"Sudah kuduga," ucap Lanting Beruga, ketika dia berhasil melewati gerbang tersebut, dia menjadi terpana dengan bentang alam yang ada di balik gerbang. "Tempat yang benar-benar menakjubkan, aku tidak menduga ada tempat seperti ini dibalik gerbang tadi."
Jangan berpikir ketika mereka melewati gerbang tadi, para peserta itu akan memasuki sebuah ruangan dan ruangan-ruangan yang lainnya.
Karena yang sebenarnya terjadi adalah, ada sebuah dimensi atau alam lain dibalik gerbang itu. Lanting Beruga tidak tahu apakah dimensi ini murni sebuah alam lelembut yang terhubung dengan alam manusia, atau sebuah alam yang diciptakan oleh seorang Ketua Devisi yang memiliki ilmu ilusi tingkat tinggi.
Lanting Beruga telah membaca catatan, yang menjelaskan jika salah satu dari 10 Ketua Devisi adalah seorang pendekar ilusi. Dia yang paling kuat dari semua Ketua Devisi ini.
Lanting Beruga berjalan-jalan di tempat itu, meskipun mata kirnya masih mengalami reaksi yang tidak bi
Cacing besar tersebut sekali lagi menyerang Lanting Beruga, tapi sekali lagi pula dia bisa menghindari semua serangan tersebut.Dan saat-saat terakhir, pemuda itu menarik pedang dari tanda api, dengan jurus tarian dewa angin dia memotong cacing itu menjadi dua bagian.Tidak terlalu kuat, pikir Lanting Beruga.Di sisi lain pintu gerbang ini, hampir 20 peserta telah kembali dengan tangan kosong. Mereka gagal memasuki pintu pusaran energi tersebut.Sebagain dari mereka telah berusaha menembus pusaran energi dengan berniat menghancurkannya bersama-sama, tapi mereka malah mendapatkan luka dalam yang sangat parah.Setelah beberapa lamanya, hampir semua orang menyerah kecuali Pemuda Gendut."Aku harus masuk," ucap pemuda itu. "Aku tidak bisa mengecewakan keluargaku."Suaranya dipenuhi dengan nada putus asa, tapi dia masih menolak untuk menyerah begitu saja. Jika Lanting Beruga bisa melewati gerbang itu tanpa hambatan, tentu saja ada ce
Pemuda Gendut akhirnya bisa menekan tenaga dalamnya setelah melakukan meditasi setengah hari lamanya, tapi di dalam Gerbang Enrgi waktu berlalu terlalu cepat. Lanting Beruga telah berdiam diri di tempatnya, selama satu minggu lebih, dan hal ini membuat para Ketua Devisi menjadi bosan.Pemuda Gendut berjalan mendekati Gerbang Energi dengan perasaan bercampur aduk, antara takut dan juga berani.Meski dia sudah berhasil menekan tenaga dalamnya, tapi Pemuda Gendut tidak cukup yakin jika saat ini tenaga dalamnya benar-benar tidak memiliki tekanan."Namun aku harus mencobanya, ini adalah kesempatan terakhirku."Pemuda Gendut mengambil ancang-ancang dan mulai menghitung mundur dari angka 5.Ketika mencapai angka 0, dia melompat sekuat tenaga tanpa memikirkan hal apa yang akan terjadi dengan dirinya setelah lompatan tersebut."Ahkkk ..." dia berteriak keras, tapi hal mengejutkan dan mungkin bisa dibilang keberuntungan, tubuh pemuda itu tidak dilempa
Melanjutkan seleksi ini? tentu saja Lanting Beruga akan melanjutkannya, tapi bukan berarti saat ini dan sekarang. Ada yang lebih penting dari hanya sekedar melanjutkan seleksi? yaitu mengambil benda yang ada di balik air terjun itu.Rasa penasaran Lanting Beruga benar-benar besar bersamaan mata kirinya yang selalu berdenyut saat memandang benda itu.Dan sungguh dia percaya jika benda di balik air terjun itu menyimpan banyak.Ketika Pemuda Gendut itu akan pergi, mendadak dia berhenti dan kembali melihat Lanting Beruga dan berkata. "Jika nanti aku berhasil masuk Serikat, kau adalah orang pertama yang akan menerima penghormatanku."Lanting Beruga tertawa kecil, sambil menggaruk kepalanya."Balawa," ucap Pemuda Gendut itu, "Namaku Balawa.""Ya Balawa," Lanting Beruga kembali melirik ke sisi lain, "Aku telah membersihkan semua cacing di jalan lintasan itu, harusnya kau tidak akan mendapatkan kendala lagi." Lanting Beruga kemudian mendekati Balawa
