Beranda / Pendekar / LANTING BRUGA / Perang Sursena 12

Share

Perang Sursena 12

Penulis: Pancur Lidi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-20 19:48:47

"Jurus Pembalik Cakra." Nyai Rintik Wengi menyerap tenaga dalam Nyai Cempaka Ayu ketika wanita itu menggunakan kekuatannya.

Tenaga dalam yang dialirkan pada setiap benda, akhirnya dapat diserap oleh Nyai Rintik Wengi, membuat kerikil itu hanya menjadi bongkahan batu kecil yang rapuh.

Benar, prinsip kerja teknik yang dipakai oleh Nyai Cempaka Ayu adalah, mengalirkan tenaga dalamnya pada kerikil atau benda apapun di sekitarnya. Ketika benda itu telah dialiri oleh tenaga dalam, maka bukan hanya dia bisa mengendalikan benda tersebut, tapi benda itu akan menjadi lebih kuat dari sifat aslinya.

"Bagaimana mungkin?" ucap Nyai Cempaka Ayu. "Jurus terlarang seperti apa yang bisa melenyapkan tenaga dalam seseorang?"

"Melenyapkan?" wanita itu tertawa cekikikan, sepertinya Nyai Cempaka Ayu benar-benar bodoh. "Aku tidak melenyapkan tenaga dalammu, aku hanya meminjamnya."

"Meminjamnya?"

Belum habis kalimat yang akan diucapkan oleh Nyai Cempaka Ayu, lawanny

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • LANTING BRUGA   Perang Sursena 13

    Bom Bom Bom.Ledakan lain terdengar pula, dan ini benar-benar mengejutkan semua orang. Sekte aliran sesat menoleh ke atas, melihat ada beberapa tombak melayang dari langit, kemudian menghujani Istana dan mereka sendiri.Mata mereka menyipit, kenapa ada sumbu di tombak panjang itu, sumbu yang menyala dan berjalan."Bukankah itu?" Sabdo Jagat dan semua pendekar aliran putih mengetahui benda tersebut. "Itu bukan tombak, tapi anak panah yang lepas dari kereta iblis."Bom bom bom.Rentetan ledakan terjadi begitu dahsyat, menghancurkan sebagian besar Istana Sursena. Prajurit Sekte Aliran sesat berhamburan seperti kapas, beberapa yang lain mati terbakar, yang lain lagi tidak sempat menjerit karena berada tepat di pusat ledakan.Pilar Istana perlahan mulai hancur, membuat Istana megah yang dibangun susah payah selama kurang lebih 30 tahun itu, mulai bergetar, mulai goyah, dan menunggu saat kehancurannya datang."Tidak, jangan-jangan!" Rosalaw

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-21
  • LANTING BRUGA   Perang Sursena 14

    Butakan lawan, serang jiwa mereka, dan kau akan mudah menghancurkannya.Benar, mereka tidak bisa melihat dengan jelas, debu berhamburan menutupi pandangan. Beberapa orang menarik pedang mereka, mencoba bertahan dan tetap waspada."Ahkkk!" mereka mulai saling tikam, mengira jika yang ada di depan adalah lawan, padahal itu adalah teman.Benar-benar kacau, bahkan pendekar dari sekte aliran lurus juga kehilangan pandangnnya.Mundur dengan perlahan, mungkin salah satu solusi saat ini.Ini adalah sebuah kesempatan, dari sekian banyak pendekar hanya satu orang yang bisa mengayunkan pedangnya tanpa meleset. Pemuda yang tersenyum sinis, Lanting Beruga."Tidak! tidak!" mereka berteriak, ketika menyadari sosok pemuda itu mengayunkan pedang dari depan. Menghindari serangan yang tiba-tiba seperti itu akan sangat sulit dilakukan, dan ini adalah kelemahan mereka.Incar sayap-sayapnya, baru kemudian bunuh bunuh burungnya. Lanting Beruga sengaja mengi

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-21
  • LANTING BRUGA   Perang Sursena 15

