Share

Menyimpan Benci

Ranti masih tak ingin beranjak dari tempat tidurnya meski matahari mulai menampakkan sinar keemasannya. Menjelang azan Subuh baru kembali ke rumah, wanita itu kembali berbaring setelah menunaikan dua rakaatnya. Bukan karena mengantuk dan ingin kembali melanjutkan tidurnya. Tubuhnya merasa tak ada tenaga untuk melakukan apa pun.

Hanya menatap langit-langit di kamar, itu yang dilakukannya. Tak ada isakan, hanya lelehan bulir bening perlahan mengalir dari ujung netranya. Seberat ini ujian hidup yang harus dijalaninya? Perlahan, tangan kanannya mengusap perutnya. Ada nyawa di sana. Matanya menatap Fayza yang masih tidur dengan lelap di sampingnya. Bocah ini tak menyadari apa yang sudah dilalui bundanya tadi malam. Sanggupkah dirinya bertahan di kala terjangan badai semakin menggila?

"Ran ... kamu tidur?"

Ranti membalikkan tubuhnya, menghadap ke arah pintu kamar. Tampak ibunya masuk sembari membawa sebuah mug bergambar bunga matahari. Mug istimewa, pemberian su
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status