Asoka membuka tanda di lehernya, sebuah tanda budak Bangsawan Dunia. Tanda ini adalah aib bagi Asoka, meskipun dia telah memudarkan tanda itu dengan melukainya, tapi tetap saja tanda itu membekas.
"Aku akan membunuh mereka!" ucap Asoka.
"Kalau begitu kau harus melangkahi diriku, Asoka!" ucap Naga Langit berjanggut panjang. "Aku tidak mungkin membiarkan Bangsawan Dunia terluka, kami bertugas untuk melindungi kedudukannya dari gangguan apapun. Asoka, ini demi pertemanan kita, urungkan niatmu!"
Asoka menarik pedang besar di belakang pundaknya, menghunuskan pedang itu ke samping. Wajahnya tampak merah dan tegang, tapi kemudian.
"Kali ini aku akan melepaskan Bangsawan Dunia," ucap Asoka. "Tapi suatu saat nanti, aku akan kembali."
Setelah mengatakan hal itu, Asoka pergi meninggalkan Naga Langit berjanggut panjang.
"Asoka, apa yang membuat dirimu kembali seperti dahulu?" tanya pria berjanggut panjang tersebut.
Asoka terbang entah ke mana, di
Yang diketahui oleh Lanting Beruga adalah, mata asura memiliki kerja dasar sebagai fokus energi batin.Artinya, mata itu hanya sebagai alat atau perantara untuk mengeluarkan energi batin yang ada di dalam tubuh Lanting Beruga.Setiap orang memiliki energi batin tergantung jumlah besar dan tidaknya, tapi mereka tidak bisa menggunakan energi tersebut seperti yang dilakukan oleh Lanting Beruga.Umumnya energi batin berfungsi untuk melindungi diri dari ancaman para siluman, intimidasi musuh, dan juga ketakutan.Namun mata asura miliki Lanting Beruga bisa mengeluarkan energi batin itu untuk dijadikan sebagai senjata melemahkan mental musuh.Namun, malam ini telah terjadi sesuatu terhadap mata asuranya. Tiba-tiba semua pelita yang ada di kamar mereka mendadak padam. Ini aneh."Apa yang terjadi sebenarnya?" gumam Lanting Beruga. Pemuda itu berjalan mendekati beberapa lilin yang padam, menyalakan kembali lilin-lilin itu.Namun, ke
Masa pertandingan antara domba kecil dan domba besar pada akhirnya terjadi pula. Pemilik domba besar memiliki banyak perhiasan di tubuhnya, tampaknya memang orang kaya dan tentu saja sudah sering melakukan pertandingan domba.Namun, entah kenapa kali ini kepercayaan pemilik domba itu sedikit menciut.Pasalnya, domba besar miliknya tidak mau bertarung ketika melihat domba kecil milik pak tua di sebelah Lanting Beruga.Semua orang juga heran, tidak bisanya domba itu ketakutan menghadapi lawan-lawannya."Bukankah domba itu selalu memenangkan pertandingan.""Kenapa dendang domba itu, aku telah bertaruh besar untuknya?""Sial, aku bisa rugi besar."Ya, tentu saja hal itu karena campur tangan Lanting Beruga. Dia menakuti domba itu dengan energi batinnya, tapi sebenarnya tujuan Lanting Beruga bukan hanya itu. Dia ingin membuktikan kekuatan mata asura.Pada saat ketika domba kecil menanduk tubuh domba besar itu, Lanting Beruga mengguna
Ceng Ho adalah Walikota atau Pimpinan Kota, di Sursena pimpinan Kota bisa juga disebut sebagai Adipati, tapi di wilayah ini, mereka di sebut sebagai Walikota.Walikota Ceng Ho memiliki bisnis gelap disamping sebagai pimpinan Kota Lembah Seribu Bunga.Salah satu bisnisnya adalah gelanggang adu domba yang sudah dikacaukan oleh Lanting Beruga.Hari ini juga Lanting Beruga dibawa untuk menghadap kepada orang itu, Ceng Ho."Tuan Pendekar ..." Li Wei berniat menghentikan beberapa pendekar yang menarik tangan Lanting Beruga, tapi pemuda itu meletakan jari telunjuk ke bibirnya."Jangan ikut campur ..." ucap Lanting Beruga.Lanting Beruga masih seperti tawanan, jika dia ingin dia bisa melepaskan diri dari pendekar-pendekar level pilih tanding ini.Di pusat Kota Lembah Seribu Bunga, ada sebuah Istana besar berdiri dengan hiasan warna-warni. Istana itu dikelilingi oleh halaman luas yang dipenuhi oleh banyak bunga.Beberapa gadis terlihat
