Tiga gadis yang dijumpai di kedai tadi siang rupanya pengawal pribadi sang tumenggung. Jika dihitung mungkin ada dua puluh gadis yang menjaga di sana ditempatkan di lokasi masing-masing.Ada lima titik yang dijaga. Masing-masing empat orang. Mereka berjaga secara bergantian. Dua orang bertugas, dua lainnya istirahat sampai tiba giliran setelah waktu yang ditetapkan.Bagian pintu gerbang hanya ada satu kelompok yang menjaga. Di belakang ada dua titik yang dijaga. Di sudut halaman tepat pada pagarnya dan di tengah-tengah halaman.Kemudian dua lainnya ada di samping kiri dan kanan rumah yang juga memiliki halaman luas. Setiap penjagaan ada semacam gardu atau pos kecil untuk istirahat."Lewat mana, ya!" pikir Saka Lasmana.Tiba-tiba dia terkejut, bola matanya menangkap sesuatu di atas atap rumah yang paling tinggi."Astaga, hampir saja aku tidak melihatnya. Pasti dia yang paling berbahaya.Di sana tampak berdiri seorang gadis yang seragamnya sedikit berbeda dengan yang lainnya.Mungkin di
Saka mendekati lima pengawal di belakang yang berjalan mundur. Dia lepaskan serangan lalu menghambur ke depan menyerang salah satunya.Ternyata yang menyambutnya tiga orang langsung dengan jurus formasi. Kali ini Saka lebih berhati-hati. Terjadi pertarungan di tengah jalan.Tiga gadis sengaja menahan Saka agar tidak bergerak maju lagi. Sementara rombongan tumenggung terus berjalan menjauh. Ini memaksa Saka agar lekas segera melewati penghalangnya.Seperti kemarin malam, dia cari dulu di antara ketiga gadis ini yang kepandaiannya paling rendah. Meski mereka memainkan formasi jurus yang rapat dan rumit, tapi tetap saja masih bisa dilihat celah masing-masing.Misalnya dari gerak yang tidak mantap. Terutama saat gerakannya seragam. Dari situ Saka bisa menemukan orangnya.Ternyata polanya sama, orang yang paling rendah ilmunya selalu memposisikan di belakang. Sudah pasti karena di belakang merupakan jangkauan yang sulit untuk menyerang. Kalaup
Saka berhenti di pohon yang kemarin malam dijadikan tempat saat pertama menyerang kediaman tumenggung.Dia tidak melakukan serangan lagi karena butuh waktu agak lama untuk mengumpulkan tenaganya lagi dengan meminum tuak.Bagaimanapun juga dia masih manusia yang mempunyai keterbatasan tenaga. Tidak seperti tuaknya yang tidak pernah kehabisan.Malam baru mencapai puncaknya. Ditandai udara yang sangat dingin di musim kemarau. Sebelum tengah malam tadi udara masih terasa panas.Keringat di badan Saka Lasmana juga langsung kering tersapu angin malam ini."Apa mereka tidak merasa lelah?" pikir Saka memperhatikan para pengawal tumenggung yang masih selalu waspada. Mereka menempati pos masing-masing walau jumlahnya berkurang.Saka sudah siap beraksi lagi.Sang kepala pengawal sudah naik ke atas atap. Wajahnya menatap tajam ke arah di mana Saka berada. Mungkin karena kemarin berasal dari situ maka sekarang juga mengawasi pohon yang satu ini."Bagaimana caranya agar dia mendekat ke sini? Ah, ti
Ternyata ini memang ruang dapur. Tempatnya menjorok ke bawah. Pada bagian tempat memasak tidak menggunakan lantai panggung, tapi langsung di tanah.Saka bergerak perlahan menuju pintu penghubung dengan ruangan lainnya. Dia tidak segera masuk, tapi mengintip dulu ruangan sebelah.Ruangan yang luas. Sepertinya tempat berkumpul semua keluarga juga para tamu. Atau bisa jadi ruang pertemuan. Kenapa dekat dengan dapur? Itu tidak perlu dipikirkan. Sekarang dia harus menyelidiki tempat itu.Keadaannya gelap. Tidak dipasang penerangan sama sekali, tapi mata sakti Saka Lasmana bisa melihatnya seolah-olah terang benderang. Tidak ada siapa-siapa di sana.Namun, waspada harus tetap ada. Perlahan dia langkahkan kaki memasuki ruangan luas tersebut. Segala indera ditajamkan. Ibaratnya dia memasuki kandang macan.Yang punya rumah bukan pejabat biasa. Dia mempunyai kesaktian yang belum bisa diukur ketinggiannya. Menghadapi pengawalnya saja sudah kerepotan.