    Lakukan sesuatu? benar, jika kau ingin tetap hidup maka sebaiknya menjauh dari bayangan merah yang muncul tiba-tiba.Menyadari hal itu, sekte aliran sesat alias Bulan Darah dan juga Prajurit Sursena melepaskan senjata mereka, dan mulai kabur dari pertarungan ini. Mereka lari meninggalkan kabut berdebu.Lanting Beruga tertawa terbahak-bahak, ini adalah serangan mental yang terakhir, mengintimidasi lawan dengan tawa yang lantang. Lanting tidak pernah mempelajari teknik menaklukan mental lawan sebelumnya, tapi memang dia memiliki bakat yang bagus dibagian mengintimidasi.Apakah dia akan membunuh yang melarikan diri tanpa senjata? tidak, meski dia bisa melakukannya dengan mudah, tapi Lanting Beruga bukan orang yang keji."Kenapa dia tidak membunuh mereka semua?" bertanya Jubarda Agung kepada Dewangga."Tidak, dia punya jalannya sendiri! dari sekian banyak muridku, dia memiliki jiwa ksatria paling tangguh," ucap Dewangga, "sama seperti kakeknya, j

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • LANTING BRUGA   Perang Sursena 16

    Ronde ke dua pertarungan kembali di lanjutkan, tapi kini arah medannya mulai berubah. Semenjak kemunculan Lanting Beruga, dan tentu juga Bajak Laut Buaya Putih."Hahaha, dia benar-benar mengejutkan kita," Satrio Langit tertawa terbahak-bahak, kemudian memukul lawannya dengan kepalan tinju.Di sebelah pemuda itu, Altar Buana memanggul tongkatnya, berjalan ke arah lawan-lawan yang telah kehilangan mental mereka."Jendral Loka!" teriak Satrio Langit, "urusan kita belum selesai!"Jendral Loka hendak melarikan diri dari tempat ini, seolah telah menyadari bahwa pertarungan ini akan mencelakakannya, tapi niat itu terhenti ketika Satrio Langit telah menghadang langkah kakinya.Jendral Loka menoleh ke belakang, Altar Buana masih berjalan mendekati dirinya dengan tongkat yang di panggul. Mau kemana memangnya jendral itu? pertarungan masih jauh dari kata selesai.Jendral Loka mengambil tombak dan pedang, entah bagaimana dia akan bertarung dengan dua se

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • LANTING BRUGA   Perang Sursena 17

    Jelatang Biru yang tidak mengenal Lanting Beruga sama sekali, hanya bisa menatap pemuda itu dari kejauhan dengan penuh tanda tanya.Kenapa dia tidak mendengar nama anak itu sebelumnya, meski dia berasal dari Sekte Awan Berarak? pikir Jelatang Biru.Namun satu hal yang mengganjal pikiran Jelatang Biru adalah, aura yang terpancar dari tubuh Lanting Beruga mengingatkan dirinya tentan teman lama."Mengalihkan pandangan ketika bertarung adalah tindakan yang salah?" jendral yang menjadi lawan Jelatang Biru menyerangnya dari samping.Jelatang Biru bergerak untuk menghindar, dia melayang ke belakang sambil melepaskan beberapa jarum ke arah lawannya.Serangan jendral itu terhenti untuk sejenak, sebelum kemudian dengan cepat menghindari jarum yang mengarah ke tubuhnya. Beberapa jarum yang dilepaskan oleh Jelatang Biru di tangkis oleh kapak besar.Kapak besar jendral itu di lempar sekuat tenaga, menahan semua jarum yang mengarah kepada dirinya. Ya, kap

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • LANTING BRUGA   Perang Sursena 18

