasan diri saya? Kau benar-benar pintar," ujar Areta menunjuk-nunjuk ke wajah Khana geram."Aku sama sekali tak pernah punya pikiran seperti itu, Nyonya. Sungguh, aku memang ingin segera terlepas dari ikatan ini karena hatiku sendiri yang sudah terlalu lelah," sahut Khana dengan cepat.Husein pusing mendengar perdebatan malam ini. Ia tak terima dengan keputusan Khana. Jadi, ia akan menyalahkan siapa saja. Karakter Husein memang suka semena-mena."Saya tidak ingin membahas perihal perpisahan. Antara kau dan Areta tak akan ada yang saya lepaskan. Tolong, jangan membuat saya semakin marah!" papar Husein.Ros tentunya tidak akan diam saja menonton setiap adegan keributan yang berlangsung. Ia turut membuka suara dan berkata, "Husein, Putraku ... jika, seorang
Setelah dokter datang dan selesai memeriksa Flo, Husein segera keluar tanpa basa-basi lagi dengan menanyakan keadaan istri ketiganya.Ros menyusul sang Putra. Meminta sedikit pengertian serta perhatian sebagai bentuk kewajiiban karena Flo juga adalah tanggung jawabnya."Husein, tunggu! Ibu ingin bicara sebentar," ujar Ros menahan Husein yang hendak masuk ke dalam kamarnya."Mau bicara soal apa, Bu? Saya sedang lelah, dan saya tak ingin mendengar hal yang bisa menambah berat beban pikiran saya!""Hem, Ibu memang mau membahas hal serius. Ini penting, Husein. Ibu tak mungkin berdiam saja menyaksikan bagaimana sikap dinginmu pada, Flo! Itu tidak adil. Seperti tadi, kau tahu dia sedang tak sehat. Harusnya kau tidur di kamarnya dan menemaninya, Husein."Husein menghela napas kasar. Ia tak suka membicarakan tentang Flo. Sebab di hatinya tak ada tempat untuk wanita tersebut."Ibu ... harus berapa kali saya mengulang ucapan saya tentang ini?""Ibu mengerti, Husein. Kau memang tak menyukai Flo,
Sepulangnya Khana ke rumah, ternyata Ros dan Flo mendapat bukti lagi tentang pertemuan antara dirinya dan Dokter Hans."Husein, istri kesayanganmu sudah pulang, Nak. Pasti dia sangat bahagia karena baru saja menemui kekasih gelapnya," ujar Ros.Husein yang memang sedang menunggu Khana itu, ia seketika melemparkan pandangan tajam dan seolah siap menerkam."Dari mana kau, Nona Khana? Apa sekarang di luar dan bertemu laki-laki lain lebih menyenangkan ketimbang menyambut suami pulang kerja?" Sinis ucapab Husein membuat Khana menelan ludah dengan getir."A--aku ... tadi aku hanya ke cafe depan saja, Tuan. Lalu ....""Lalu apa? Kau bertemu dengan Ruhi, bukan?" sambung Ros pula.Khana sudah was-was takut ada yang melihat, sebab jarak rumahnya dengan tempat itu cukup dekat. Namun, tak menyangka lagi-lagi sang mertua yang memergokinya. Walau tak ada janjian sama sekali, tetap saja saat ini posisinya sedang tak aman."Aku tidak tahu kalau dia juga akan singgah di cafe yang sama. Dia benar-benar
Tiga hari kemudian.Keadaan Husein mulai membaik. Ia kembali mengumpulkan para istrinya untuk mendengarkan keputusan darinya.Khana dan Areta duduk bersebelahan di sofa, sedangkan Flo bersama sang mertua juga turut hadir."Saya minta kalian semua berkumpul, karena saya akan mengumumkan berita penting. Setelah saya menimbang-nimbang lagi tentang semua yang terjadi, maka saya bisa simpulkan, kalau kerenggangan dan hilangnya keharmonisan di rumah ini bermula saat saya menikahi Flo. Jadi, dengan kesadaran penuh saya ingin mengembalikan keadaan seperti sebelumnya," papar Husein panjang lebar.Ros dan Flo saling melempar pandangan. Keduanya menjadi sangat tegang mencerna makna dari ucapan Husein tersebut."Apa maksudmu, Husein? Ibu rasa semua ini tidak ada sangkutannya dengan, Flo!""Hem, jelas ada, Bu. Nona Khana dan Areta sudah rukun dan saling menerima. Lalu, masuknya Flo dengan kecelakaan itu membuat hidup saya kacau dan tak lagi ada keharmonisan."Areta menatap malas ke arah Flo. Ia me
Saat Dokter kandungan datang, hasil dari pemeriksaan memang menyatakan Khana positif hamil. Huseim sangat senang mendengar kabar bahagia itu, tetapi tidak dengan Areta. Ia takut Husein melanggar janji untuk kesekian kali, sebab selama ini cintanya pada Khana begitu besar."Akhirnya apa yang Nona damba sudah terwujud," ujar Husein seraya membelai lembut pucuk kepala sang selirnya."Iya, Tuan. Aku sangat bahagia. Aku juga akan segera menjadi seorang Ibu," sahut Khana dengan binar mata yang berkaca-kaca."Luar biasa," sambung Ros. "Ibu akan memiliki 3 sekaligus Cucu dalam tahun ini.""Tak masalah, Bu. Biar rumah semakin ramai," tambah Flo.Husein tersenyum kaku. Ia hanya mengharapkan keturunan dari Areta dan Khana saja, tetapi malah Flo mengandung benih darinya. Walau pun kenyataannya itu bukan bagian dari Husein, teapi siapa yang tahu?__Empat bulan telah berlalu, kini Areta sudah waktunya melahirkan. Ia dibawa ke rumah sakit dan menjalani lahiran secara normal.Kurang lebih dua jam i
Setelah beberapa hari kemudian, Husein mengumpulkan para istrinya untuk diberikan peringatan tentang bagaimana nantinya mereka bersikap.Khana dan Flo sama-sama sedang memangku Anak masing-masing. Sementara bayi Areta sudah mulai pandai diajak bercanda, karena usianya memasuki lima bulan."Saya sengaja meminta kalian semua berkumpul, sebab Putri-putri kalian akan membesar dan tentunya akan tersorot keluar. jadi, saya ingin memperingati satu hal yang teramat penting," ujar Husein menjeda sejenak kalimatnya."Dengan itu, saya sampaikan sejelas-jelasnya pada kau Flo, dan dirimu juga Nona Khana. Arabella dan Rivania tak boleh menggunakan statusnya sebagai Putri saya jika di luar! Dunia tak boleh tahu, sebab ada Arsya yang harus saya lindungi perasaannya dari banyak pertanyaan di luaran nanti," lanjut Husein.Mata Khana seketika membesar mendengar penuturan dari sang suami. Sungguh itu tidak adil bagi Arabella kelak. Begitu juga dengan Flo, ia hendak berontak, tetapi tak berdaya. Terlebih