Part 2.***Namun, otak liciknya berfungsi dengan baik kali ini. "Hah! Itu bukan perkara sulit, Khana."Sebuah ponsel mahal ia keluarkan dari tas jinjingnya. Kemudian panggilan telepon segera dilakukannya."Naik!" titahnya.Hanya satu kata, kemudian telepon genggamnya kembali ia masukan ke dalam tas.Tak berapa lama dua lelaki berbadan kekar muncul. Khana menyipitkan mata melihat kehadiran pesuruh Areta tersebut.Darah yang masih mengalir di dahinya membuat kedua bodyguard Areta sedikit tercengang."Kami harus melakukan apa, Nyonya?" tanya salah satu dari bodyguard itu."Hancurkan cctv itu!" perintah Areta dengan senyum penuh kebanggaan."Siap laksanakan, Nyonya."Dengan sigap keduanya menaiki kursi dan segera memusnahkan benda yang bisa membawa petaka untuk Areta.Tanpa disadari, ternyata Khana jauh lebih cerdik. Ia meraih ponsel miliknya yang tadi sempat diletakan Mani di pas bunga sudut ruangan.Ponsel tersebut sudah merekam semua kejadian. Khana menyudahi aksi rekam di telepon mil
***Di istana mewah yang dihuni Areta, kini ia merasa cemas serta ketakutan.Areta tak menduga kalau suaminya akan menyusul ke apartemen. Sebab, malam ini adalah jadwal kunjungan sesama pengusaha kaya di salah satu pertemuan penting.Suara bel berbunyi membuat jantung Areta semakin berdetak kencang. Salah satu pelayan di rumah besar itu bergegas keluar untuk membukakan pintu.Suara derap kaki mulai terdengar oleh Areta. Ia hafal betul ciri khas suaminya berjalan.Tubuh Areta menegang karena sangat ketakutan. Keringan dingin membanjiri tubuh seksinya malam ini."Sejak kapan seorang istri dari Husein bisa bersikap sangat ceroboh begitu?" tanya Husein dengan tatapan menggerikan."A--aku ... aku hanya ingin memberi pelajaran pada gundikmu itu, Tuan. Aku tak menyangka kalau Tuan sanggup menduakan aku yang selama ini selalu setia mengabdikan hidup penuh sukarela," papar Areta diiringi air mata.Husein menyeringai. Ia sebenarnya tak tega menyakiti Areta. Sesungguhnya Areta adalah cinta perta
***Dokter Hans masuk ke dalam apartemen yang ditempatinya. Degup di jantungnya masih berdetak kencang. Tindakan Khana tadi sungguh membuatnya nyaris pingsan.Tanpa disadari, kedua tangan Dokter tampan itu gemetar. Tubuhnya sungguh tegang. Khana adalah wanita pertama yang pernah menciumnya."Nona Khana benar-benar gila. Jika tadi Tuan Husein melihat, maka aku pasti celaka," gumam Dokter Hans.Ia sangat cemas, tapi di sisi lain dirinya juga merasa senang. Bunga cinta di hatinya seolah bermekaran. Namun, tentunya salah sasaran. Khana adalah seorang selir muda dari lelaki terkaya di kotanya berada.--"Saya sudah memberikan peringatan pada Areta. Nona tak perlu cemas lagi! Saya berjanji akan mengupayakan perlindungan terbaik untukmu, Nona Khana!" ujar Husein."Aku percaya, Tuan. Sedikit pun aku tak pernah meragukanmu. Masalah ini biarlah berlalu. Terpenting Tuan Husein masih berdiri di depanku untuk memberikan pembelaan," sahut Khana dengan manja.Kacantikkan, serta kelembutan sikap Kha
***Husein sampai di rumah dengan perasaan tak menentu. Di depan gerbang halamannya telah berkumpul banyak wartawan.Husein menarik napas panjang. Ia masih berada di dalam mobil. Tak lama, salah satu wartawan menunjuk ke arahnya."Itu mobil, Tuan Husein!" serunya.Dengan cepat para wartawan itu berkerumun mendatangi Husein."Tuan, tolong sedikit tanggapannya tentang video yang beredar tadi!""Siapa Nona Khana, Tuan? Benarkah dia istri muda Tuan?""Lalu, bagaimana kondisinya sekarang? Semua pengagum Tuan Husein dan pengagum Nyonya Areta sangat terkejut. Ternyata sikap Nyonya Areta bisa sekasar itu."Riuh terdengar berbagai macam pertanyaan menyerang Husein. Ia turun dan dua bodyguardnya melindungi agar kerumunan itu tak menghalangi jalan Husein menuju masuk ke dalam.Tak lama kemudian, datang kuasa hukum Husein untuk memberi penjelasan.Sementara Husein telah berhasil melewati kerumunan wartawan yang tengah haus mencari jawaban itu."Mohon maaf sebelumnya, tapi untuk sekarang masalah i
