Beranda / Pendekar / LANTING BRUGA / Pembunuh Lain Datang

Share

Pembunuh Lain Datang

Penulis: Pancur Lidi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-28 18:46:47

Datang tiba-tiba, menyerang juga tiba-tiba. Siapa lagi kalau bukan Lanting Beruga.

Dengan pedang sisik naga hijau, pemuda itu menyerang salah satu pendekar yang memegang panah. 

Di sana ada tiga orang pendekar yang tampaknya ahli dalam menggunakan panah, ketiga orang itu dihajar langsung oleh Lanting Beruga.

"Sial, Bunuh pemuda itu!" ketua dari kelompok pembunuh itu berteriak keras kepada teman-temannya, tapi dengan bahasa yang tidak diketahui oleh Lanting Beruga.

Lanting Beruga menyambut serangan demi serangan yang datang kepadanya.

Harus dia akui, para pendekar ini cukup hebat, paling tidak telah mencapai pendekar tanpa tanding, atau paling rendah puncak pendekar pilih tanding.

Namun, tetap saja mereka tidak cukup kuat untuk menghadapi Lanting Beruga.

Seluruh teknik dan jurus telah mereka keluarkan, tapi bahkan Lanting Beruga belum selesai pemanasan.

"Serang dia bersamaan, bunuh dari segala sisi!"

"Apa yang kalian

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Zulfiah Isk
mantulllllllllllll
goodnovel comment avatar
pay_art
1 bab udh pendek cerita'y minim hrs 8 koin...trllu
goodnovel comment avatar
pay_art
bacaan'y menarik...cuma koin'y yg menyebalkan terLalu mahal....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • LANTING BRUGA   Tolong Lindungi Kami!

    Serangan pedang gasing menderu ke arah Lanting Beruga, beberapa kali, lalu beberapa kali lagi.Namun tidak ada satupun dari serangan itu yang berhasil memotong satu helai rambut Lanting Beruga.Hal ini sangat mengesalkan, tapi kemudian berubah menjadi ketakutan bagi pembunuh tersebut.Ketika belasan kali pria itu menyerang Lanting Beruga, dan gagal, dia menyerang wanita yang berdiri cukup jauh dari Lanting Beruga.Tentu saja bayi mungil yang ada di dalam pelukan wanita itu, yang sedang di incar oleh pembunuh tersebut."Tidak akan kubiarkan!" ucap Lanting Beruga, langsung menggunakan mode pertama roh api, aura api.Seketika tubuhnya menguap dan warna kulitnya berubah merah seperti udang rebus.Wanita penjaga menyadari serangan itu akan membunuh bayi mungil ini, segera pasang badan untuk mengorbankan nyawanya.Namun tiba-tiba.Ting.Lanting Beruga memotong gasing tersebut menjadi dua bagian. Kecepatan pemuda itu ben

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-28
  • LANTING BRUGA   Suami Istri Perang

    Sengaja Li Wei memilih penginapan kelas biasa ketika tiba di Kota Dong. Ada dua hal yang menjadi alasannya, pertama untuk masuk ke dalam penginapan level elit membutuhkan identitas diri, sementara tidak mungkin Li Wei menunjukan identitas dirinya saat ini. Dan alasan ke dua agar tidak terlalu menarik perhatian orang-orang di kota Dong. "Kami memesan satu kamar," ucap Li Wei. Pelayan penginapan lentera malam tersenyum tipis, dia melirik ke arah Lanting Beruga, kemudian senyum tipis di bibirnya mendadak luntur. Mungkin karena wajah Lanting Beruga berbeda dari kebanyakan orang. "Dia adalah suamiku," ucap Li Wei. "Oh, sepertinya kalian pasangan baru, apa ini anak kalian?" tanya pelayan tersebut. "Benar," jawab Li Wei. "Hem ...bisakah kau segera menyiapkan kamar kami, bayi kecilku mulai lapar." Pelayang itu buru-buru membawa Li Wei dan Lanting Beruga menuju kamar yang ada di belakang penginapan ini. Kamar ini tidak terlalu bes

