Saka Sinting meraba pinggangnya yang kesakitan sambil menggeliat-geliat dan mengerang.
“Aduuh …!”Saat membuka mata, ternyata hari sudah terang. Saka mendapati dirinya tergeletak di bawah pohon. Ternyata dia jatuh dari atas pohon.“Ah! Cuma mimpi. Sialan! Wah, celanaku basah lagi!”Yang membuat sakit pinggang hingga ke punggung adalah bumbung bambu yang masih menyantel.Saka tampak menyesali kalau keindahan yang dia alami ternyata hanya mimpi belaka, tapi rasanya seperti nyata.Segera dia meneguk tuak demi menghilangkan rasa sakit di tubuhnya.“Anggita, kenapa aku jadi memikirkannya?”Kemudian Saka berdiri. Dia mencari sungai atau sumber mata air untuk membersihkan badannya dan menyamarkan celananya yang basah.“Gelo, sampai basah begini!”Sayang sekali hanya mimpi. Mungkinkah suatu saat akan menjadi kenyataan? Entahlah, Saka tidak berharap banyak. Lagipula belum tentu Anggita menyukainya.Sesampainya di halaman depan. Senapati Ranggapati membawa sepasukan kecil seperti hendak menangkap seseorang.Begitu melihat Ki Sempana bersama Arya Kumbara dan Saka, sang senapati langsung menjura.“Kalau Gusti Senapati yang datang, berarti ada hal yang sangat penting,” ujar Ki Sempana setelah balas menjura.“Semalam istana ada yang menyusup dan kami hendak menangkap si penyusup itu!”Saka terkesiap, dua orang di sebelah menatap kepadanya.“Tapi saya punya ini!” Saka langsung menunjukkan lempengan lencana pemberian Anggita.Senapati Ranggapati tersenyum lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Saka. Berbisik. Terlihat Saka menyimpan kembali lencananya.Setelah Ranggapati kembali ke posisinya, Saka menoleh ke arah Ki Sempana dan Arya Kumbara.“Aku harus ikut dibawa,” ujar Saka dengan raut wajah penuh isyarat.Beberapa saat ayah dan anak itu mencerna maksud si pendekar tukang mabuk itu. Sampai akhirnya angguk-angguk kecil.Kemudian dua orang prajurit mengikat kedua tangan Saka dengan ranta
Bukannya menunduk, si utusan ini malah menantang Saka dengan tatapan tajam. Menunggu datangnya hantaman bumbung bambu.Saka semakin menyeringai seperti orang gila kerasukan setan. Jiwanya sudah tidak punya rasa iba lagi. Membunuh orang seperti membunuh serangga saja.Namun, ketika bumbung itu hendak diayunkan, tiba-tiba satu suara menahan gerakan Saka.“Jangan!”Saka turunkan bumbungnya, lalu menoleh. Ternyata Senapati Ranggapati yang datang. Nafsu membunuh yang sudah memuncak tadi mendadak lenyap begitu saja.“Dia masih berguna. Sekarang kita masuk ke rencana selanjutnya,” ujar Senapati Ranggapati.Siang tadi ketika sang senapati berbisik kepada Saka adalah mengungkapkan rencananya yang pertama.Menurut Ranggapati, walaupun istana sudah mencium tindak tanduk Rakryan Demung yang merugikan kerajaan, tapi tetap tidak mau kehilangan wibawa dengan membiarkan penyusup bebas.Jadi Senapati Ranggapati meminta Saka agar bekerja sama. Sang senapati menduga Rakryan Demung akan melakukan sesuatu
Tiga gadis yang dijumpai di kedai tadi siang rupanya pengawal pribadi sang tumenggung. Jika dihitung mungkin ada dua puluh gadis yang menjaga di sana ditempatkan di lokasi masing-masing.Ada lima titik yang dijaga. Masing-masing empat orang. Mereka berjaga secara bergantian. Dua orang bertugas, dua lainnya istirahat sampai tiba giliran setelah waktu yang ditetapkan.Bagian pintu gerbang hanya ada satu kelompok yang menjaga. Di belakang ada dua titik yang dijaga. Di sudut halaman tepat pada pagarnya dan di tengah-tengah halaman.Kemudian dua lainnya ada di samping kiri dan kanan rumah yang juga memiliki halaman luas. Setiap penjagaan ada semacam gardu atau pos kecil untuk istirahat."Lewat mana, ya!" pikir Saka Lasmana.Tiba-tiba dia terkejut, bola matanya menangkap sesuatu di atas atap rumah yang paling tinggi."Astaga, hampir saja aku tidak melihatnya. Pasti dia yang paling berbahaya.Di sana tampak berdiri seorang gadis yang seragamnya sedikit berbeda dengan yang lainnya.Mungkin di
Saka mendekati lima pengawal di belakang yang berjalan mundur. Dia lepaskan serangan lalu menghambur ke depan menyerang salah satunya.Ternyata yang menyambutnya tiga orang langsung dengan jurus formasi. Kali ini Saka lebih berhati-hati. Terjadi pertarungan di tengah jalan.Tiga gadis sengaja menahan Saka agar tidak bergerak maju lagi. Sementara rombongan tumenggung terus berjalan menjauh. Ini memaksa Saka agar lekas segera melewati penghalangnya.Seperti kemarin malam, dia cari dulu di antara ketiga gadis ini yang kepandaiannya paling rendah. Meski mereka memainkan formasi jurus yang rapat dan rumit, tapi tetap saja masih bisa dilihat celah masing-masing.Misalnya dari gerak yang tidak mantap. Terutama saat gerakannya seragam. Dari situ Saka bisa menemukan orangnya.Ternyata polanya sama, orang yang paling rendah ilmunya selalu memposisikan di belakang. Sudah pasti karena di belakang merupakan jangkauan yang sulit untuk menyerang. Kalaup
