Saka menerima kitab tipis tersebut, tapi dia mendadak ingat sesuatu."Oh, ya. Siapa orang itu?""Siapa maksudmu?""Kepala perampok itu?""Gopala!" jawab Rajawali Bulu Emas sambil sosoknya melayang ke atas bagaikan ditarik ke langit lalu melesat lenyap seperti ditelan langit.Setelah beberapa kejap Saka baru sadar kalau orang tua itu telah pergi. Kitab Ilmu Cakra Dewa dimasukkan ke balik pakaiannya.Entah kapan dia akan mempelajarinya. Sekarang dia harus berjalan ke arah timur laut di mana terletaknya lembah Jonggrang. Kebetulan juga arah ke sana menuju kerajaan Indraprahasta.Ibukota telah ditinggalkan. Yang tertinggal hanya hatinya pada seorang gadis yang punya peran penting di istana. Anggita.Semoga saja dia bisa menjaga hatinya untuk gadis itu, begitupun Anggita terhadapnya. Sekarang dia merasa belum selesai menuntaskan tugasnya.Kemudian sepanjang perjalanan Saka mendengarkan kabar yang beredar di dunia persilatan.Tentang tewasnya Ki Jangkung Wulung sudah menyebar luas. Yang pal
Saka cukup kagum juga dengan formasi jurus yang diperagakan murid-murid Ki Jangkung Wulung.Gerakannya kompak, saling mengisi, berbagi peran dengan benar. Ada yang menyerang dan ada yang bertahan.Tiga orang berada di lingkaran depan. Semuanya berani menyambut serangan lawan dengan senjata, bahkan bisa dilanjutkan dengan serangan.Trang! Trang!Masing-masing bisa melayani dua atau tiga lawan sekaligus. Gerakannya mantap, kuat dan sangat percaya diri.Ketika mendapat serangan lebih, maka mereka menarik mundur ke tengah. Giliran dua orang yang tadinya di tengah menerjang ke depan dengan gerakan mengelilingi tiga kawan mereka yang sudah ke tengah.Srett! Trang! Trang!Hebatnya dua orang ini bagaikan sepanjang baling-baling. Senjatanya membabat siapa saja lawan yang berada dalam jangkauan.Walaupun belum bisa melukai lawan, tapi setidaknya bisa menghalau serangan yang bertubi-tubi itu."Bagus juga jurusnya," puji Saka. "Lawannya jadi terlihat bodoh karena menggunakan jurus sendiri-sendir
Serangan tapak Saka berhasil mendarat di dada salah seorang yang tidak menggunakan senjata. Dalam serangan tersebut mengandung pukulan Bintang Kejora.Orang tersebut terpental cepat hingga menabrak salah satu temannya yang menggunakan golok di belakangnya.Brukk!Dua orang ini keluar dari lingkaran formasi. Yang terkena hantaman tapak tadi langsung tak berkutik lagi. Sementara yang membawa golok tampak muntah darah.Kejap berikutnya Saka sudah berputar sambil melepaskan jarum-jarum tuak. Percikannya mengenai sekitar wajah lawannya. Ada yang di kening, mata dan mulut.Tiga orang yang tersisa ini menjerit keras. Jarum-jarum tuak tersebut menembus sampai ke dalam.Yang terkena keningnya sampai bolong mengucurkan darah lalu ambruk melepas nyawa.Yang kena bagian matanya menjerit paling kencang. Indra penglihatannya telah hilang. Dia menekap kedua matanya yang mengucurkan darah lalu berlari kalang kabut.Lalu yang terkena mulutnya tampak seperti orang tercekik karena tembus ke tenggorokan
Terlanjur ketahuan akhirnya Saka keluar dengan jalan sempoyongan layaknya orang mabuk sambil memegang bumbung tuak dan sesekali meneguk isinya."Siapa kau? Beraninya mengintip!" sentak si wanita yang paling dekat.Saka sudah berdiri di sebelah sepasang suami istri itu persis seperti pohon yang hendak roboh. Pasangan ini juga tampak heran melihat keadaan Saka."Aku tidak mengintip, aku sedang minum. Eh, mendengar ada yang ribut-ribut!" tukas Saka dengan suara orang sedang mabuk.Tiga wanita itu tidak hanya cantik, tapi juga memiliki bentuk tubuh indah, padat berisi. Apalagi pakaiannya juga tampak ringkas.Hanya mengenakan kemben di bagian atas sampai pinggang. Bagian bawahnya memakai celana yang panjangnya sampai betis.Terus bagian pinggangnya yang tampak ramping sampai lutut dibalut kain dodot bercorak batik. Diperkuat oleh ikat pinggang yang menghubungkan pakaian atas dan bawah.Di sebelah kiri pinggang masing-masing tergantung sebuah pedang panjang yang belum diloloskan dari warang
Saka sudah bersikap ramah, tidak seperti orang mabuk lagi. Kedua orang paruh baya itu memperhatikan wajah Saka agak lama, seperti sedang mengingat sesuatu.Mungkin karena sebelumnya dalam keadaan gawat sehingga tidak memperhatikan Saka lebih seksama. Mereka saling pandang seolah sedang bertanya sesuatu."Terima kasih sudah membantu kami dari komplotan Tiga Setan Betina itu!" ucap si perempuan."Oh, jadi mereka bernama Tiga Setan Betina?" sahut Saka. "Setan, tapi cantik-cantik!" lanjutnya, tapi hanya dalam hati."Kami tahu kau seorang pendekar yang memiliki jurus orang mabok. Sekali lagi kami haturkan banyak terima kasih. Oh, ya. Ada apa kau menyusul kami?" tanya si lelaki paruh baya.Tidak ada sorot mata kecurigaan pada sepasang suami istri itu. Mereka yakin Saka orang baik."Sebelumnya perkenalkan namaku Saka Lasmana!" Saat mengenalkan diri, tubuh Saka sedikit membungkuk tanda hormat.Sepasang suami istri itu saling pandang lagi begitu mendengar nama Saka."Paman dan Bibi ini siapa?"