Dua ilmu atau ajian tertinggi dari kitab Sapta Wujud yaitu Ajian Dewa Teler dan Sukma Pamungkas.Untuk melawan Tumenggung Cakrawangsa ternyata harus mengeluarkan salah satunya, yaitu ilmu atau ajian Dewa Teler.Sang Tumenggung memegangi perutnya yang terkena hantaman bumbung tuak. Rasanya mual luar biasa dan sampai menyesakkan nafas.Saka tidak mau kehilangan peluang yang terbuka lebar itu. Sekali lagi dia gebukkan bumbung tuak ke tengkuk Tumenggung Cakrawangsa.Prukk!Kontan saja sang tumenggung roboh pingsan. Segera saja Saka menotok beberapa jalan darah gunanya agar lebih aman lagi.Ingat tugasnya, selagi masih bisa diringkus maka tidak perlu dibunuh. Kemudian Saka meraba-raba tubuh tumenggung sampai akhirnya menemukan sesuatu yang dicarinya.“Tidak salah, surat rahasia ini pasti selalu melekat di badannya!”Saka menyimpan surat rahasia pemberian Rakryan Demung Suryadana ke balik ikat pinggangnya.Selanjutnya dia memanggul tubuh Tumenggung Cakrawangsa. Lalu kabur lewat pagar yang d
Mengapa para tokoh sakti langsung turun tangan guna menangkap Ki Jangkung Wulung?Setelah diselidiki lebih jauh akhirnya diketahui bahwa Ki Jangkung Wulung bukan tokoh sembarangan.Si tinggi kurus ini memiliki sebuah ilmu langka yang sudah dianggap punah atau hilang dari dunia persilatan saat ini.Ki Jangkung Wulung memiliki ilmu yang disebut Lembu Sekilan. Dengan ilmu ini membuat tubuhnya kebal dari senjata atau pukulan sakti apa pun.Untuk itulah tokoh-tokoh tingkat tinggi di kotaraja diturunkan. Sebagai kalangan pendekar, mereka juga penasaran seperti apa ilmu Lembu Sekilan tersebut.Saat ini Ki Jangkung Wulung belum mengeluarkan ilmu tersebut. Dia masih mengandalkan golok pusaka miliknya.Braaang!!!Walaupun ukuran golok tersebut lebih kecil dari senjata golok besar milik Arya Kumbara, tetapi mampu dan berani beradu dengan golok besar tersebut.Arya Kumbara mengeluarkan jurus andalan yang membuatnya terkenal yaitu Golok Membelah Bumi.Sementara Senapati Ranggapati, Arum Sari dan A
Enam tokoh yang menjadi lawan Ki Jangkung Wulung memutar otak. Bagaimana caranya merobohkan lelaki tinggi kurus itu.Bukan hanya kebal senjata, tapi juga kebal terhadap pukulan sakti. Sudah begitu selalu mengakibatkan daya dorong yang menghantam balik si penyerang.Saka dan lima lainnya sudah mengurung Ki Jangkung Wulung, tapi belum melepaskan serangan. Hanya bergerak memutar saja, mengelilingi si tinggi kurus tersebut.“Ayo serang lagi! Panggil rajamu. Sebenarnya aku ingin melakukannya tanpa ada pertumpahan darah, tapi kalian yang memaksa!”Tidak ada yang menyahut karena sedang berpikir keras di mana letak kelemahan Ki Jangkung Wulung. Karena sekuat apa pun ilmunya pasti ada bagian yang menjadi apesnya.Keenam orang itu saling lirik seolah sedang berkomunikasi satu sama lain. Kemudian mereka siap menyerang lagi.Yang harus dilepaskan yaitu pukulan jarak jauh. Keenamnya mengincar bagian tubuh yang berbeda. Siapa tahu salah satunya merupakan kelemahan.Mereka melepaskan sambil meloncat
