Belum selesai, Lanting Beruga berkelebat sekali lagi, menyerang beberapa bagian yang dapat dia incar. Serangan yang dibuat oleh Lanting Beruga mungkin tidak mengenai organ fatal, tapi hal itu tidak masalah, semakin banyak sayatan yang dia buat maka semakin berkurang pula kemampuan Ki Sugo Rugo.
Kali ini kaki Ki Sugo Rugo baru saja menerima bilah mata pedang Lanting Beruga. Membuat dia meringis kesakitan.
"Jangan menonton saja!" teriak Benggala Cokro, pada saat yang sama pedang bercahaya emas menukik seperti sebuah komet yang jatuh.
Beruntung Ki Sugo Rugo bisa menahan serangan tersebut, tapi serangan yang lain juga baru saja datang.
Jendral Dewangga dengan dendam membara setelah kematian adiknya, bersama dengan Mahasepuh Gadhing bergerak begitu cepat ke depan, dengan pedang yang berayun begitu kuat.
"KURANG AJAR!" Ki Sugo Rugo berteriak sekali lagi, mengandung tekanan tenaga dalam yang bisa membuat telinga pendekar di bawah tanding pecah karenanya.Mata pria itu berkilat, sebelum kemudian tersenyum tipis, dai kemudian menendang dagu Dewangga hingga pria itu terdongak tinggi ke atas.Masih merasakan rahangnya mungkin patah, perut Dewangga telah di tendang dengan kuat.Krekak.Tendangan itu bukan hanya membuatnya semakin terluka dalam, tapi juga beberapa tulang rusuknya patah.Meluncur secepat udara tubuh Ki Sugo Rugo, lalu terhempas tidak jauh dari Rengkeh.Namun, bahaya lain adalah, pedang pusaka milikinya terlepas dari tangan, dan berhasil disambar oleh Ki Sugo Rugo.Pimpian Bulan Darah itu melempar pedang itu ke depan, tentu saja Dewangga lah yang menjadi incarannya.Nyai Cempaka Ayu menyadari hal itu, jadi dia membuat dinding pelindung untu Dewangga, tapi belasan dinding pelindung yang terbuat dari reruntuha
Roh keris Panca Naga mulai menguasai tubuh Ki Sugo Rugo, dalam istilah lain dia dirasuki oleh keris panca naga.Sungguh terkejut Dewangga melihat hal ini, dia tidak pernah berpikir jika kejadian ini akan terulang kembali.Dahulu, semasa Seno Geni masih muda, dia harus berhadapan dengan pendekar yang tubuhnya dikuasai oleh keris panca naga, dan itu membuat dia mengeluarkan semua kekuatannya.Roh keris panca naga juga pernah merasuki tubuh Lakuning Banyu ketika perang Sursena satu meletus, tapi saat itu Lakuning Banyu dapat mengendalikan.Namun, hari ini sepertinya bukan Ki Sugo Rugo yang mengendalikan keris itu, tapi sebaliknya Roh Panca Naga."Sudah lama aku tidak merasakan kebebasan seperti ini." Suara Ki Sugo Rugo terdengar serak, dan lebih mengerikannya ada lima suara di dalam mulut pria itu. "Tidak terlalu buruk, meski Lakuning Banyu jauh lebih baik dari pria ini.""Lanting berhati-hatilah!" Berseru Dewangga dari jauh, tapi peringatan it
Lanting Beruga telah mencoba semua kemampuan yang dia bisa lakukan, tapi sungguh dia tidak dapat melakukan apapun di hadapan roh keris panca naga.Dia menggabungkan kekuatan roh api dengan pedang pusaka dan pemahaman keinginan pedang, tapi hal itu hanya membuat sisik di lengan keris panca naga terkelupas. Tidak sampai menggores kulitnya.Sebuah serangan akhirnya menjatuhkan pemuda itu, membuat dia terkapar di tanah setelah cahaya bening menghimpitnya ke bumi.Hendak melakukan perlawan, tapi roh api malah menghina dirinya, "meski kau memiliki kekuatan roh api di dalam tubuhmu, tapi kau tidak bisa menggunakannya melebihi kapasitas tulang dan ototmu, kau hanya manusia lemah.""Sial ..." Lanting Beruga berusaha berdiri, menahan energi bening yang semakin menghimpitnya ke bumi. "Tubuhku akan remuk ..."Suara pemuda itu terdengar tidak jelas, antara gumaman kecil yang menahan sakit, tapi sejauh ini dia masih berusaha berdiri.Sua, mata kirinya men
Ini sudah tujuh hari berlalu, perang Sursena telah menyisakan banyak korban jiwa antara kedua belah pihak, dan bisa dikatakan mereka semua kalah. Lanting Beruga duduk dipinggir dua makam dengan wajah basah karena bersedih. Bagaimana tidak, satu orang adalah gurunya dan satu orang lagi adalah Sekar Ayu, gadis yang mulai dia sukai. Dua orang itu telah meninggalkan dirinya di dunia ini. Lanting Beruga meletakan pedang pemberian gurunya sebagai nisan sambil berkata, "Sekarang beristirahatlah dengan tenang guru." Lanting Beruga lantas beranjak dari pemakaman itu, kemudian berjalan mantap ke arah teman-temannya yang masih hidup. Tubuh pemuda itu penuh dengan lilitan perban, hampir seperti seorang mumi. "Kalian tidak pergi ke sana?" tanya Lanting Beruga, menunjuk sisi lain Sursena dimana penobatan raja Sursena sedang dilakukan. "Itu adalah acara orang tua," jawab Satrio Langit, "biarkan saja mereka melakukannya." "Hahaha ...be
