Lanting Beruga telah mencoba semua kemampuan yang dia bisa lakukan, tapi sungguh dia tidak dapat melakukan apapun di hadapan roh keris panca naga.
Dia menggabungkan kekuatan roh api dengan pedang pusaka dan pemahaman keinginan pedang, tapi hal itu hanya membuat sisik di lengan keris panca naga terkelupas. Tidak sampai menggores kulitnya.
Sebuah serangan akhirnya menjatuhkan pemuda itu, membuat dia terkapar di tanah setelah cahaya bening menghimpitnya ke bumi.
Hendak melakukan perlawan, tapi roh api malah menghina dirinya, "meski kau memiliki kekuatan roh api di dalam tubuhmu, tapi kau tidak bisa menggunakannya melebihi kapasitas tulang dan ototmu, kau hanya manusia lemah."
"Sial ..." Lanting Beruga berusaha berdiri, menahan energi bening yang semakin menghimpitnya ke bumi. "Tubuhku akan remuk ..."
Suara pemuda itu terdengar tidak jelas, antara gumaman kecil yang menahan sakit, tapi sejauh ini dia masih berusaha berdiri.
Sua, mata kirinya men
Ini sudah tujuh hari berlalu, perang Sursena telah menyisakan banyak korban jiwa antara kedua belah pihak, dan bisa dikatakan mereka semua kalah. Lanting Beruga duduk dipinggir dua makam dengan wajah basah karena bersedih. Bagaimana tidak, satu orang adalah gurunya dan satu orang lagi adalah Sekar Ayu, gadis yang mulai dia sukai. Dua orang itu telah meninggalkan dirinya di dunia ini. Lanting Beruga meletakan pedang pemberian gurunya sebagai nisan sambil berkata, "Sekarang beristirahatlah dengan tenang guru." Lanting Beruga lantas beranjak dari pemakaman itu, kemudian berjalan mantap ke arah teman-temannya yang masih hidup. Tubuh pemuda itu penuh dengan lilitan perban, hampir seperti seorang mumi. "Kalian tidak pergi ke sana?" tanya Lanting Beruga, menunjuk sisi lain Sursena dimana penobatan raja Sursena sedang dilakukan. "Itu adalah acara orang tua," jawab Satrio Langit, "biarkan saja mereka melakukannya." "Hahaha ...be
Di sisi lain, Rengkeh dan Vala bertemu dengan Jubarda Agung di ruangan khusus, kali ini Jubarda Agung ditemani oleh putrinya Rismananti.Situasi antara mereka sedikit canggung, tentu saja karena mereka berempat pernah saling berseteru dan nyaris membuat Jubarda Agung dan putrinya mati."Aku telah melupakan masa lalu," ucap Jubarda Agung, membuka suara lebih dahulu, sebagai raja yang baru dia harus bersikap bijaksana dalam menentukan sebuah pilihan. "Jika kalian ini tanah, aku akan memberikannya."Jubarda Agung mengambil sebuah peta, kemudian menunjuk sebuah pulau kecil di sisi barat Pulau Java, meski hanya setitik kecil, pulau itu cukup besar, lebih besar dari 5 kali kota majangkara.Jubarda Agung sengaja memilihkan pulau tersebut, karena tidak berpenghuni dan iklimnya cukup baik untuk bertanam dan juga kaya dengan ikan."Akan sedikit jauh dari sini, tapi aku telah menyiapkan tiga kapal untuk kalian semua," sambung Jubarda Agung.Rengkeh ter
Satu bulan telah berlalu, Sursena masih dalam tahap perbaikan, tapi tampaknya angin segar mulai dapat dinikmati oleh masyarakat setelah Jubarda Agung naik tahta menjadi raja.Selama satu bula itu, Lanting Beruga tidak melakukan apapun kecuali hanya tinggal di bekas markas bintang suci, dia mempelajari banyak buku di dalam perpustakaan bawah tanah, meski otaknya tidak benar-benar pintar.Sesekali dia akan keluar dari perpustakaan untuk mencari makanan, tapi hanya dalam waktu yang singkat, kemudian dia akan kembali ke perpustakaan bawah tanah.Lanting Beruga mengetahui, meskipun Serikat Satria dibentuk oleh lima negara, tapi tidak ada satupun perwakilan pendekar yang menjadi anggota Serikat Satria dari Sursena."Rupanya dunia begitu luas," gumam Lanting Beruga, "masih banyak orang hebat di luar sana, yang jauh lebih kuat dari Ki Sugo Rugo."Mengenai Ki Sugo Rugo, banyak orang mencari informasi mengenai keberadaan orang itu, termasuk pula prajurit Sur