Tidak ada yang bisa mengejar sosok yang mengambil jasad Ki Jangkung Wulung tersebut karena gerakannya sangat cepat.Sepertinya Saka mengenali aura yang ditinggalkan orang tersebut.“Sepertinya aku ingat orang itu!”“Siapa?” tanya Arya Kumbara.Namun, sebelum menjawab tiba-tiba datang seorang prajurit yang hendak melapor kepada Senapati Ranggapati.“Lapor, Gusti Senapati. Tahanan yang bernama Cakrawangsa kabur!”“Nah, itu dia maksudku!” sahut Saka.“Untuk apa dia mengambil mayat Ki Jangkung Wulung?” tanya sang senapati kemudian.“Aku ingat orang yang memiliki ilmu Lembu Sekilan bisa dihidupkan kembali dan akan hidup abadi untuk selamanya.” Ki Sempana memaparkan.Semua yang ada di sana sangat terkesiap. Artinya dunia persilatan akan ada kekacauan lagi dan tentunya bisa mengganggu stabilitas kerajaan juga.Tiba-tiba Saka teringat sesuatu. Segera saja dia berlari masuk ke rumah kediaman Rakryan Dem
"Sampai kapan aku mengawasi seperti ini," gerutu Nari Ratih sambil memakan buah jambu. Kalau ditinggalkan takut yang dikhawatirkan terjadi. Bukankah dia sedang berjaga mencegah jatuhnya korban pembunuhan lagi. Namun, kalau dipikir lagi sejenak hatinya jadi ragu. Sebabnya prajurit kerajaan yang ditugaskan menangani kasus ini sudah mengendus ke Seta Aji. Kalau sudah begitu bisa saja Seta Aji tidak melanjutkan aksinya. Bagaimana kalau prajurit kerajaan mendatangi rumah dan menangkap Seta Aji? Sia-sia saja dia berjaga di situ. Apa yang dipikirkan Nari Ratih memang benar. Lima prajurit kerajaan yang dipimpin seorang Bekel mendatangi rumah Seta Aji. Tentu saja pihak berwenang dari kerajaan juga menyelidiki tiga pembunuhan yang terjadi. Dari tanda silang yang tergores di paha korban menunjuk satu tersangka, Seta Aji. Sampai di depan rumah Seta Aji, enam prajurit ini hanya mendapati Amba Citra yang sed
Giliran Nari Ratih yang kerutkan kening sambil menarik wajahnya. Lalu dia menghempas napas lega. Maklum saja Amba Citra menyangka demikian, karena dia belum tahu kalau dia sudah mempunyai suami seorang pendekar tangguh.Amba Citra menatap sahabatnya menunggu jawaban. Si gadis ini perawakannya tak jauh beda dengan Nari Ratih. Tinggi semampai, cantik, hanya wajahnya bulat dengan mata agak belo. Berbeda dengan Nari Ratih yang memiliki wajah lonjong dan mata tipis.Nari Ratih tidak segera memberitahukan tentang statusnya yang sudah bersuami. Ada yang lebih penting yang harus didahulukan, yaitu mencari pembunuh sahabatnya."Aku hanya ingin memperoleh keterangan yang banyak tentang dia darimu,""Baik, tapi apa kau yakin aku memiliki pengetahuan banyak tentang Seta Aji?""Tentu saja, karena kau tetangganya!""Baiklah, silakan bertanya!" Amba Citra mengangkat telapak tangannya menghadap ke atas.Nari Ratih menarik napas panjang.
