Share

Bab 003

Penulis: Nandar Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-18 10:20:21

Dengan caranya sendiri Surya Kanta menguji kekuatan fisik Kameswara. Cara yang tidak mencolok seperti guru silat saat menguji muridnya. Surya Kanta hanya menyuruh Kameswara melakukan sesuatu.

Dari caranya itu dia bisa membaca kualitas tulang hasil gemblengan dan mengkonsumsi sumber daya.

Ternyata hasilnya lumayan signifikan. Selama lima purnama telah menaikkan jenis tulang Kameswara menjadi tulang Tembaga tingkat tiga.

Bukan hanya karena sumber daya dan gemblengannya. Tapi juga karena kemauan kuat yang dimiliki Kameswara.

Suatu sore ketika Kameswara selesai bekerja, Surya Kanta memanggilnya.

"Ada apa, Paman?"

"Aku lihat kau mengalami kemajuan, apa yang kau rasakan?"

Kameswara berpikir sejenak. "Tubuhku terasa lebih kuat. Setiap harinya aku mampu mengangkat beban lebih berat dari sebelumnya,"

"Bagus, apa kau ingin tahu jenis tulangmu sekarang?"

"Iya, dong, Paman!" Kameswara tersenyum lebar.

"Tapi aku tidak tahu cara memeriksanya," Darna Salira berbohong.

Kameswara garuk-garuk kepala dengan alis terangkat.

"Untuk itulah aku akan memberimu tugas," lanjut Darna Salira.

Sepasang mata Kameswara berbinar. Dia menduga tugas kali berbeda dengan hari-hari biasanya. Dia selalu semangat mengerjakan tugasnya.

Surya Kanta mengeluarkan sebuah bumbung bambu yang bagian lubangnya disumpal dengan potongan kayu pendek.

"Antarkan ini ke Kakek Ranu Baya, besok!" Surya Kanta mengulurkan bumbung bambu itu.

Kameswara menerimanya. Artinya dia akan pergi ke perguruan Sangga Buana. Bertemu dengan Ranu Baya.

Selain menjalankan tugasnya dia bisa menanyakan tentang kualitas dan jenis tulangnya. Begitulah yang ada di pikiran Kameswara.

"Baik, Paman, aku akan berangkat pagi-pagi sekali!"

Itu berarti juga besok Kameswara tidak bekerja di ladang seperti biasanya. Jika tidak ada hambatan, sore harinya juga dia sudah kembali lagi.

***

Malam hari ketika Kameswara terlelap dalam tidurnya. Dia diganggu oleh mimpi buruk.

Dalam mimpinya Kameswara masih kecil, baru mendekati umur satu tahun. Dia berada dalam gendongan ibunya dan sedang menangis keras.

Menangis ketakutan karena sesuatu sedang menimpa keluarganya. Dia melihat ayahnya tengah berjuang mati-matian menghadapi beberapa orang bersenjata golok yang penuh nafsu membunuh.

"Kakaaang...!"

Suara jerit ibunya memekak telinga ketika melihat sang ayah bersimbah darah. Kameswara melihat seperti dalam gerakan lambat, sang ayah roboh jatuh ke tanah lalu terdiam untuk selamanya.

Tatapan sang ayah menyiratkan harapan kepadanya. Tapi Kameswara kecil belum mengerti sama sekali.

"Jangan, jangan!"

Kemudian terdengar lagi suara ibunya yang memohon belas kasihan. Tapi Kameswara tidak bisa melihat apa yang terjadi.

Karena dia merasakan dirinya terbang melayang ke atas lalu ada sepasang tangan yang menangkapnya.

Kini dia bisa melihat ibunya sedang meronta-ronta melepaskan diri dari cengkraman tangan kekar lelaki bertampang garang.

Sang ibu diperlakukan tidak senonoh oleh beberapa lelaki lainnya yang juga garang. Tapi pandangan Kameswara semakin menjauh dari ibunya.

Satu yang jelas dilihatnya, beberapa lelaki itu memakai kalung yang berbandul tengkorak warna merah di lehernya.

Semakin jauh terus sampai sudah tak terlihat lagi tiba-tiba Kameswara terperanjat bangun dari tidurnya.