***Sepanjang perjalanan pulang Husein memikirkan permintaan Khana. Sungguh, puncak kehancuran seolah sudah menunggunya di garis depan.Di tengah kegalauan hatinya, tiba-tiba dering ponsel berbunyi. Husein dengan cepat menjawab panggilan dari mata-mata yang ditugaskan untuk mencaritahu tentang si pengunggah video viral itu."Ya. Berikan saya kabar baik, karena saat ini saya sedang tak mau mendengar kegagalan," ujar Husein."Baik, Tuan. Saya sudah berhasil menangkap pelaku. Sekarang orang tersebut ada bersama saya. Silakan, Tuan ke sini!" Roy berkata dengan antusias.Roy adalah mata-mata terhandal bagi Husein. Ia telah lama bekerja dengan setia.Husein menarik lekuk bibirnya mendengar pernyataan dari Roy."Oke. Saya segera ke sana."Panggilan ditutup. Detik berikutnya Husein mempercepat laju mobil ke arah yang disebutkan Roy.--Husein akhirnya sampai di sebuah markas rahasia miliknya. Tempat di mana Roy berhasil mengamankan si pembuat masalah."Silakan Tuan introgasi sendiri, karena
*** Mata Khana membelalak mendengar perkataan Alex. Ia menggeleng-geleng dengan cepat sambil menoleh ke arah Husein. "Dia memfitnahku, Tuan. Aku sungguh tak mengenalnya," seru Khana. "Saya tidak berbohong, Tuan. Nona Khana memang sudah membayar saya untuk melancarkan rencananya. Kalau bukan Nona Khana siapa lagi? Rekaman itu hanya ada padanya, bukan?" Alex terus menyudutkan Khana. "Bajingan! Kau benar-benar bajingan!" teriak Khana sembari melayangkan pukulan ke wajah Alex. "Hentikan, Nona Khana! Sekarang kau sudah tak bisa mengelak. Saya sangat benci pengkhianatan. Harusnya kau tahu itu! Saat ini seluruh liputan televisi serta sosial media lainnya tengah ramai memperbincangkan masalah ini. Saya tidak bisa mentoleransi kesalahanmu kali ini, Nona Khana. Reputasi saya sedang dipertaruhkan. Sungguh saya telah salah menyimpanmu sebagai permata, nyatanya kau bunga yang penuh dengan duri," papar Husein. Hati Khana seketika berdenyut nyeri. Kalimat sang suami begitu tajam melukai perasaa
*** Namun, tiba-tiba dering ponsel Khana berbunyi. Dokter Hans memberi jarak seketika. Ia menarik napas panjang yang mulai tersengal-sengal. "Nona Khana, bagaimana kondisimu? Saya minta maaf," ujar Husein dari seberang telepon. Khana masih sangat kesal. Ia kembali mendekap tubuh Dokter Hans dan menutup panggilan suara tanpa merespon pertanyaan dari sang suami. "Hentikan, Nona! Ini salah, dan saya tak mau ada yang melihat kemudian kita berdua akan celaka," desis Dokter Hans. "Kau takut?" tanya Khana dengan tatapan mata yang serius. Dokter Hans menggeleng pelan. "Lebih tepatnya saya tak mau Nona semakin terlibat dalam masalah besar." "Berarti kau peduli?" tanya Khana lagi. Dokter Hans bergeming. Hal itu membuat Khana semakin yakin kalau saat ini mangsanya sudah masuk dalam perangkapnya. Khana langsung mencoba menyentuh bibir seksi Dokter Hans. Namun, lagi-lagi penolakan terjadi. "Hentikan! Nona sudah gila!" hardik Dokter Hans sembari berdiri. Detik berikutnya ia berlalu meningga
***Seminggu berlalu, Alex belum juga sadarkan diri. Sementara Husein mulai menyiapkan semua perlengkapan untuk pembangunan istana yang dijanjikannya terhadap Khana."Tuan, kenapa tadi ada beberapa orang yang mengukur tanah kosong di sebelah?" tanya Areta dengan heran."Hem, saya berniat membangun satu rumah besar lagi di sana.""Tuan serius? Kenapa Tuan tidak menceritakan pada saya sebelumnya?" Wajah Areta bersemu merah. Ia merasa senang, sebab ia pikir bangunan tersebut ditujukan untuknya."Ini memang sedikit mendadak. Saya sedang mewujudukan keinginan Nona Khana. Dia akan tinggal bersebelahan dengan kita nantinya. Saya harap kamu bisa bersikap dengan baik dan tidak membuat keributan lagi!" papar Husein penuh penekanan.Kedua bola mata Areta membesar, dan mulutnya pun terbuka lebar. Ia sangat syok serta tak menyangka dengan apa yang barusan ia dengar."Tuan tidak bercanda kan?""Tentu saja tidak, Areta. Sudahlah! Saya juga telah membuat keputusan kalau nantinya saya akan memperkenal