Seketika langsung berjingkat badannya. Dadanya mendadak berdebar kencang. Bagaimana bisa ada orang masuk? Padahal dia sudah mengunci pintu sejak masuk tadi."Kau!"Semakin terkejut gadis ini begitu mengenali orang misterius ini."Bagaimana kau bisa masuk?"Lelaki berpakaian serba hitam ini tersenyum sinis dengan sorot mata tajam mengandung hawa sadis. Seperti elang hendak mencengkram mangsanya."Aku sudah menunggu kamu dari tadi." Suaranya besar tapi pelan dan seolah sengaja diserak-serakkan."Gila, kamu! Masuk tanpa ijin. Mau apa kamu? Mencuri?"Si lelaki mengekeh pelan. "Ya, aku mau mencuri nyawamu,""Bangsat, kamu! Antara aku dan kamu sudah tidak ada hubungan lagi, sudah tidak ada masalah lagi. Mau apa lagi kamu?"Sudah aku bilang, aku mau nyawamu. aku masih sakit hati dicampakkan sama kamu. Aku dendam, dan Kamu harus terima akibatnya,""Sinting, kamu! Pergi! Atau aku panggil kakangku buat m
Berita terbunuhnya Rara Intan yang mayatnya dikirim dalam sebuah peti sampai juga ke keluar Ki Barna. Nari Ratih dan Saka pun otomatis mendengar berita ini.Peristiwa ini terjadi siang hari setelah beberapa lama penguburan Arum Honje."Tandanya sama seperti pembunuhan Arum Honje," kata Ki Barna menjelaskan. Rara Intan Putri ketiga juragan Gumara orang terkaya di desa Jati Waringin. Mayat Rara Intan ditemukan di dalam sebuah peti yang dikirim oleh seseorang yang misterius."Dalam satu hari ini sudah dua kali Saka dan Nari Ratih menghadiri pemakaman. Pagi tadi penguburan Arum Honje sahabatnya Nari Ratih. Sekarang Rara Intan.Walaupun bukan orang yang dikenal keduanya, tapi cara pembunuhan yang dilakukan sama seperti yang menimpa Arum Honje.Awalnya Ki Barna yang mendengar kegegeran itu. Geger karena tidak menyangka, pagi hari Rara Intan pergi ke pasar sendirian. Tetapi pulang dikirim dalam peti mati.Yang membuat penasaran yaitu ad
"Dia calon istri Raden Sujiwa, putra seorang menteri dari Manukrawa, tidak ada alasan calon suaminya yang membunuh,""Dari petunjuk yang sengaja ditinggalkan, jelas maksud pembunuhan ini adalah balas dendam. Tapi dendam apa?""Kalau soal harta kekayaan, tidak mungkin. Keluarga Ki Barna tidak memiliki harta yang berlimpah. Misalnya, adiknya Randu ingin menguasai harta warisan sendiri, itu tidak mungkin!" tegas Nari Ratih."Sepertinya masalah cinta. Saka meneguk tuaknya. "Coba kau ingat-ingat barangkali sebelum Raden Sujiwa, mungkin ada lelaki lain yang pernah jadi kekasihnya. Atau ada wanita mencintai Raden Sujiwa, dia tidak ingin ada wanita lain yang memilikinya,"Nari Ratih menopang dagunya. Pikirannya berputar-putar memanggil ingatannya."Aku tidak tahu tentang Raden Sujiwa, tapi aku tahu Arum Honje pernah memiliki kekasih sebelum dilamar Raden Sujiwa."Menduga-duga boleh saja, tapi harus disertai bukti kuat yang mengarah kepad
Orang yang dipanggil Tuanku ini melepaskan pukulan. Ternyata dia memiliki tenaga dalam lumayan, tapi masih berada di bawah Resi Danuranda. Tentu saja hanya dalam beberapa gebrak, Tuanku telah ambruk kehilangan tenaganya.Di sebelah sana Nari Ratih juga telah menyelesaikan tugasnya. Semua penjaga rumah telah terkapar dengan luka parah yang membuat mereka tak mampu menyerang lagi. Mereka masih dibiarkan hidup.Beberapa saat kemudian berdatangan orang-orang. Saka Sinting langsung mengarahkan mereka masuk ke dalam rumah."Cari dan ambillah yang menjadi milikmu saja!"Setelah semuanya selesai. Si Tuanku, Resi Danuranda dan semua anak buahnya diikat dan dikumpulkan di bangunan tanpa dinding.Saka Sinting berpesan kepada orang-orang bekas pengikut Resi Danuranda yang hendak pulang, agar ada yang melaporkan ke pihak kerajaan.Empat hari kemudian, rombongan prajurit Galuh yang datang dipimpin seorang senapati. Mereka juga datang bersama
