Pria Gendut mulai geram, bagaimana mungkin pemuda tanpa tenaga dalam dengan mata kiri yang buta itu bisa menghajar dua orang temannya yang berada di level pilih tanding? trik licik seperti apa yang telah dilakukan pemuda lemah itu?
Beberapa pemuda lain yang berada dalam satu bangunan berniat memberi perhitungan kepada Lanting Beruga, dengan mengalirkan sejumlah besar tenaga dalam mereka pada kepalan tinju atau pedang.
Namun semua usaha mereka sia-sia, Lanting Beruga tidak hanya cepat dalam menghindari semua serangan tapi dia juga bisa menghajar mereka satu persatu.
Salah satu pemuda memeriksa lehernya dengan cemas. Pedang Lanting Beruga baru saja membabat batang lehernya, tapi yang aneh adalah kenapa tidak ada luka dari bekas babatan pedang tersebut. Apakah pedang itu tumpul?
"Jangan takut, pedangnya tidak berbahaya ...!" pemuda itu berseru kepada teman-temannya.
Lanting Beruga hanya tersenyum tipis dan berkata, "Dirimu sepertinya tidak memahami ja
Lanting Beruga dibawa ke sebuah tempat khusus, di tempat itu dia diberi peringatan oleh banyak petugas keamanan. Beberapa dari mereka menginginkan Lanting Beruga segera di diskualifikasi, yang lain bahkan ingin menghajar Lanting Beruga yang dianggap tidak tahu sopan santun dan tata krama. Para petugas ini sebenarnya pendekar yang berada di awal pendekar tanpa tanding, lebih kuat dari pada Satrio Langit memang, tapi belum tentu bisa mengalahkan Lanting Beruga seorang diri. "Sudahlah, pemuda seperti ini tidak layak dikasihani, kita usir saja dia daripada mencemari nama baik Serikat Satria!" "Menurutku, kita hajar dirinya, patahkan dua tangannya agar dia jera dan tidak membuat onar." Namun beberapa petugas yang lain ada pula yang mengusulkan Lanting Beruga diberi pengurangan sekor ditahap seleksi minggu depan. Namun yang manapun itu, tidak ada satupun yang mencoba memihak kepada dirinya, dan ini membuat Lanting Beruga menjadi jengkel. "Oi
Esok harinya, Lanting Beruga keluar dari dalam kamar dengan kondisi yang bisa dibilang baik-baik saja. Beberapa pemuda berharap ada pukulan mendarat di kepala pemuda itu karena telah membuat ulah, tapi alih-alih mendapat pukulan dia malah mendapat pelayan yang mengirim banyak makanan.Pria gendut melirik ke arah Lanting Beruga sesaat, tapi kemudian segera membuang muka ketika Lanting Beruga mengangkat paha ayam untuk dirinya."Apa yang terjadi?" gumam Lanting Beruga, "apa dia tidak suka makan ayam?"Di sisi lain, pemuda gendut itu mulai takut, dia tidak berani bertatap pandang dengan Lanting Beruga, dan hal yang sama dialami oleh belasan pemuda yang ada di penginapan tersebut.Setelah banyak menghabiskan daging ayam dan makana lain, perut Lanting Beruga mulai mencuat karena kekenyangan. Membawa secawan air dia berjalan mendekati pemuda gendut yang duduk bersama teman-temannya.Semua orang di bangunan itu menelan ludah, mereka tertunduk dan membuka
Lanting Beruga mengira Serikat Satria adalah organisasi terbesar yang ada di dunia ini, tapi hari ini dia menyadari bahwa pikirannya telah salah.Ada banyak Serikat yang didirikan oleh beberapa negara, yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap peradaban manusia di dunia secara keseluruhan.Dan soal keturunan para dewa, itu adalah hal yang tidak akan bisa dijangkau oleh manusia biasa, bahkan sekelas Seno Geni ketika dia masih muda dahulu.Keturunan Dewa Langit memiliki hak atas segala kehidupan di dunia ini, mereka bisa mengambil manusia untuk dijadikan budak, membunuh mereka atau mungkin juga mengambil semua harta.Keturunan Dewa Langit memiliki satu prinsip yaitu semuanya milik mereka, termasuk nyawa semua orang.Mendengar hal itu, Lanting Beruga mulai geram. Dewa macam apa yang membuat manusia sengsara?"Apa tujuanmu masuk ke Serikat Satria?" tanya pria tua itu, kali ini nada bicaranya sedikit lebih serius dari sebelumnya. "Kau tentu pun
