Terlanjur ketahuan akhirnya Saka keluar dengan jalan sempoyongan layaknya orang mabuk sambil memegang bumbung tuak dan sesekali meneguk isinya."Siapa kau? Beraninya mengintip!" sentak si wanita yang paling dekat.Saka sudah berdiri di sebelah sepasang suami istri itu persis seperti pohon yang hendak roboh. Pasangan ini juga tampak heran melihat keadaan Saka."Aku tidak mengintip, aku sedang minum. Eh, mendengar ada yang ribut-ribut!" tukas Saka dengan suara orang sedang mabuk.Tiga wanita itu tidak hanya cantik, tapi juga memiliki bentuk tubuh indah, padat berisi. Apalagi pakaiannya juga tampak ringkas.Hanya mengenakan kemben di bagian atas sampai pinggang. Bagian bawahnya memakai celana yang panjangnya sampai betis.Terus bagian pinggangnya yang tampak ramping sampai lutut dibalut kain dodot bercorak batik. Diperkuat oleh ikat pinggang yang menghubungkan pakaian atas dan bawah.Di sebelah kiri pinggang masing-masing tergantung sebuah pedang panjang yang belum diloloskan dari warang
Saka sudah bersikap ramah, tidak seperti orang mabuk lagi. Kedua orang paruh baya itu memperhatikan wajah Saka agak lama, seperti sedang mengingat sesuatu.Mungkin karena sebelumnya dalam keadaan gawat sehingga tidak memperhatikan Saka lebih seksama. Mereka saling pandang seolah sedang bertanya sesuatu."Terima kasih sudah membantu kami dari komplotan Tiga Setan Betina itu!" ucap si perempuan."Oh, jadi mereka bernama Tiga Setan Betina?" sahut Saka. "Setan, tapi cantik-cantik!" lanjutnya, tapi hanya dalam hati."Kami tahu kau seorang pendekar yang memiliki jurus orang mabok. Sekali lagi kami haturkan banyak terima kasih. Oh, ya. Ada apa kau menyusul kami?" tanya si lelaki paruh baya.Tidak ada sorot mata kecurigaan pada sepasang suami istri itu. Mereka yakin Saka orang baik."Sebelumnya perkenalkan namaku Saka Lasmana!" Saat mengenalkan diri, tubuh Saka sedikit membungkuk tanda hormat.Sepasang suami istri itu saling pandang lagi begitu mendengar nama Saka."Paman dan Bibi ini siapa?"
"Begini saja," kata Saka setelah berpikir beberapa saat. "Aki dan Nini ambil secukupnya atau seperlunya untuk bekal hidup. Anggap saja ini upah atas kesetiaan Aki dan Nini selama ini kepada orang tuaku walaupun mereka telah tiada."Nini Sumini menatap ke arah suaminya. Ki Dira pun demikian. Apa yang diucapkan Saka benar juga. Mereka memang pantas mendapat imbalan "Baiklah, tapi kami harap Aden bawa harta ini. Terserah mau diapakan saja. Dengan begitu masa pengabdian kami telah usai, tapi kami selalu terbukti bila Aden hendak memakai kembali tenaga kami!" sahut Ki Dirah."Tentu saja. Bahkan seharusnya semua itu jadi milik Aki bersama Nini, aku hanya mengambil kitab ini saja!"Kemudian Nini Sumini mengambil sebuah gentong kecil yang akan menjadi wadah untuk perhiasan dan batangan emas yang akan diambil dari peti.Walaupun gentong itu sudah terisi hampir penuh, tapi mungkin hanya sepersepuluh dari keseluruhan harta dalam peti tersebut.Selanjutnya Saka akan membawa peti tersebut. Dia su
Boma Sagara sekarang tampak tenang saja. Sekarang saatnya mencoba lebih banyak ilmu yang tengah dia kuasai walau belum sempurna.Ada dua belas pendekar yang muncul dan langsung mengepung Boma Sagara. Tidak tanggung-tanggung mereka sudah siap menyerang terbukti dari hawa sakti yang memancar."Daripada mati konyol, lebih baik segera serahkan mayat gurumu!"Boma Sagara mendengkus keras. "Jangan mimpi, sebentar lagi guruku akan bangkit dan menjadi yang terkuat di dunia persilatan. Tidak ada satu pun yang mampu membunuhnya!"Terdengar para pendekar tertawa meremehkan. Kebanyakan mereka tidak tahu akan hal itu. Mereka hanya tahu kalau makan dagingnya, maka akan memiliki ilmu Lembu Sekilan."Jangan ladeni bawelnya, bunuh saja dia. Mayat gurunya pasti ada di dasar lembah itu!" seru salah satu pendekar seraya mengirimkan serangan.Sosok pendekar ini bagaikan anak panah meluncur dengan senjata terhunus langsung mengincar leher Boma Sagara.Sett!Hanya sekali mengegos saja Boma Sagara bisa terhi