Saka Sinting bergerak mendekati resi Danuranda. Bagi sang resi ini kesempatan untuk meleburkan tubuh Saka Sinting dengan apinya yang panasnya mampu mencairkan baja sebesar kerbau dalam waktu singkat."Konyol, cari mati kau!" seru sang Resi tersenyum merasa menang. Lalu dengan cepat dia songsong Saka Sinting. Dua telapak tangan berhasil meraih bahu pemuda itu.Seketika api membungkus seluruh tubuh Saka Sinting. Bahkan dari mulut sang resi juga menyembur lidah api khusus membakar bagian kepala.Namun, Saka Sinting tetap tenang. Dia tidak merasakan kepanasan sama sekali. Kobaran api itu tidak membuatnya terbakar.Tubuhnya dalam keadaan baik-baik saja. Malah seolah sengaja dirinya dibakar. Saka Sinting berdiri sambil bersedekap. Kedua matanya menatap tajam wajah resi Danuranda.Beberapa lama keadaan tetap seperti itu meskipun resi Danuranda telah mengerahkan seluruh tenaga dalamnya. Jika dilihat dari jauh maka kobaran api itu seperti api ungg
Bola mata resi Danuranda bergerak-gerak seperti sedang mencari sesuatu. Wajahnya menunjukan kecemasan. Kini dia tengak-tengok ke segala arah. Sepertinya dia merasakan kehadiran seseorang."Aneh, sepertinya ada jurig menyusup. Tapi untuk apa?" Resi Danuranda mendesah lalu melangkah keluar. Ternyata dia cukup peka juga. Tapi hanya sekadar peka tidak mampu mendeteksi lebih jauh.Saka Sinting tersenyum memandangi punggung sang resi. "Aku memang jurig, tapi cuma sementara, resi gadungan!"Jelaslah sekarang tujuan semua ini. Kalau dulu ada Boma Sangara yang hendak membangun kerajaan baru. Kini, entah siapa orang yang dipanggil Tuanku itu, dia merencanakan menguasai kota raja Pakuan.Saka Sinting kembali ke raga kasarnya. Sampai di sana pemuda ini terkejut karena resi Danuranda berdiri mematung di bawah pohon di mana raga kasarnya berada. Wajahnya tampak mendongak ke atas."Rupanya penyusupnya ada di sini!" seru resi Danuranda. Tangan kanannya m
Dengan canggung Bayunata menjelaskan tujuan mereka. Pemuda yang jelas tahu cara kerja Resi Danuranda wajar curiga kepada tiga orang yang kini sudah turun dari kereta kuda.Si pemuda mendekati mereka. "Dari mana kalian tahu tentang Eyang Resi?" selidiknya.Sesuai rencana yang sudah diatur sebelumnya, Sundari menjawab. "Saudara saya sudah lebih dulu ikut Eyang Resi, saya dan keponakan saya ini juga ingin mengikuti jejak saudara saya,""Siapa saudara yang kau maksud?""Namanya Nyai Mandita,""Apa kalian tahu syaratnya?"Kemudian Saka Sinting menunjukkan peti besar yang terikat di kolong kereta kuda. Dengan sedikit membukanya, terlihatlah tumpukan perhiasan dan batangan emas.Peti berisi harta perhiasan ini berasal dari Nini Ratminah atas ide dan permintaan Saka setelah tahu persyaratan yang disebutkan Ki Bayunata. Bagi bangsa guriang, itu hal yang sangat mudah mendatangkan harta sebanyak itu.Pemuda itu terperangah