"Mimpi itu lagi!" ujarnya Sambil menyeka keringat yang mengucur di dahinya.

Sudah sering dia bermimpi seperti ini. Tapi tidak setiap malam. Adegan dalam mimpi ini selalu sama.

Begitu terbangun karenanya, Kameswara sudah mandi keringat dan napas ngos-ngosan seperti habis berlari.

"Rumahku disatroni perampok, ayah berusaha melawan tapi malah tewas. Lalu perampok itu mengerjai ibu. Aku dilempar, untung nenek menyelamatkanku," tutur Kameswara menceritakan mimpinya sendiri.

Selalu seperti itu begitu dia terbangun dari mimpi buruk itu, dia bercerita sendiri.

Lalu dia ingat sebelum sebatang kara seperti sekarang dia dirawat oleh neneknya sampai berumur enam tahun. Kemudian si nenek meninggal karena sudah sering sakit-sakitan.

"Kalung tengkorak merah!" desis Kameswara ingat persis apa yang dilihatnya karena sudah sering memimpikannya.

Sebenarnya mimpi itu adalah kejadian nyata sewaktu dia masih kecil dan belum paham dengan apa yang terjadi. Kejadian itu terekam dan selalu diputar ulang dalam mimpinya.

Kameswara menganggap ini adalah isyarat dari orang tuanya agar membalaskan dendam kematian mereka. Dan ini menjadi alasan lain Kameswara terpaksa jadi pendekar.

Dia berniat suatu saat akan menanyakan tentang kalung tengkorak merah kepada Surya Kanta atau kepada orang lain yang mungkin tahu.

Anak ini tak bisa tidur lagi kalau sudah bermimpi seperti ini. Sedangkan hari masih lama menuju pagi. Akhirnya dia merebus sumber daya yang masih tersisa satu kali godokan lagi.

Kameswara mengkonsumsi godokan sumber daya setelah dirasa sudah pas sesuai aturan. Kemudia dia bersemedi, mengatur napas sesuai yang diajarkan Surya Kanta.

Kameswara tidak tahu kalau Surya Kanta adalah pendekar yang menyembunyikan jati dirinya.

Dia hanya tahu tetangganya itu memiliki pengetahuan tentang kependekaran. Tapi menduga-duga sedikitnya pasti mempunyai kepandaian silat.

Sampai pagi Kameswara baru menyelesaikan semedinya. Dia tidak merasa ngantuk lagi. Malah badannya terasa segar. Segera dia membersihkan diri untuk bersiap-siap melaksanakan tugasnya.

Sebelum berangkat ternyata Surya Kanta mengajaknya sarapan dulu.

"Aku berangkat, Paman!"

"Ya, hati-hati!"

Dengan wajah dan perasaan ceria Kameswara melangkahkan kakinya menuju perguruan Sangga Buana. Beberapa bulan lalu dirinya tidak lulus menjadi murid perguruan besar itu.

Kameswara menggendong buntalan kecil di bahu kanannya. Selain bumbung bambu, juga terdapat beberapa makanan untuk bekal pemberian Surya Kanta.

Perjalanan kali ini tidak seperti dulu. Di mana Kameswara sering merasa kelelahan terutama pada jalan yang menanjak. Sekarang dia lebih kuat melangkah dengan tegap.

Perubahan ini membuatnya senang dan lebih semangat. Tidak peduli berapa lama prosesnya untuk menjadi pendekar, dia akan menjalani secara bertahap dan tekun.

Sudah jauh Kameswara berjalan. Kini dia memasuki sebuah kampung yang ramai. Dia sering lewat kampung ini sebelumnya, tapi tidak seramai ini. Banyak orang berbondong-bondong menuju suatu tempat.

Sepertinya ada sesuatu yang terjadi. Kameswara ikut penasaran. Karena arahnya sama dengan tujuannya, maka Kameswara ikut berbaur bersama yang lainnya.

Satu hal yang tidak disadarinya, yaitu tidak anak seusianya di antara mereka.

"Mungkin cuma aku yang anak kecil!" Tapi Kameswara tak peduli. Lagi pula dia sedang menjalankan tugas.

Semakin dekat semakin ramai. Ternyata orang-orang itu berdiri di pinggir jalan yang lebih besar. Mereka seperti menunggu sesuatu yang lewat.