"Kau yakin akan pergi?" tanya Subansari, "apa kau tidak bisa menunggu sedikit lebih lama, maksudku ..." "Subansari ..." tegur Satrio Langit, "biarkan Lanting Beruga, aku yakin dia telah memikirkan hal ini matang-matang." Lanting Beruga tersenyum kecil, berpisah dengan teman-temannya memang terasa begitu menyedihkan, tapi jika dia tetap berada di sini, Lanting Beruga tidak akan bisa menjawab banyak pertanyaan dibenaknya. "Suatu saat nanti, aku akan menyusulmu ..." sambung Satrio Langit, "setelah aku mencapai level tanpa tanding." "Aku yakin kau bisa melakukannya," tutup Lanting Beruga, kemudian pemuda itu pergi meninggalkan wilayah Sursena dengan pikiran teguh dan langkah kaki yang mantap. Dia tidak menoleh ke belakang, bahkan meskipun sesaat. Sebuah Kapal kecil telah menunggu dirinya, kapal yang telah disiapkan oleh Lanting Beruga jauh-jauh hari. Burung elang berkaki empat terbang mengeliling langit, sebelum kemudian menukik dan hingga
Pulau Land adalah sebutan bagi pulau ini, tempat titik pertama bagi semua orang untuk meninggalkan atau masuk ke wilayah Sundaland.Wilayah Sundaland atau pula benua Sundaland adalah satu dari banyak benua yang tersebar di bumi. Lima negera yang membentuk Serikat Satria mungkin bisa dikatakan organisasi paling besar di Sundaland tapi rupanya tidak dimata dunia.Lanting Beruga tidak mengetahui hal itu karena dia bodoh, dan kurang belajar banyak. Namun bukan hanya dia yang kurang informasi mengenai hal ini, ada banyak bangsawan inti Sursena yang tidak mengetahui dunia luar setelah Sursena.Bukankah bumi ini luas?"Aku akan menyelamatkan orang itu?" Lanting Beruga tidak bisa menahan diri untuk menyelamatkan manusia yang menjadi tunggangan bagi manusia lain, jadi dia berniat menarik pedangnya, tapi sebuah tangan menghentikan tindakan pemuda itu."Jika aku jadi dirimu, aku akan berpikir puluhan kali."Lanting Beruga menoleh ke belakang, seorang p
Tepat setelah 3 hari Lanting Beruga pergi meninggalkan Sursena, seorang pria mendatangi Benggala Cokro di kediamannya."Muridmu memiliki bakat yang bagus," ucap pria tersebut, "Berada di Sursena akan membuat bakat dan kemampuannya sia-sia.""Apa maksudmu?" tanya Benggala Cokro."Aku berniat membawanya di Serikat Satria-""Tapi bukankah seleksi masuk ke Serikat Satria begitu rumit.""Hahaha ...aku adalah Ketua Devisi."Mendengar hal itu, Benggala Cokro tersentak, tidak menduga seorang Ketua Devisi dari Serikat Satria akan datang ke Sursena dan tertarik terhadap Intan Ayu.Pria itu lagi-lagi menunjukan sebuah lencananya, dan benar dia adalah Ketua Devisi Serikat Satria. Sekarang semua hal tergantung dengan Benggala Cokro, jika dia mengizinkan maka Intan Ayu akan pergi ke Serikat Satria, menjadi murid Ketua Devisi tersebut.Benggala Cokro menanyakan alasan kenapa dia tertarik terhadap Intan Ayu, jika mengandalkan kekuatan tentu sa
Lanting Beruga berpikir sejenak kemudian memesan beberapa menu yang ada dihadapannya. Sepotong besar daging yang tidak diketahuinya, kemudian beberapa mangkuk nasi dan sayur-sayuran.Ah, Lanting juga memesan satu ekor ikan mentah untuk sahabatnya, Garuda Kencana."Aku tidak melihatmu siang tadi," ucap Lanting Beruga, suara terdengar seperti gumaman karena sedang mengunyah banyak makanan. "Pak tua, apa kau sudah lama berjualan di sini?"Pak Tua itu menatap ke arah Lanting Beruga, kemudian balik bertanya, "apa kau akan masuk ke Serikat Satria?""Hem hem hem ..." Lanting Beruga mengangguk."Darimana asalmu?" tanya pak tua pemilik kedai tersebut."Sursena," jawab Lanting Beruga."Tempat yang jauh," sambung pak tua itu, tertawa kecil sambil menuangkan air ke dalam cawan lalu menyuruh Lanting Beruga segera meminumnya."Kenapa kau diluar penginapan?""Hemmm ...karena aku lapar," jawab Lanting Beruga.Pak tua itu te
Pria Gendut mulai geram, bagaimana mungkin pemuda tanpa tenaga dalam dengan mata kiri yang buta itu bisa menghajar dua orang temannya yang berada di level pilih tanding? trik licik seperti apa yang telah dilakukan pemuda lemah itu?Beberapa pemuda lain yang berada dalam satu bangunan berniat memberi perhitungan kepada Lanting Beruga, dengan mengalirkan sejumlah besar tenaga dalam mereka pada kepalan tinju atau pedang.Namun semua usaha mereka sia-sia, Lanting Beruga tidak hanya cepat dalam menghindari semua serangan tapi dia juga bisa menghajar mereka satu persatu.Salah satu pemuda memeriksa lehernya dengan cemas. Pedang Lanting Beruga baru saja membabat batang lehernya, tapi yang aneh adalah kenapa tidak ada luka dari bekas babatan pedang tersebut. Apakah pedang itu tumpul?"Jangan takut, pedangnya tidak berbahaya ...!" pemuda itu berseru kepada teman-temannya.Lanting Beruga hanya tersenyum tipis dan berkata, "Dirimu sepertinya tidak memahami ja