    Nyai Seburuk Mayat menarik nafas panjang, dan sedikit lebih lega dari sebelumnya, saat melihat Lanting Beruga tidak mengincarnya, dan malah mengincar Rintik Wengi.Entah kenapa menghadapi Lanting Beruga terasa begitu menakutkan saat ini, padahal dia masih ingat beberapa bulan yang lalu Lanting Beruga tidak memiliki kekuatan aneh semacam energi batin.Hanya dalam satu tahun, melakukan perkembangan yang begitu signifikan, bagaimana Nyai Seburuk Mayat bisa menjelaskan hal semacam itu.Wanita itu menyapukan pandangan ke sisi lain, melihat siapakah yang akan dia bunuh saat ini. Pendekar aliran lurus tampaknya lebih banyak dari prajurit Sursena dan Bulan Darah."Mencari diriku?" Nyai Anjani tersenyum tipis di sebelah Nyai Seburuk Mayat.Guru Lanting Beruga itu, baru saja membersihkan noda darah yang melekat pada bilah pedangnya. Di sekitar wanita itu, ada lebih dari 13 orang pendekar Bulan Darah telah meregang nyawa. Semua ini jelas ulah Nyai Anjan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-23
  • LANTING BRUGA   Perang Sursena 19

    "Mode Pertama, Cahaya Api." Lanting Beruga mendadak lenyap dari tempatnya, meninggalkan bayangan merah kemudian mendadak tiba di belakang Nyai Rintik Wengi.Wush wush wush. Selendang membabat ke arah pemuda itu, tapi gagal, yang terkena ujung selendang hanya bayangan merah Lanting Beruga."Dia cepat," ucap Nyai Rintik Wengi.Dengan tenaga dalamnya, selendang itu bisa melilit gagang pedang dan mulai menyerang Lanting Beruga.Hilang. Lagi-lagi Lanting Beruga lenyap dari pandangan Nyai Rintik Wengi, tapi kemudian terdengar suara jeritan dari sisi lain yang jauh.Nyai Rintik Wengi menoleh ke sana, mendapati beberapa pendekar Bulan Darah tewas oleh bayangan merah."Sial dia mempermainkan diriku ..." Nyai Rintik Wengi tidak pernah merasa sehina ini semenjak dia menjadi salah satu petinggi Bulan Darah.Lanting Beruga tidak menghadapinya dengan serius, buktinya dia masih bisa pergi ke sisi lain, dan membunuh beberapa anak buah Bulan Dar

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-23
  • LANTING BRUGA   Perang Sursena 20

    Nyai Rintik Wengi melangkah mundur ke belakang dengan pelan, sendinya terasa bergetar dan bulu kuduknya mendadak berdiri. Seperti melihat hantu, tapi bahkan melihat hantu tidak membuat Nyai Rintik Wengi ketakutan seperti ini. Dia seolah melihat dewa kematian. "Apa yang terjadi?" tanya Nyai Anjani, "kekuatan seperti apa yang kau gunakan?" Lanting Beruga tersenyum dingin, dia sendiri belum memahami kekuatan mata kirinya secara detil, hanya menduga-duga saja. Nyai Rintik Wengi berniat menggunakan selendangnya untuk menyerang Lanting Beruga, tapi entah kenapa dia seolah kehilangan kontrol terhadap tenaga dalamnya sendiri. Ya, butuh ketenangan agar dapat mengendalikan tenaga dalam dengan baik, tapi ketika manusia diselimuti oleh rasa takut, mereka tidak bisa melakukan apapun bahkan untuk bernafas sekalipun. Lanting Beruga menghentakkan kakinya ke tanah, pada saat yang sama sebilah pedang melayang ke udara. Pedang itulah langsung di sambarnya, sebab

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-23

Bab terbaru

  • LANTING BRUGA   TAMAT

    Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N

  • LANTING BRUGA   Keinginan

    Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig

  • LANTING BRUGA   Maaf

    Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg

  • LANTING BRUGA   Terserah

    Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan

  • LANTING BRUGA   Matilah

    Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya

  • LANTING BRUGA   Satu Serangan

    Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.

  • LANTING BRUGA   Terlambat

    Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik

  • LANTING BRUGA   Ingin Menjadi Mahasepuh

    Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.

  • LANTING BRUGA   Apakah Terluka

    Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m

DMCA.com Protection Status