Bumbung bambu biasanya digunakan untuk wadah minuman lahang, air kawung untuk gula dan juga tuak. Maka salah seorang pemuda itu langsung menanyakan isinya."Ini tuak!" jawab Saka langsung dengan maksud kalau mereka hendak meminta minum untuk hilangkan dahaga maka akan berpikir ulang.Mungkin saja mereka tidak suka atau bahkan tidak boleh minum tuak."Kebetulan sepertinya ini yang dicari-cari!" kata pemuda yang satunya dengan wajah berbinar bagai menemukan sebongkah emas."Memangnya kalian suka mabuk?" tanya Saka dengan kening mengkerut."Bukan, bukan itu. Tapi, majikan kami yang memerlukan tuak yang tersimpan dalam bumbung bambu!" tukas pemuda yang satunya lagi."Majikan?" Saka semakin heran.Memang ada juga tuak yang disimpan dalam kendi atau guci. Dua pemuda ini mencari tuak dalam bumbung bambu untuk majikannya."Untuk apa?" tanya Saka lagi."Sebaiknya Ki Sanak ikut kami!" Dua pemuda ini memohon dengan sangat. Sepertinya mereka sudah lama mencari tuak tersebut untuk majikannya.Bisa
Lebih terperanjat lagi ketika Prahasti melepas kembennya juga sehingga tubuhnya polos tanpa sehelai benang.Saka seperti susah bernafas. Salah tingkah antara terus memandang tubuh indah menggiurkan tersebut atau memalingkan muka.Sementara Prahasti sepertinya membiarkan Saka tersiksa perasaan. Wanita bertubuh sintal ini sudah duduk lagi.Di antara dua orang ini terdapat dua gelas bambu tadi diletakkan."Tuangkan tuak itu ke gelas ini sampai penuh," suruh Prahasti.Setelah menenangkan pikiran, Saka melakukan apa yang disuruh Prahasti. Dua gelas bambu kini sudah terisi penuh tuak sakti dari bumbung bambu.Prahasti mengambil satu, lalu meminumnya secara perlahan dalam sekali tenggak menghabiskan tuak tersebut.Saka sampai menelan ludah beberapa kali seolah lupa memiliki tuak dalam bumbung yang sedang dipegang.Setelah meminum habis tuak dalam gelas bambu, tampak Prahasti memejamkan mata seperti sedang bersemedi.Terasa ada hawa hangat keluar dari tubuh indah wanita ini. Raut wajah Prahas
Boma Sagara menunjukkan keahliannya untuk mengelabui suami istri itu. Dia berlagak seperti seorang guru sakti yang sedang mencari murid.Tampak beberapa barang di sekitar rumah suami istri itu terangkat ke udara. Boma Sagara menggunakan ilmu Soca Iblis untuk membuat orang tua bayi itu kagum dan percaya."Wah, hebat! Paman orang sakti!" puji si suami lalu menoleh ke istrinya yang dibalas dengan anggukan."Anak kalian lahir di waktu istimewa, aku bisa merasakan dari tubuhnya memancar aura sakti yang istimewa juga!" ujar Boma Sagara meyakinkan.Sepasang suami istri itu mengulas senyum bahagia. Sepertinya mereka mendambakan seorang anak yang menjadi pendekar atau ksatria."Benarkan Paman hendak mengambil anak kami menjadi murid?" tanya si istri."Apakah kalian ingin memiliki anak pendekar yang hebat, tiada tanding di dunia persilatan?" balik tanya Boma Sagara.Kembali suami istri ini saling pandang, lalu sama-sama mengangguk
Dua sosok yang baru datang itu tidak lain adalah Saka Lasmana bersama Prahasti. Saka tampak memainkan telunjuknya sambil cengengesan."Rupanya urusan itu tentang wanita, dapat mencuri lagi! Ah, dasar!" ledek Saka. Dia ingat dulu Seta Keling pergi karena ada urusan."Lalu siapa itu? Dapat mencuri dari mana?" balas Seta Keling menunjuk ke arah Prahasti."Dia jandanya Boma Sagara, masih pantas kalau aku bawa, he... he... he...!"Seta Keling terperanjat bukan main. Tidak habis pikir bagaimana bisa Saka menemukan wanita itu."Eh, rasanya aku pernah lihat gadis yang kau curi itu!" lanjut Saka memandang ke arah Palastri."Iya, aku tahu!" Seta Keling langsung menyambar. "Dia sudah cerita, katanya kau pernah menculiknya!""Bukan menculik, tapi menyandera!" sanggah Saka."Sehebat apa musuhmu sampai menyandera demi selamatkan diri?"Kali ini Saka tak bisa menyembunyikan rasa malunya. Dia memang sempat tak bisa menembus barisan pengawal tumenggung Cakrawangsa."Itukan karena aku belum tahu celahn
Apa yang terjadi dengan Nyai Widasari?Kita tinggalkan dulu pertarungan Saka melawan Nyai Widasari bersama murid-muridnya. Kita ikuti Prahasti yang mengejar Boma Sagara.Wanita cantik itu melayang ringan tapi cepat meluncur ke bawah mengejar Boma Sagara. Dalam beberapa kejap dia sudah melampaui mantan suaminya.Boma Sagara cukup terkejut juga, apalagi Prahasti langsung mengirim serangan pukulan jarak jauh. Mau tak mau dia meletakkan bayi yang melayang ke atas dahan pohon dengan lirikan matanya.Kemudian salah satu tangannya memapak pukulan Prahasti, tentu saja dengan pengerahan tenaga dalam yang kuat.Dess!Benturan dua pukulan menggetarkan kedua pemiliknya. Prahasti berhasil mendarat dengan selamat, begitu pula lawannya.Mereka belum sampai di dasar lembah, masih di sisi lamping di mana tanahnya miring, tetapi pohon-pohon yang tumbuh tetap lurus ke atas."Berani sekali kau mengganggu urusanku!" hardik Boma Sagara."Kau pikir aku akan melepaskanmu begitu saja setelah kau celakai aku?"