"Begini saja," kata Saka setelah berpikir beberapa saat. "Aki dan Nini ambil secukupnya atau seperlunya untuk bekal hidup. Anggap saja ini upah atas kesetiaan Aki dan Nini selama ini kepada orang tuaku walaupun mereka telah tiada."Nini Sumini menatap ke arah suaminya. Ki Dira pun demikian. Apa yang diucapkan Saka benar juga. Mereka memang pantas mendapat imbalan "Baiklah, tapi kami harap Aden bawa harta ini. Terserah mau diapakan saja. Dengan begitu masa pengabdian kami telah usai, tapi kami selalu terbukti bila Aden hendak memakai kembali tenaga kami!" sahut Ki Dirah."Tentu saja. Bahkan seharusnya semua itu jadi milik Aki bersama Nini, aku hanya mengambil kitab ini saja!"Kemudian Nini Sumini mengambil sebuah gentong kecil yang akan menjadi wadah untuk perhiasan dan batangan emas yang akan diambil dari peti.Walaupun gentong itu sudah terisi hampir penuh, tapi mungkin hanya sepersepuluh dari keseluruhan harta dalam peti tersebut.Selanjutnya Saka akan membawa peti tersebut. Dia su
Boma Sagara sekarang tampak tenang saja. Sekarang saatnya mencoba lebih banyak ilmu yang tengah dia kuasai walau belum sempurna.Ada dua belas pendekar yang muncul dan langsung mengepung Boma Sagara. Tidak tanggung-tanggung mereka sudah siap menyerang terbukti dari hawa sakti yang memancar."Daripada mati konyol, lebih baik segera serahkan mayat gurumu!"Boma Sagara mendengkus keras. "Jangan mimpi, sebentar lagi guruku akan bangkit dan menjadi yang terkuat di dunia persilatan. Tidak ada satu pun yang mampu membunuhnya!"Terdengar para pendekar tertawa meremehkan. Kebanyakan mereka tidak tahu akan hal itu. Mereka hanya tahu kalau makan dagingnya, maka akan memiliki ilmu Lembu Sekilan."Jangan ladeni bawelnya, bunuh saja dia. Mayat gurunya pasti ada di dasar lembah itu!" seru salah satu pendekar seraya mengirimkan serangan.Sosok pendekar ini bagaikan anak panah meluncur dengan senjata terhunus langsung mengincar leher Boma Sagara.Sett!Hanya sekali mengegos saja Boma Sagara bisa terhi
Bumbung bambu biasanya digunakan untuk wadah minuman lahang, air kawung untuk gula dan juga tuak. Maka salah seorang pemuda itu langsung menanyakan isinya."Ini tuak!" jawab Saka langsung dengan maksud kalau mereka hendak meminta minum untuk hilangkan dahaga maka akan berpikir ulang.Mungkin saja mereka tidak suka atau bahkan tidak boleh minum tuak."Kebetulan sepertinya ini yang dicari-cari!" kata pemuda yang satunya dengan wajah berbinar bagai menemukan sebongkah emas."Memangnya kalian suka mabuk?" tanya Saka dengan kening mengkerut."Bukan, bukan itu. Tapi, majikan kami yang memerlukan tuak yang tersimpan dalam bumbung bambu!" tukas pemuda yang satunya lagi."Majikan?" Saka semakin heran.Memang ada juga tuak yang disimpan dalam kendi atau guci. Dua pemuda ini mencari tuak dalam bumbung bambu untuk majikannya."Untuk apa?" tanya Saka lagi."Sebaiknya Ki Sanak ikut kami!" Dua pemuda ini memohon dengan sangat. Sepertinya mereka sudah lama mencari tuak tersebut untuk majikannya.Bisa