Orang-orang berderet begitu rapat sehingga Kameswara tidak dapat melihat ke arah jalan. Akhirnya dia punya inisiatif.

Dia mencari pohon terdekat lalu memanjat ke atas. Duduk dan berpegangan di salah satu dahannya.

Kameswara akhirnya bisa melihat ke arah jalan yang tampaknya sengaja dikosongkan. Terlihat ada banyak prajurit berjaga di pingigir agar orang-orang tidak terlalu masuk ke jalan.

Tampaknya akan ada orang penting kerajaan yang akan melewati jalan ini.

Keberadaan Kameswara di atas pohon tidak ada yang menyadarinya karena mereka lebih fokus menunggu yang akan lewat. Jadi dia merasa aman-aman saja.

***

Bab terkait

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 004

    Cuaca hari ini begitu cerah. Udara yang berhembus juga terasa segar. Sehingga panas mentari tak terasa terik. Kameswara masih di atas pohon.Setelah beberapa saat menunggu akhirnya dari arah jalan besar sebelah kanan Kameswara muncul satu rombongan kereta kuda yang bentuknya terbuka tanpa dinding hanya ada tiang penyangga atap.Di depan kereta kuda ada enam pengawal berkuda dengan senjata lengkap. Di samping kanan dan kirinya masing-masing tiga prajurit berjalan kaki juga dengan senjata lengkap. Dan di belakang ada dua pengawal berkuda.Pandangan orang-orang tertuju pada sosok yang ada di kereta kuda. Seorang gadis yang cantiknya bagai dewi. Berkulit kuning langsat, halus dan bersih. Berpakaian dan perhiasan yang mewah. Semua orang memujinya."Gusti putri Kentring Manik sangat cantik, ya?""Ya, pasti cantik. Kan, putri raja!""Tapi tidak sama dengan putri yang lain!""Ya, benar!""Saking cantiknya sampai-sampai Raden Marugul sendiri yang menjadi kusirnya!""Wajar saja demi menjaga kea

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 005

    Ketika Kameswara sampai di pintu gerbang perguruan Sangga Buana, keadaanya sudah bersih dan rapi kembali.Karena sebelumnya dia telah membersihkan luka-luka dan juga pakaiannya di sebuah mata air yang terdapat di lereng gunung.Dua orang murid berumur belasan tahun yang kebagian berjaga hari itu langsung menghadang Kameswara dengan pandangan merendahkan."Tidak ada pendaftaran murid baru sekarang, tunggu satu setengah tahun lagi!" Salah satunya langsung menghardik.Kameswara cuma kerenyitkan keningnya. Wajahnya agak mendongak karena penjaga itu lebih tinggi badannya. Siapa juga yang mau mendaftar? Dia cuma menjalankan tugas."Pulanglah, jangan mengganggu tugasku!" usir yang satunya.Main usir saja nih murid belagu!"Aku datang hendak menyampaikan pesan kepada Kakek Ranu Baya," Kameswara juga langsung menjelaskan tujuannya. Dalam hati dia 'ngedumel'."Ah, siapa kau, orang penting juga bukan! Berani-beraninya sok kenal sama guru Ranu Baya!""Aku cuma menjalankan tugas!""Tugas?"Kedua

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 006

    Yang berdiri di tengah lapangan adalah pemuda gagah berumur dua puluh lima tahun. Namun, ketampanan wajahnya tertutupi sifat angkuh dengan sorot mata bengis mengintimidasi setiap mata yang mencoba memandangnya dari jarak dekat."Itu Raden Marugul, kan?" tanya Kameswara memastikan."Kau sudah tahu rupanya!""Iya, Kek. Tadi di perjalanan aku melihatnya. Orang-orang menyebutnya Raden Marugul,""Aku berdiri di sini bermaksud ingin menguji calon adik iparku!" teriak Raden Marugul lantang. Suaranya menggema hingga ke setiap sudut perguruan."Sifat arogannya tidak juga hilang!" ujar Ranu Baya pelan tapi masih terdengar di telinga Kameswara."Mereka datang ke sini cuma mau pamer-pameran, Kek?"Ranu Baya mendelik mendengar ucapan Kameswara. Anak ini berani lancang juga. Dia berkata tanpa beban.Tanpa berpikir bagaimana kalau didengar langsung oleh yang bersangkutan.Namun, di sisi lain Ranu Baya tahu ini hanya aji mumpung Raden Marugul yang ingin mempermalukan calon adik iparnya. Lalu mengerti