Boma Sagara mendengar suara angin berdesir cepat. Sudut matanya melirik ke arah datangnya angin tersebut.Walaupun kecil, tapi dia bisa melihat belasan percikan tuak yang membentuk seperti jarum. Lelaki ini mendengkus keras.Terpaksa murid utama Ki Jangkung Wulung ini menghindar karena belum tahu kehebatan serangan musuh yang baru datang itu.Cesss! Cesss! Cesss!Belasan jarum-jarum tuak itu mengenai daun-daun dan batang pohon. Tampak daun-daun tersebut melepuh seperti tersiram air panas.Sedangkan batang pohon tampak berlubang berwarna hitam pekat. Bayangkan kalau mengenai kulit wajah.Ini memang sengaja Saka lakukan untuk mengecoh sehingga bisa menyelamatkan Prahasti yang terombang-ambing oleh tatapan ilmu Soca Iblis.Kejap berikutnya Saka sudah mendarat dan menolong Prahasti yang hampir jatuh."Kalian bersekongkol rupanya!" seru Boma Sagara."Tidak ada yang salah, kan?" tukas Saka sambil menyeringai lalu meneguk tuak."Sekarang rasakan pembalasanku!" teriak Boma Sagara seraya mengh
Gopala memindai Saka dari atas ke bawah. Barangkali dia ingat sesuatu dan ada sangkut paut dengannya di masa lalu ketika dia menjadi kepala perampok."Kau tidak akan ingat, Gopala. Sudah terlalu banyak orang yang jadi korban kebiadabanmu!" ujar Saka."Kalau begitu terangkan dirimu agar aku tidak sia-sia melenyapkan nyawamu!" pinta Gopala dengan tatapan tajam.Gopala yang mengajarkan ilmu Soca Iblis kepada Boma Sagara, tentunya dia memiliki ilmu tersebut lebih sempurna."Mungkin kau akan mengingatnya, sepasang suami istri pejabat kerajaan Wanagiri. Mereka juga merupakan korbanmu!""Oh, ya. Aku ingat, lalu kau siapanya?""Anaknya!""Bagus, kau datang ingin menyusul mereka!""Kau yang akan menyusul mereka dan berlutut minta ampun kepada mereka di alam sana!" balas Saka berani."Huh! Jumawa!"Gopala berkelebat menerjang ke arah Saka dengan gerakan sangat cepat. Tahu-tahu sosok ini sudah berada satu langkah di depan Pendekar Mabuk.Namun, Saka sudah siaga dari awal. Dia hanya menggeser sed
Dari ratusan jarum-jarum tuak yang menghujani Gopala, ada satu yang berhasil menembus pertahanannya.Mata kanan laki-laki itu tertusuk. Rasanya perih bukan main. Pertahanan Gopala semakin terbuka. Akibatnya jarum-jarum tuak yang lain banyak mendarat di tubuhnya.Gopala tutupi mata kanan yang mengucurkan darah. Sekarang dia lebih mementingkan keselamatan diri. Dia berkelebat mundur guna mengambil napas.Sementara Saka sudah menghentikan serangan. Sebagai pendekar berjiwa kesatria dia tidak akan menyerang lawan yang sudah tidak berdaya."Aku tidak akan membiarkanmu hidup, maka aku tunggu sampai kau pulih!" ujar Saka setelah meneguk tuak.Saka yakin seberapa hebat pun ilmu Soca Iblis, tidak akan sempurna lagi dengan satu mata.Di depan sana Gopala duduk bersila. Menyalurkan hawa sakti ke seluruh tubuh terutama mata kanan agar tidak mengucurkan darah lagi."Jangan meremehkan aku, orang muda!" teriak Gopala.Masih duduk bersila, dia hentakkan kedua tangan ke depan. Sekejap kemudian berkele