Saka berhenti di pohon yang kemarin malam dijadikan tempat saat pertama menyerang kediaman tumenggung.Dia tidak melakukan serangan lagi karena butuh waktu agak lama untuk mengumpulkan tenaganya lagi dengan meminum tuak.Bagaimanapun juga dia masih manusia yang mempunyai keterbatasan tenaga. Tidak seperti tuaknya yang tidak pernah kehabisan.Malam baru mencapai puncaknya. Ditandai udara yang sangat dingin di musim kemarau. Sebelum tengah malam tadi udara masih terasa panas.Keringat di badan Saka Lasmana juga langsung kering tersapu angin malam ini."Apa mereka tidak merasa lelah?" pikir Saka memperhatikan para pengawal tumenggung yang masih selalu waspada. Mereka menempati pos masing-masing walau jumlahnya berkurang.Saka sudah siap beraksi lagi.Sang kepala pengawal sudah naik ke atas atap. Wajahnya menatap tajam ke arah di mana Saka berada. Mungkin karena kemarin berasal dari situ maka sekarang juga mengawasi pohon yang satu ini."Bagaimana caranya agar dia mendekat ke sini? Ah, ti
Ternyata ini memang ruang dapur. Tempatnya menjorok ke bawah. Pada bagian tempat memasak tidak menggunakan lantai panggung, tapi langsung di tanah.Saka bergerak perlahan menuju pintu penghubung dengan ruangan lainnya. Dia tidak segera masuk, tapi mengintip dulu ruangan sebelah.Ruangan yang luas. Sepertinya tempat berkumpul semua keluarga juga para tamu. Atau bisa jadi ruang pertemuan. Kenapa dekat dengan dapur? Itu tidak perlu dipikirkan. Sekarang dia harus menyelidiki tempat itu.Keadaannya gelap. Tidak dipasang penerangan sama sekali, tapi mata sakti Saka Lasmana bisa melihatnya seolah-olah terang benderang. Tidak ada siapa-siapa di sana.Namun, waspada harus tetap ada. Perlahan dia langkahkan kaki memasuki ruangan luas tersebut. Segala indera ditajamkan. Ibaratnya dia memasuki kandang macan.Yang punya rumah bukan pejabat biasa. Dia mempunyai kesaktian yang belum bisa diukur ketinggiannya. Menghadapi pengawalnya saja sudah kerepotan.
Dua ilmu atau ajian tertinggi dari kitab Sapta Wujud yaitu Ajian Dewa Teler dan Sukma Pamungkas.Untuk melawan Tumenggung Cakrawangsa ternyata harus mengeluarkan salah satunya, yaitu ilmu atau ajian Dewa Teler.Sang Tumenggung memegangi perutnya yang terkena hantaman bumbung tuak. Rasanya mual luar biasa dan sampai menyesakkan nafas.Saka tidak mau kehilangan peluang yang terbuka lebar itu. Sekali lagi dia gebukkan bumbung tuak ke tengkuk Tumenggung Cakrawangsa.Prukk!Kontan saja sang tumenggung roboh pingsan. Segera saja Saka menotok beberapa jalan darah gunanya agar lebih aman lagi.Ingat tugasnya, selagi masih bisa diringkus maka tidak perlu dibunuh. Kemudian Saka meraba-raba tubuh tumenggung sampai akhirnya menemukan sesuatu yang dicarinya.“Tidak salah, surat rahasia ini pasti selalu melekat di badannya!”Saka menyimpan surat rahasia pemberian Rakryan Demung Suryadana ke balik ikat pinggangnya.Selanjutnya dia memanggul tubuh Tumenggung Cakrawangsa. Lalu kabur lewat pagar yang d
Mengapa para tokoh sakti langsung turun tangan guna menangkap Ki Jangkung Wulung?Setelah diselidiki lebih jauh akhirnya diketahui bahwa Ki Jangkung Wulung bukan tokoh sembarangan.Si tinggi kurus ini memiliki sebuah ilmu langka yang sudah dianggap punah atau hilang dari dunia persilatan saat ini.Ki Jangkung Wulung memiliki ilmu yang disebut Lembu Sekilan. Dengan ilmu ini membuat tubuhnya kebal dari senjata atau pukulan sakti apa pun.Untuk itulah tokoh-tokoh tingkat tinggi di kotaraja diturunkan. Sebagai kalangan pendekar, mereka juga penasaran seperti apa ilmu Lembu Sekilan tersebut.Saat ini Ki Jangkung Wulung belum mengeluarkan ilmu tersebut. Dia masih mengandalkan golok pusaka miliknya.Braaang!!!Walaupun ukuran golok tersebut lebih kecil dari senjata golok besar milik Arya Kumbara, tetapi mampu dan berani beradu dengan golok besar tersebut.Arya Kumbara mengeluarkan jurus andalan yang membuatnya terkenal yaitu Golok Membelah Bumi.Sementara Senapati Ranggapati, Arum Sari dan A