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 007

    Kameswara baru sampai di rumah ketika sudah larut malam. Seandainya sampai tengah malam atau dini hari pun dia akan tetap pulang hari itu juga. Dia tidak mau, misalnya numpang menginap di rumah orang.Buntalannya digantung di tiang rumah. Karena ngantuk dan kelelahan, dia tidak sempat mandi atau makan dulu.Kameswara langsung meluruskan punggungnya di tempat tidur dan terlelap setelah beberapa saat.Pagi harinya setelah membersihkan diri, dia sudah siap bekerja lagi. Segera dia ke rumah sebelah sambil membawa surat balasan dari Ranu Baya. Soal kitab Sumber Daya, dia akan membacanya nanti malam."Kalau kau masih lelah, istirahat saja dulu!" ujar Surya Kanta setelah membaca isi pesan yang disimpan dalam bumbung bambu."Aku siap kerja, Paman!""Baiklah kalau begitu!"Kameswara pun pamit menuju ladang setelah menyiapkan sesuatu yang harus dibawa hari itu. Surya Kanta menatap kepergian anak yang seolah tak pernah padam semangatnya.Surya Kanta memikirkan pesan Ranu Baya. Rupanya anak itu t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 008

    Hari ini Kameswara heran. Sampai lewat tengah hari melakukan pekerjaan rutinnya di kebun, orang bertopeng belum menampakan dirinya. Dia menunggu terus sampai waktu pulang tiba.Orang yang ditunggu tidak muncul juga. Akhirnya Kameswara pulang setelah pekerjaan selesai dengan sebuah pertanyaan mengganjal di benaknya.Beberapa tombak lagi menuju rumahnya, telinga Kameswara mendengar suara keributan.Segera saja dia waspada walaupun tidak tahu apa yang terjadi. Dia percepat jalannya. Ternyata suara keributan itu berasal dari halaman depan rumah Surya Kanta.Kameswara tidak segera menghampiri ke sana, tapi bersembunyi di salah satu sisi rumah Surya Kanta. Dia mengintip apa yang sedang terjadi.Ada lima orang yang pakaiannya seragam bentuknya. Warnanya merah darah. Celana komprang hitam.Orang-orang ini semuanya berbadan kekar dan wajah sangar. Rambut gimbal dengan ikat kepala yang sewarna dengan bajunya.Yang membuat Kameswara terkejut, kelima orang ini memakai kalung berbandul tengkorak m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 009

    Sejak kecil Surya Kanta terkenal nakal dan bandel. Dia selalu menindas anak lain yang terlihat lemah. Dia banyak dibenci dan ditakuti anak-anak lain.Banyak orang tua anak lain yang mengadukan kenakalannya kepada orang tuanya. Akibatnya Surya Kanta selalu menjadi sasaran kemarahan ayahnya. Tapi dia tidak pernah kapok.Kabar tentang kenakalan Surya Kanta menarik perhatian seorang pendekar aliran hitam yang menjadi pemimpin Laskar Siluman Merah. Dia menyuruh anak buahnya untuk menculik Surya Kanta.Tidak ada yang merasa kehilangan ketika Surya Kanta dikabarkan lenyap entah kemana. Menurut seseorang ada yang menyaksikan Surya Kanta dibawa orang tak dikenal.Di usia sepuluh tahun Surya Kanta sudah direkrut jadi anggota Laskar Siluman Merah. Dia dididik langsung oleh Ki Rembong, sang pimpinan Laskar Siluman Merah.Ternyata Surya Kanta memiliki bakat luar biasa. Dengan mudah dia bisa menyerap dan menguasai setiap ilmu yang diajarkan Ki Rembong.Sehingga dalam usia lima belas tahun, Surya Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 010