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-28
  • LANTING BRUGA   Habisi Semuanya

    Wush wush wush.Serangkaian serangan panah datang dari segala arah, menancap di dinding kamar, menembus tirai bahkan hampir saja mengenai tubuh Li Wei.Lanting Beruga langsung menyapukan tangannya, mendadak semua pelita yang ada di dalam kamar padam. Kamar menjadi gelap gulita. Li Wei menjadi cemas.Mata kiri Lanting Beruga terbuka, mata asura yang tajam. Dia bisa melihat dengan jelas situasi di dalam kamar ini dengan sangat baik, lebih baik daripada ketika pelita menyala."Tuan Pendekar ..." ucap Li Wei."Hustt!" ucap Lanting Beruga, "Tenanglah, bersembunyilah akau akan melindungi kalian."Belasan panah datang kembali, tapi Lanting Beruga berhasil menghalaunya dengan sangat baik. Pendekar lemah ini tidak tahu siapa yang sedang mereka hadapi.Setelah menunggu beberapa saat kemudian, tampaknya tidak ada panah yang kembali datang. Lanting Beruga menatap ke arah atap kamar, menyadari ada lebih dari 4 orang sedang mengintai.Lantin

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-29
  • LANTING BRUGA   Tinggalkan Kota

    Pemimpin Penginapan mengira Lanting Beruga tidak tahu dengan trik murahan itu. Dia pikir dengan Lanting Beruga melenyapkan pedang energinya, pemuda itu telah lengah. Tidak, mata kiri Lanting Beruga telah menganalisa hal itu sebelumnya.Serangan yang dilepaskan benar-benar gagal membunuh pemuda tersebut."Kau sudah melakukan kesalahan, pak tua ..." ucap Lanting Beruga, "Sekarang aku memiliki alasan untuk membunuhmu!"Belum satu detik setelah Lanting Beruga berkata demikian, pemuda itu telah lenyap dari padangan pemilik penginapan ini, tiba-tiba dia telah berada di depannya lalu menarik pedang sisik naga hijau yang masuk ke dalam mulut orang itu.Tusukan yang Lanting Beruga lakukan begitu cepat mengirim nyawa pemilik penginapan ke alam baka.Dia jatuh ke dasar, mengeluarkan darah dari dalam mulutnya.Lanting Beruga dengan cepat pergi ke kamar penginapannya."Kita harus pergi dari sini ..." ucap Lanting Beruga, "Sekarang!"Li Wei

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-29
  • LANTING BRUGA   Garis

    Dari banyaknya orang yang mengincar bayi mungil di tangan Li Wei, Lanting Beruga mengenali pakaian yang mereka gunakan. Orang itu mungkin pendekar paling tinggi yang ditugaskan untuk mengejar bayi mungil ini."Kekaisaran Tang ..." gumam Lanting Beruga."Tuang pendekar mengenal Kekaisaran Tang?" tanya Li Wei, dengan menggunakan bahasa isyarat yang sulit dipahami oleh Lanting Beruga."Ya," jawab pemuda tersebut. "Akhir-akhir ini aku selalu berurusan dengan Kekaisaran Tang, kenapa mereka mengincar bayi mungil ini?" Lanting Beruga bergumam pelan.Yang datang saat ini lebih dari dua lusin pendekar di atas level pilih tanding, beberapa dari mereka telah mencapai level tanpa tanding awal, dan pemimpin pasukan ini mungkin telah berada di puncak tanpa tanding."Apa yang harus kita lakukan?" tanya Li Wei.Lanting Beruga menginstruksikan agar Li Wei tetap berjalan tenang ke arah lembah, pada kota yang ada di sana.Sementara itu, Lanting Beruga a

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-30
  • LANTING BRUGA   Dia Berada di Level Atas