Malam harinya, Lanting Beruga tidak dapat memejamkan matanya meski hanya sesaat. Ucapan pria pemilik kedai masih terngiang di kepalanya, dan hal ini membuat Lanting yang bodoh semakin bertambah bodoh.Ketika melihat bintang malam, Lanting Beruga menyadari jika jalan menuju dewa pedang masih begitu jauh. Seolah sejauh bintang yang ada di langit."Lupakan masalah itu Lanting ..." terdengar suara gumaman di kepalannya, Suara Roh Api. "Fokuslah dengan satu tujuan yaitu untuk menjadi kuat, sekarang tubuhmu bisa menggunakan 20% dari total kekuatanku.""Aku mengerti," jawab Lanting Beruga."Tetaplah bergerak dalam kegelapan, jangan sampai mereka mengetahui rahasia dirimu, atau akan banyak orang memburu kita."Sebenarnya Roh Api mulai merasakan banyak tekanan energi yang jauh lebih kuat dari pendekar tanpa tanding di pulau ini. Beberapa tekanan itu bahkan berasal dari orang yang tak terduga, seperti pak tua pemilik kedai sederhana.Saran Roh Api ada
Hari-hari telah berlalu, kini Lanting Beruga mulai memahami sedikit mengenai mata kirinya dan energi batin di dalam tubuhnya.Namun tapa beratanya harus terhenti, karena hari ini adalah jadwal seleksi untuk masuk ke dalam Serikat Satria.Ada sekita 30 murid dibawa menuju salah satu pulau kecil yang lain, tapi pulau itu sudah masuk dalam wilayah markas Serikat Satria."Pulau ini dinamakan pulau Penyambutan, Devisi penerimaan yang bertugas menjaga pulau ini," ucap pria bertato, menjelaskan sekilas mengenai pulau tersebut.Mereka turun dari kapal, sementara pria bertato menjelaskan mengenai Devisi penerimaan,Lanting Beruga sibuk memegangi perutnya yang terasa mual. Padahal, pulau Land dengan Pulau Penyambutan hanya berjarak beberapa ratus depa, tapi Lanting Beruga bahkan tidak bisa menahan mabuknya."Aku hanya ...""Ow ..." ucapan pria bertato dipotong oleh tragedi memalukan Lanting Beruga, yang jatuh dari tangga kapala. Dia tercebur ke d
Lanting Beruga berhenti tepat di depan Istana Devisi Penerimaan. Bangunannya benar-benar megah dan luas, mungkin tidak sebesar Istana Sursena tapi jika dibandingkan dengan Istana tersebut, Istana Devisi Penerimaan terkesan lebih artistik.30 pemuda digiring ke halaman Istana Penerimaan, dan sebagian dari mereka menampilkan ekspresi yang sama dengan Lanting Beruga. Terpukau."Perkenalkan saya adalah Ketua Devisi Penerimaan, kalian bisa memanggil saya Ketua Devisi Lingga." Seorang pria usia 40 tahunan menyambut kedatangan 30 peserta tersebut, dilihat dari tampangnya orang yang mengaku sebagai Ketua Penerimaan tersebut cukuplah ramah.Matanya yang kecil terkesan sejuk ketika berpadu pandangan dengan orang lain."Lebih sedikit dari bulan yang lalu ..." ucap Ketua Lingga, setelah memperhatikan daftar penerimaan calon peserta Serikat Satria bulan ini.Kemudian pria itu menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan oleh para peserta agar dapat lolos menj
"Sudah kuduga," ucap Lanting Beruga, ketika dia berhasil melewati gerbang tersebut, dia menjadi terpana dengan bentang alam yang ada di balik gerbang. "Tempat yang benar-benar menakjubkan, aku tidak menduga ada tempat seperti ini dibalik gerbang tadi."Jangan berpikir ketika mereka melewati gerbang tadi, para peserta itu akan memasuki sebuah ruangan dan ruangan-ruangan yang lainnya.Karena yang sebenarnya terjadi adalah, ada sebuah dimensi atau alam lain dibalik gerbang itu. Lanting Beruga tidak tahu apakah dimensi ini murni sebuah alam lelembut yang terhubung dengan alam manusia, atau sebuah alam yang diciptakan oleh seorang Ketua Devisi yang memiliki ilmu ilusi tingkat tinggi.Lanting Beruga telah membaca catatan, yang menjelaskan jika salah satu dari 10 Ketua Devisi adalah seorang pendekar ilusi. Dia yang paling kuat dari semua Ketua Devisi ini.Lanting Beruga berjalan-jalan di tempat itu, meskipun mata kirnya masih mengalami reaksi yang tidak bi
Cacing besar tersebut sekali lagi menyerang Lanting Beruga, tapi sekali lagi pula dia bisa menghindari semua serangan tersebut.Dan saat-saat terakhir, pemuda itu menarik pedang dari tanda api, dengan jurus tarian dewa angin dia memotong cacing itu menjadi dua bagian.Tidak terlalu kuat, pikir Lanting Beruga.Di sisi lain pintu gerbang ini, hampir 20 peserta telah kembali dengan tangan kosong. Mereka gagal memasuki pintu pusaran energi tersebut.Sebagain dari mereka telah berusaha menembus pusaran energi dengan berniat menghancurkannya bersama-sama, tapi mereka malah mendapatkan luka dalam yang sangat parah.Setelah beberapa lamanya, hampir semua orang menyerah kecuali Pemuda Gendut."Aku harus masuk," ucap pemuda itu. "Aku tidak bisa mengecewakan keluargaku."Suaranya dipenuhi dengan nada putus asa, tapi dia masih menolak untuk menyerah begitu saja. Jika Lanting Beruga bisa melewati gerbang itu tanpa hambatan, tentu saja ada ce