Bumbung bambu biasanya digunakan untuk wadah minuman lahang, air kawung untuk gula dan juga tuak. Maka salah seorang pemuda itu langsung menanyakan isinya."Ini tuak!" jawab Saka langsung dengan maksud kalau mereka hendak meminta minum untuk hilangkan dahaga maka akan berpikir ulang.Mungkin saja mereka tidak suka atau bahkan tidak boleh minum tuak."Kebetulan sepertinya ini yang dicari-cari!" kata pemuda yang satunya dengan wajah berbinar bagai menemukan sebongkah emas."Memangnya kalian suka mabuk?" tanya Saka dengan kening mengkerut."Bukan, bukan itu. Tapi, majikan kami yang memerlukan tuak yang tersimpan dalam bumbung bambu!" tukas pemuda yang satunya lagi."Majikan?" Saka semakin heran.Memang ada juga tuak yang disimpan dalam kendi atau guci. Dua pemuda ini mencari tuak dalam bumbung bambu untuk majikannya."Untuk apa?" tanya Saka lagi."Sebaiknya Ki Sanak ikut kami!" Dua pemuda ini memohon dengan sangat. Sepertinya mereka sudah lama mencari tuak tersebut untuk majikannya.Bisa
Lebih terperanjat lagi ketika Prahasti melepas kembennya juga sehingga tubuhnya polos tanpa sehelai benang.Saka seperti susah bernafas. Salah tingkah antara terus memandang tubuh indah menggiurkan tersebut atau memalingkan muka.Sementara Prahasti sepertinya membiarkan Saka tersiksa perasaan. Wanita bertubuh sintal ini sudah duduk lagi.Di antara dua orang ini terdapat dua gelas bambu tadi diletakkan."Tuangkan tuak itu ke gelas ini sampai penuh," suruh Prahasti.Setelah menenangkan pikiran, Saka melakukan apa yang disuruh Prahasti. Dua gelas bambu kini sudah terisi penuh tuak sakti dari bumbung bambu.Prahasti mengambil satu, lalu meminumnya secara perlahan dalam sekali tenggak menghabiskan tuak tersebut.Saka sampai menelan ludah beberapa kali seolah lupa memiliki tuak dalam bumbung yang sedang dipegang.Setelah meminum habis tuak dalam gelas bambu, tampak Prahasti memejamkan mata seperti sedang bersemedi.Terasa ada hawa hangat keluar dari tubuh indah wanita ini. Raut wajah Prahas
Boma Sagara menunjukkan keahliannya untuk mengelabui suami istri itu. Dia berlagak seperti seorang guru sakti yang sedang mencari murid.Tampak beberapa barang di sekitar rumah suami istri itu terangkat ke udara. Boma Sagara menggunakan ilmu Soca Iblis untuk membuat orang tua bayi itu kagum dan percaya."Wah, hebat! Paman orang sakti!" puji si suami lalu menoleh ke istrinya yang dibalas dengan anggukan."Anak kalian lahir di waktu istimewa, aku bisa merasakan dari tubuhnya memancar aura sakti yang istimewa juga!" ujar Boma Sagara meyakinkan.Sepasang suami istri itu mengulas senyum bahagia. Sepertinya mereka mendambakan seorang anak yang menjadi pendekar atau ksatria."Benarkan Paman hendak mengambil anak kami menjadi murid?" tanya si istri."Apakah kalian ingin memiliki anak pendekar yang hebat, tiada tanding di dunia persilatan?" balik tanya Boma Sagara.Kembali suami istri ini saling pandang, lalu sama-sama mengangguk
Dua sosok yang baru datang itu tidak lain adalah Saka Lasmana bersama Prahasti. Saka tampak memainkan telunjuknya sambil cengengesan."Rupanya urusan itu tentang wanita, dapat mencuri lagi! Ah, dasar!" ledek Saka. Dia ingat dulu Seta Keling pergi karena ada urusan."Lalu siapa itu? Dapat mencuri dari mana?" balas Seta Keling menunjuk ke arah Prahasti."Dia jandanya Boma Sagara, masih pantas kalau aku bawa, he... he... he...!"Seta Keling terperanjat bukan main. Tidak habis pikir bagaimana bisa Saka menemukan wanita itu."Eh, rasanya aku pernah lihat gadis yang kau curi itu!" lanjut Saka memandang ke arah Palastri."Iya, aku tahu!" Seta Keling langsung menyambar. "Dia sudah cerita, katanya kau pernah menculiknya!""Bukan menculik, tapi menyandera!" sanggah Saka."Sehebat apa musuhmu sampai menyandera demi selamatkan diri?"Kali ini Saka tak bisa menyembunyikan rasa malunya. Dia memang sempat tak bisa menembus barisan pengawal tumenggung Cakrawangsa."Itukan karena aku belum tahu celahn