    Lanting Beruga menggelengkan kepala."Mode Ke dua, Aura Api!"Sebuah ayunan kuat yang dilakukan oleh Lanting Beruga, membuat serangan tersebut hancur, laksana hancurnya kaca. Pecah berkeping-keping.Terkejut bukan kepalang lawan pemuda itu setelah melihat sekuat apa daya serangan yang dimiliki Lanting Beruga."Dia ...dia bisa menghancurkan seranganku?" ucap pria tersebut."Aku sudah bilang, pemuda itu monster ...dia bukan sekelas kita, dia sekelas petinggi Kekaisaran Tang?""Apa Aliran Darah Besi sudah mengetahui hal ini, hingga mengirim petingginya untuk melindungi cucu ketua mereka?""Aku tidak yakin aliran darah besi mengetahui hal ini, tapi ...pemuda itu bukan dari aliran darah besi, kita mengenal 9 iblis pembawa mala petaka dari Aliran Darah Besi, tapi tidak ada wajah dirinya, bukan?""Jadi siapa orang ini?"Mereka masih diliputi dalam perdebatan, tanpa sadar jika Lanting Beruga mulai menyerang.Seranga

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-30
  • LANTING BRUGA   Keputusan Asoka

    Ini adalah kali pertama bagi Asoka gagal menyelesaikan misi. Beberapa Naga Emas tidak berbicara, tapi seorang Naga Langit, status tertinggi di dalam Serikat Naga tampak tidak senang terhadap Asoka."Hoiiii Asoka!" ucap pria itu, pria tua berjanggut panjang dan rambut yang dikuncir ke atas, matanya dingin tapi mengintimidasi, "Apa pedangmu sudah tumpul, kau tidak bisa mengalahkan 2 petinggi aliran Darah Besi dan Kekaisaran Tang? kau mempermalukan Serikat Naga!""Kenapa kau berkata seperti itu?" Naga Langit yang lain menimpali, "Asoka tidak pernah gagal menyelesaikan misinya, kenapa kau tidak memuji keberhasilan itu, tapi ketika dia gagal satu kali, seolah dia telah gagal ribuan kali.""Cuih, itu karena yang diperebutkan adalah roh air yang kuat, apa kau bisa menghadapi kemarahan Bangsawan Dunia?""Bukankah seharusnya, Naga Langit langsung turun tangan untuk mendapatkan kekuatan itu," timpal Asoka."Sejak kapan kau punya mulut yang tajam?" bent

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-30
  • LANTING BRUGA   Lilin Yang Padam

    Asoka membuka tanda di lehernya, sebuah tanda budak Bangsawan Dunia. Tanda ini adalah aib bagi Asoka, meskipun dia telah memudarkan tanda itu dengan melukainya, tapi tetap saja tanda itu membekas."Aku akan membunuh mereka!" ucap Asoka."Kalau begitu kau harus melangkahi diriku, Asoka!" ucap Naga Langit berjanggut panjang. "Aku tidak mungkin membiarkan Bangsawan Dunia terluka, kami bertugas untuk melindungi kedudukannya dari gangguan apapun. Asoka, ini demi pertemanan kita, urungkan niatmu!"Asoka menarik pedang besar di belakang pundaknya, menghunuskan pedang itu ke samping. Wajahnya tampak merah dan tegang, tapi kemudian."Kali ini aku akan melepaskan Bangsawan Dunia," ucap Asoka. "Tapi suatu saat nanti, aku akan kembali."Setelah mengatakan hal itu, Asoka pergi meninggalkan Naga Langit berjanggut panjang."Asoka, apa yang membuat dirimu kembali seperti dahulu?" tanya pria berjanggut panjang tersebut.Asoka terbang entah ke mana, di

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-01

Bab terbaru

  • LANTING BRUGA   TAMAT

    Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N

  • LANTING BRUGA   Keinginan

    Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig

  • LANTING BRUGA   Maaf

    Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg

  • LANTING BRUGA   Terserah

    Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan

  • LANTING BRUGA   Matilah

    Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya

  • LANTING BRUGA   Satu Serangan

    Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.

  • LANTING BRUGA   Terlambat

    Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik

  • LANTING BRUGA   Ingin Menjadi Mahasepuh

    Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.

  • LANTING BRUGA   Apakah Terluka

    Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m

DMCA.com Protection Status