    Sudah lama Kameswara berdiri mematung di dalam kamar bekas tempat tidur Surya Kanta. Dia menghadap ke salah satu dinding yang di situ tergantung beberapa benda.Dua di antaranya seragam merah darah Laskar Siluman Merah beserta kalung berbandul tengkorak yang menjadi ciri dan lambang laskar itu.Kameswara ambil kalung itu dan memasukannya ke dalam buntalan. Dia sudah bersiap hendak pergi ke suatu tempat di mana terdapat kitab pusaka yang disembunyikan Surya Kanta.Hanya sebelum pergi dia ingin melihat-lihat isi rumah Surya Kanta terlebih dahulu.Kemudian Kameswara tertarik pada sebuah sabuk berwarna hitam. Sepertinya ini bukan sembarang sabuk.Kameswara tidak melihat anggota Laskar Siluman Merah kemarin memakai sabuk seperti ini.Tangannya meraih sabuk itu, lalu dipakai di pinggangnya. Seketika ada hawa sejuk mengalir ke dalam tubuhnya melalui pusarnya. Setelah itu tubuhnya terasa lebih ringan dan bertenaga."Benar juga, ini sabuk pusaka. Kenapa Paman tidak memakainya kemarin? Ah, mung

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 011

    Secara fisik ukuran mereka sama saja, bahkan Kameswara terlihat lebih besar sedikit. Si kakek jadi terlihat kerdil. Kameswara menenangkan hatinya.Si kakek pancarkan lagi energi untuk menakuti Kameswara. Kali ini lebih kuat.Memang Kameswara sempat merasakan tekanan energi itu, tapi hanya sebentar saja. Seolah-olah hanya angin lewat saja. Ini membuat kakek kurus berambut putih semakin penasaran.Kameswara tidak sadar bahwa hal itu berkat sabuk yang dipakainya. Dia belum tahu banyak manfaat sabuk itu.Sungguh beruntung dia memakainya. Kalau tidak mungkin dia sudah lemas terkena tekanan energi yang dipancarkan si kakek."Sudahlah, Kek. Aku tidak tidak kenal dan tidak mengusik Kakek sebelumnya, aku mau melanjutkan perjalanan!" bujuk Kameswara karena memang dia tidak mau berurusan lebih jauh.Tapi sifat orang-orang dunia persilatan kadang aneh, hal sepelepun resikonya nyawa. Seperti kakek kurus berambut putih ini."Sudah kubilang, ini wilayah kekuasaanku. Siapapun jika tidak bisa menyerah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29

Bab terbaru

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 342

    Kameswara menatap sejenak situasi di depannya. Asmarini duduk menyandar ke bahu raga kasarnya. Di atasnya Payung Terbang memayungi keduanya. Pendekar muda ini tersenyum. Kemudian sukma Kameswara masuk kembali ke dalam tubuh kasarnya. Pedang Bunga Emas otomatis terpegang di tangannya. Asmarini langsung sadar dari lamunannya. "Kakang sudah kembali!" Asmarini langsung menyimpan payungnya. Tangan kiri memegang pedang, tangan kanan merangkul tubuh istrinya. "Inikah Pedang Bunga Emas?" Kameswara pura-pura tidak tahu. "Terbuat dari emas dan menebarkan harum, ini memang pedang pusaka leluhur. Kakang telah membawanya dengan selamat. Terima kasih banyak, Kang!" "Aku suamimu, pasti akan melakukan apapun demi kebahagiaanmu. Tidak perlu berterima kasih. Ini, simpanlah!" Asmarini menerima pedang pusaka tersebut, lalu dia menggeser duduknya hingga saling berhadapan. "Aku juga rel

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 341

    Blang!Kameswara menemukan sebuah ruangan bawah tanah agak luas. Keadaannya remang-remang.Di tengah ruangan ini ada gundukan bantu besar bentuknya mirip seperti dulu dia menyelam ke dasar telaga.Cahaya remang-remang ini pasti berasal dari pedang pusaka itu. Kameswara segera mencari letaknya. Dulu tertancap pada sebuah batu, sekarang pasti sama.Setelah berkeliling satu kali akhirnya menemukan juga pusaka tersebut. Kedua mata Kameswara terbelalak."Mungkinkah ini pedang yang sama? Kalau begitu bisa jadi ada dua, karena di masa depan sudah aku ambil dan diserahkan kepada Ayu Citra, atau..."Kameswara ingat selama sering bertemu dengan Fan Xiang yang merupakan reinkarnasi dari Ayu Citra, gadis itu tidak pernah membicarakan tentang pedang ini."Atau bisa jadi pedangnya kembali ke sini!"Ketika tangan Kameswara menjulur hendak memegang pedang yang tertancap di batu tersebut, tiba-tiba ada serangan hawa gaib yang me