Di sisi lain, Rengkeh dan Vala bertemu dengan Jubarda Agung di ruangan khusus, kali ini Jubarda Agung ditemani oleh putrinya Rismananti.Situasi antara mereka sedikit canggung, tentu saja karena mereka berempat pernah saling berseteru dan nyaris membuat Jubarda Agung dan putrinya mati."Aku telah melupakan masa lalu," ucap Jubarda Agung, membuka suara lebih dahulu, sebagai raja yang baru dia harus bersikap bijaksana dalam menentukan sebuah pilihan. "Jika kalian ini tanah, aku akan memberikannya."Jubarda Agung mengambil sebuah peta, kemudian menunjuk sebuah pulau kecil di sisi barat Pulau Java, meski hanya setitik kecil, pulau itu cukup besar, lebih besar dari 5 kali kota majangkara.Jubarda Agung sengaja memilihkan pulau tersebut, karena tidak berpenghuni dan iklimnya cukup baik untuk bertanam dan juga kaya dengan ikan."Akan sedikit jauh dari sini, tapi aku telah menyiapkan tiga kapal untuk kalian semua," sambung Jubarda Agung.Rengkeh ter
Satu bulan telah berlalu, Sursena masih dalam tahap perbaikan, tapi tampaknya angin segar mulai dapat dinikmati oleh masyarakat setelah Jubarda Agung naik tahta menjadi raja.Selama satu bula itu, Lanting Beruga tidak melakukan apapun kecuali hanya tinggal di bekas markas bintang suci, dia mempelajari banyak buku di dalam perpustakaan bawah tanah, meski otaknya tidak benar-benar pintar.Sesekali dia akan keluar dari perpustakaan untuk mencari makanan, tapi hanya dalam waktu yang singkat, kemudian dia akan kembali ke perpustakaan bawah tanah.Lanting Beruga mengetahui, meskipun Serikat Satria dibentuk oleh lima negara, tapi tidak ada satupun perwakilan pendekar yang menjadi anggota Serikat Satria dari Sursena."Rupanya dunia begitu luas," gumam Lanting Beruga, "masih banyak orang hebat di luar sana, yang jauh lebih kuat dari Ki Sugo Rugo."Mengenai Ki Sugo Rugo, banyak orang mencari informasi mengenai keberadaan orang itu, termasuk pula prajurit Sur
"Kau yakin akan pergi?" tanya Subansari, "apa kau tidak bisa menunggu sedikit lebih lama, maksudku ..." "Subansari ..." tegur Satrio Langit, "biarkan Lanting Beruga, aku yakin dia telah memikirkan hal ini matang-matang." Lanting Beruga tersenyum kecil, berpisah dengan teman-temannya memang terasa begitu menyedihkan, tapi jika dia tetap berada di sini, Lanting Beruga tidak akan bisa menjawab banyak pertanyaan dibenaknya. "Suatu saat nanti, aku akan menyusulmu ..." sambung Satrio Langit, "setelah aku mencapai level tanpa tanding." "Aku yakin kau bisa melakukannya," tutup Lanting Beruga, kemudian pemuda itu pergi meninggalkan wilayah Sursena dengan pikiran teguh dan langkah kaki yang mantap. Dia tidak menoleh ke belakang, bahkan meskipun sesaat. Sebuah Kapal kecil telah menunggu dirinya, kapal yang telah disiapkan oleh Lanting Beruga jauh-jauh hari. Burung elang berkaki empat terbang mengeliling langit, sebelum kemudian menukik dan hingga
Pulau Land adalah sebutan bagi pulau ini, tempat titik pertama bagi semua orang untuk meninggalkan atau masuk ke wilayah Sundaland.Wilayah Sundaland atau pula benua Sundaland adalah satu dari banyak benua yang tersebar di bumi. Lima negera yang membentuk Serikat Satria mungkin bisa dikatakan organisasi paling besar di Sundaland tapi rupanya tidak dimata dunia.Lanting Beruga tidak mengetahui hal itu karena dia bodoh, dan kurang belajar banyak. Namun bukan hanya dia yang kurang informasi mengenai hal ini, ada banyak bangsawan inti Sursena yang tidak mengetahui dunia luar setelah Sursena.Bukankah bumi ini luas?"Aku akan menyelamatkan orang itu?" Lanting Beruga tidak bisa menahan diri untuk menyelamatkan manusia yang menjadi tunggangan bagi manusia lain, jadi dia berniat menarik pedangnya, tapi sebuah tangan menghentikan tindakan pemuda itu."Jika aku jadi dirimu, aku akan berpikir puluhan kali."Lanting Beruga menoleh ke belakang, seorang p