Waktu begitu cepat berlalu, tapi Lanting Beruga malah tidak melakukan apapun di dimensi pusaran energi, kecuali hanya jalan-jalan dan sesekali membunuh beberapa cacing yang datang menyerang.Apakah Ketua Devisi mulai bosan? tentu saja, siapa yang tidak bosan melihat pemuda bodoh itu melakukan segala hal yang dia suka.Ketika waktu telah lebih dari 7 hari di alam nyata, semua Ketua Devisi benar-benar pergi meninggalkan tempat mereka."Aku berharap pemuda itu mati saja," ucap Ketua Devisi yang selalu mengunyah sirih. "Buang-buang waktuku."Ketua Devisi paling kuat, juga beranggapan yang sama, mereka meninggalkan tempat ini dan bahkan Ketua Devisi Penerimaan, Lingga, telah menganggap Lanting Beruga mati di alam itu dan tersesat ke alam baka.Pow Pow.Mata Lanting Beruga berdenyut saat ini, dia melihat ke atas dan mengetahui jika semua Ketua Devisi telah meninggalkan dirinya."Rencanaku berjalan mulus," Lanting Beruga tertawa kecil, "huh
Serangan tadi cukup kuat, Lanting Beruga merasa perutnya seperti dililit oleh tali tambang.Namun ketika serangan kedua kalinya, Lanting Beruga bisa menghindari tepat waktu.Sebuah lubang mirip sumur dangkal terbentuk di permukaan tanah karena ujung ekor mahluk itu. Sial, itu tadi benar-benar bahaya."Ini tidak bisa dibiarkan," ucap Lanting Beruga, seraya menyerang mahluk itu dengan jurus tarian dewa angin, tapi serangan dengan jurus terkuat yang dimilikinya hanya bisa menembus sisik keras ular bermahkota putih itu.Lanting Beruga berusaha mencari kelemahan lawannya, mata kirinya kembali bergerak liar tapi sayang sekali, raja ular ini tidak seperti sekawanan ular-ular yang telah dia kalahkan, raja ular ini tidak mempunyai kelemahan.Wush.Ludah ular itu menyembur ke udara, membentuk semacam hujan kecil yang mengarah tepat ke tubuh Lanting Beruga.Pemuda itu sempat menghindar, tapi pakaiannya terkena dua tetes racun tersebut, dan terli
Dalam kitab kerangka dewa, orang biasa yang berhasil memakan telur naga hitam ini bahkan bisa menjelma menjadi pendekar pilih tanding hanya bermodalkan kekuatan pisik saja.Ketika Lanting Beruga mengambil telur itu, cahaya redup yang terpancar di dalam cangkang telur berangsur-angsur mulai sirna.Ukurannya cukup besar, hampir sama dengan kepala pemuda tersebut, dan menjadi telur terbesar yang pernah dilihat oleh Lanting Beruga seumur hidupnya.Perlahan pemuda itu melobangi cangkang telur, tapi sial, bahkan cangkang telur ini tiga kali lebih keras dari batok kelapa.Setelah cangkang telur berlubang, cahaya terang kembali muncul dari dalamnya, tapi kemudian berangsur-angsur lenyap."Aishhh ..." Lanting Beruga menutup hidungnya saat mencium aroma dari dalam telur, aromanya tidak busuk, tapi tercium aneh yang membuat perut menjadi mual. "Ini makanan terburuk yang pernah aku makan ..." gerutu pemuda itu.Sambil menutup hidungnya, Lanting Beruga m
Kemungkinan besar yang menyebabkan energi pusaran tidak setabil adalah telur yang dimakan oleh Lanting Beruga saat ini. Jika tidak, apa lagi alasan yang masuk akal.Sua Sua.Energi pusaran mulai meretakkan gerbang penerimaan, dan hal ini membuat semua Ketua Devisi menjadi bingung harus melakukan apa.Membuat ulang gerbang ini tidak mudah jika sampai rusak, butuh waktu beberapa bulan untuk melakukannya dan sialnya tidak bisa dilakukan oleh satu orang Ketua Devisi.10 ketua devisi harus turun tangan untuk memperbaiki gerbang ini, tentu saja dengan biaya dan tenaga yang sangat banyak."Gerbang ini akan meledak ..." Ketua Devisi Lingga memperingatkan mereka semua, "kita harus meninggalkan tempat ini secepatnya."Ledakan yang dihasilkan oleh gerbang tersebut sangat dahsyat, seolah udara yang dipadatkan di dalam tabung kemudian tabung itu meledak.10 ketua devisi mungkin tidak akan membunuh mereka semua, tapi yang luka yang dihasilkan
Ketika Lanting Beruga keluar, mata ular itu menjadi lebih tajam dari sebelumnya. Ini adalah orang yang telah menghancurkan telur naga hitam, dan ular itu harus menuntut balas.Dia menyerang Lanting Beruga dengan racunnya, tapi pemuda itu hanya menekankan pelan kakinya lalu hilang dari tempatnya. Dia melompat di udara, tepat di atas kepala ular hitam tersebut."Tarian dewa angin, aura api kematian." Lanting Beruga menebas mahkota itu dan ..." berhasil!"Mahkota tersebut adalah benda paling keras yang dimiliki oleh ular tersebut, tapi Lanting Beruga berhasil memotongnya menjadi dua bagian.Sekarang jika dia mau, dia bisa memotong kepala ular itu dengan sangat mudah, tapi Lanting Beruga mahal berpikiran lain.Dia tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya, lalu menyimpan pedang ke dalam tanda api.Pada saat yang sama, ular hitam bermahkota tidak melakukan apapun saat ini, dia tahu serangannya mungkin akan percuma.Matanya yang tajam