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 340

    Manakala terbetik berita yang dibawa oleh pedagang dari Arab bahwa Ali bin Abi Thalib telah meninggal dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam, maka Rakean Sancang bergegas kembali ke Arab.Tempat pertahanan di Gunung Negara terpaksa ditinggalkannya. Di saat itulah dengan segera pasukan Tarumanagara dikerahkan untuk menghancurkan umat agama baru itu.Hampir separuh penganut agama baru itu meninggal dan sebagian lainnya dapat melarikan diri melalui jalan rahasia berupa gua kemudian keluar di bukit yang curam.Para penganut agama baru lalu menyebar ke mana-mana di wilayah Tatar Sunda."Dan sejak saat itu mereka menjalankan keyakinannya secara sembunyi-sembunyi?" tanya Padmasari."Benar, bisa jadi telah mengganti nama agar tidak ketahuan lagi," sahut Ki Santang."Kau mencurigai atau menemukan sesuatu yang berkaitan dengan hal itu?""Ada!""Wah, apa itu?""Ada sebuah ajaran yang namanya Sunda Wiwitan, ajarannya

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 339

    Sepasang suami istri berbeda masa sudah dalam perjalanan mencari Pedang Bunga Emas. Pada malam hari apabila tidak mendapatkan penginapan, maka mereka bermalam di hutan atau kebun.Mereka membuat gubuk dadakan. Dengan kesaktian Kameswara tentu saja sangat mudah dan cepat membangun tempat istirahat sementara tersebut.Sebelum tidur Asmarini sempatkan untuk bersemedi mencari petunjuk keberadaan pusaka leluhurnya.Selama ini setelah berkali semedi sebelum perjalanan, dalam pikirannya selalu ingin pergi ke arah utara."Kalau ke utara, tempat apa saja yang akan kita temukan? Selain bukit Gajah Depa tempat aku menyegel Kala Cengkar. Bukit itu dekat ke perbatasan kerajaan Wanagiri,"Kameswara tampak menerawang. Meski berbeda waktu, tapi letak suatu tempat tetap sama.Tempat mereka berada sekarang sudah dekat ke wilayah yang suatu saat nanti menjadi kerajaan Talagamanggung."Di masa ini kerajaan itu belum berdiri, sedangkan Hutan

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 338

    "Aku tidak menyangka ternyata orang-orang desa Linggapura menggunakan cara-cara memalukan!" teriak Genta."Jangan ngawur!" sentak Suryadana tidak bisa menahan diri. "Sebenarnya kau mau apa ke sini?"Genta bertolak pinggang, wajahnya menunjukkan keangkuhan dan congkak. Sambil menunjuk dia berseru."Aku akan buktikan bahwa warga desa yang katanya kumpulan para pendekar melakukan cara licik untuk memikat hati wanita. Dengan cara membunuhmu, maka guna-guna yang merasuki Sukesih akan hilang!"Genta melangkah ke alun-alun. Keributan kecil di balai desa ini memancing warga yang lain berdatangan untuk melihat apa yang terjadi."Aku tantang kau di kandang sendiri, Suryadana. Katanya kau adalah pemuda berbakat di desa ini, aku ingin tahu seberapa hebatnya dirimu!"Di tempat lain Kameswara dan Asmarini sudah menyaksikan kejadian itu.Sebelum melangkah memenuhi tantangan Genta, pemuda berbakat desa Linggapura menyuruh calon istrinya

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 337

    Desa Linggapura tidak besar juga tidak kecil, penduduknya agak padat. Sususan pemukimannya tertata dengan rapi. Karena awalnya hanya sebuah padepokan kecil.Pada waktu itu, selain menerima murid baru dari luar, juga ada penambahan warga dari dalam padepokan sendiri. Yaitu anak-anak dari pernikahan antara murid laki-laki dengan perempuan.Desa padepokan ini berada di kaki gunung Lingga. Dulu padepokan utamanya berada di lereng gunung.Sekarang dijadikan tempat keramat yang tidak sembarangan orang bisa ke sana, walaupun warga desa sendiri."Lama-lama bisa jadi kerajaan," ujar Kameswara yang diajak jalan memutar. Tidak melalui jalan utama, tapi langsung menuju lereng."Memangnya ada yang seperti itu?""Ada, dulu Indraprahasta juga awalnya hanya pedukuhan kecil yang dibangun oleh resi Santanu,""Oh, ternyata begitu. Sayangnya sekarang sudah hancur!"Kameswara teringat ketika menyelamatkan keluarga Prabu Wiratara seb

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 336

    Keesokan harinya perjalanan mencari Pedang Bunga Emas dimulai. Kameswara sudah mempunyai rencana kemana dia akan pergi, tapi tidak disampaikan ke istrinya."Kemana kita akan mulai?" tanya Kameswara."Ke utara!"Tepat. Arah yang hendak dituju Kameswara memang ke utara. Mudah-mudahan saja firasatnya benar."Jadi kita tidak membutuhkan para pendamping?""Hanya untuk keadaan darurat. Jangan terlalu mengandalkan mereka. Selagi masih bisa dikerjakan sendiri, jangan malas!""Baiklah!"Pada dasarnya Kameswara memiliki pemikiran yang sama dengan istri mungilnya ini. Hanya untuk hal yang sangat tidak mungkin baru dia meminta bantuan Padmasari.Seperti menyeberang ke negeri tempat tinggal Ayu Citra dalam waktu sekejap, tapi itu mungkin tidak akan dilakukan lagi.Satu kesamaan yang dimiliki Asmarini dengan Kameswara adalah tidak suka membawa banyak barang dalam perjalanan. Hanya seperlunya saja.Setelah se

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 335

    Angin yang tadinya berhembus bagaikan badai berganti menjadi tiupan lembut dan sejuk. Semua mata kini memandang ke atas. Satu sosok melayang bagaikan turun dari langit. Bercahaya.Sosok yang memegang payung terbuka menaungi kepalanya dari terik mentari. Setelah semakin turun barulah terlihat sosok tersebut adalah seorang wanita yang kecantikannya bagai bidadari dari alam Tunjung Sampurna."Dewi Payung Terbang!"Beberapa orang berseru mengenali siapa yang datang itu. Semuanya terpana, takjub dengan cara-cara wanita yang dijuluki Dewi Payung Terbang ini muncul di hadapan semua orang.Wanita cantik berpayung mendarat di depan Kameswara. Mereka saling pandang dengan seulas senyum tipis."Kakang berhasil,""Ini berkat Nyai juga!"Aki Balangantrang dan Manarah tampak mendekat."Terima kasih, Ki Sanak telah menyelamatkan kerajaan dan juga ibu saya!" ucap Manarah.Sementara beberapa orang telah mengamankan Hari

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 334

    Apa yang terjadi? Kita mundur dulu sejenak ceritanya.Setelah kematian suaminya, lalu dinikahi oleh Tamperan. Hidup Dewi Naganingrum tidak tenang. Dia merasa telah mengkhianati sang suami.Sedangkan Pangrenyep sepertinya malah senang. Naganingrum tidak tahu kalau di antara Pangrenyep dan Tamperan sudah ada skandal sejak suami masih hidup.Karena rasa tidak tenang inilah akhirnya Naganingrum memutuskan untuk tinggal di luar istana. Dia memilih bekas pertapaan Premana Dikusumah.Di sana dia membangun rumah sederhana. Manarah juga dirawat di sana. Baru ketika umur tujuh tahun, Manarah diperbolehkan pergi ke istana.Sampai besar Manarah sering bolak balik dari istana ke rumah ibunya.Lalu sekarang, tiba-tiba saja Dewi Naganingrum berada dalam cengkraman tangan seseorang yang berdiri di atas atap. Sosok yang mengenakan pakaian serba merah."Dewata Kala!" Aki Balangantrang terkejut. Lebih-lebih Manarah karena dia sangat menyay

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status