Di luar Istana, baku hantam yang terjadi antara Lanting Beruga dan pendekar bawahan Ceng Ho terjadi begitu singkat.Tidak butuh beberapa tarikan nafas, Lanting Beruga menderu cepat, melewati tubuh pria itu.Suara desingan pedang mengenai kulit lawannya, terdengar cukup nyaring, menggelitik telinga.Seketika lawan pemuda itu jatuh ke tanah, dengan luka parah di tengah dadanya.Lanting Beruga bisa saja mengarahkan mata pedang itu tepat ke batang leher pria itu, dia tidak kesulitan untuk melakukannya, tapi dia memutuskan untuk mengampuni nyawa lawannya."Tidak ada alasan untuk membunuh dirimu!" ucap Lanting Beruga.Pendekar itu berusaha berdiri, barang kali ingin sekali membalas perlakukan Lanting Beruga terhadap dirinya."Usahamu sia-sia," Lanting Beruga menggerakkan jari telunjuk kiri-kanan.Meski ucapan Lanting Beruga bernada datar, tapi itu sudah lebih dari cukup untuk menunjukan betapa dia lebih kuat dari lawannya.Wal
Melangkah dengan angkuh mendekati Li Wei, Ceng Ho lantas menampar wajah wanita itu dengan cukup keras."Jadi dia adalah istrimu?" tanya Ceng Ho. "Lumayan cantik ...ah ...putramu juga begitu tampan, aku ingin melihat apakah dia berguna bagiku atau tidak?""Apa yang kau inginkan?!" teriak Li Wei, "lepaskan dirinya, kau boleh membunuhku tapi jangan Tuanku!""Ha?" Ceng Ho menggaruk kupingnya, "Tuan Kecil, siapa bayi ini?""Kau tidak perlu tahu, tapi jika kau ingin darah, aku akan memberinya untukmu!" timpal Li Wei.Ceng Ho menyipitkan mata, menarik dagu Li Wei dengan kuat, matanya tajam dan sinis memperhatikan wajah wanita itu lekat-lekat, "Kau tidak takut mati?"Li Wei tidak menjawab, tapi dari sorot dan raut wajahnya, jelas saja Li Wei takut dengan kematian.Sementara di sisi lain, Lanting Beruga masih begitu tenang melihat hal itu."Baiklah!" ucap Ceng Ho,"bunuh wanita ini, dan sandra-"Ceng Ho mendadak berhenti ber
"Amankan jalan Tuan Kecil, jangan biarkan Kekaisaran Tang mendapatkannya!"Ceng Ho dan Li Wei pergi menemui Lanting Beruga di penginapannya.Belum pula melaporkan masalah ini kepada Lanting Beruga, mereka malah berdebat panjang pendek.Lanting Beruga jelas tidak tahu menahu apa yang mereka ucapkan, tapi melihat wajah-wajah tegang semua pendekar di sini, Lanting Beruga merasa ini bukan pertanda baik."Apa yang terjadi?" tanya Lanting Beruga."Beberapa pendekar hebat berada di atas tebing," ucap Ceng Ho. "Tuan Pendekar, pergilah dari Kota Lembah Seribu Bunga, kami akan menahan mereka di kota ini."Li Wei mendekati Lanting Beruga, berbicara bahasa isyarat agar segera bergegas pergi dari tempat ini."Tuan Pendekar, aku yakin kau masih marah terhadapku, tapi situasi saat ini begitu sulit, jika kalian tidak pergi dari kota ini, maka akan terjadi pertarungan besar yang akan membahayakan penduduk Kota Lembah Seribu Bunga.""Apa kalian
Li Wei benar-benar pergi ke arah Jalur Iblis, seperti yang diduga oleh bawahan Pendekar Timur Beralis Putih.Hanya sedikit orang yang berani melewati Jalur Iblis, dan diantara mereka hanya sedikit orang pula yang berhasil keluar setelah masuk ke sana.Li Wei memutuskan masuk ke dalam Jalur Iblis karena dua alasan, pertama ini bisa memotong jarak menuju kota selanjutnya. Jika perjalanan 20 hari yang harus mereka tempuh, dapat dipotong hanya 2 hari saja.Namun, tentu saja resiko melewati jalur tersebut benar-benar besar. Mereka bisa saja mati di sana.Alasan ke dua adalah, Li Wei merasa bahwa Lanting Beruga akan melindungi bayi ini saat berada di jalur iblis. Meskipun mungkin Lanting Beruga tidak akan melindungi dirinya, tapi Li Wei begitu yakin, pemuda itu bisa diandalkan."Maafkan aku Tuan Pendekar, aku harus menempuh jalan ini ..." ucap Li Wei. "Jika kita terus melewati jalan utama, kemungkinan terbunuh sangatlah besar."Li Wei tidak tahu b
Berjalan penuh hati-hati, Lanting Beruga dan Li Wei akhirnya berhenti tepat didepan pohon besar yang mengeluarkan asap cukup tebal.Entah apa yang ada di dalam lubang pohon tersebut, Li Wei dan Lanting Beruga jelas tidak tahu.Baru pula hendak pergi meninggalkan lokasi tersebut, tiba-tiba pohon besar bergerak. Yang lebih aneh adalah, akar pohon tersebut mendadak hidup dan melilit tubuh Li Wei."Tuan Pendekar ..." Li Wei berniat meraih tangan Lanting Beruga, tapi gagal.Wanita itu malah diseret oleh akar menuju pohon besar, seakan pohon itu akan melumat Li Wei hidup-hidup."Tenaga dalamku lenyap ...?" Li Wei bergumam kecil, sambil berusaha melepaskan diri dari lilitan akar-akar keras pohon aneh ini.Ketakutan semakin menyelimuti Li Wei, ketika dia merasakan seluruh tenaga dalamnya diserap oleh akar tersebut.Namun ini bukan akhir dari masalah, ketika pohon berhasil menguras habis tenaga dalam Li Wei, dia akan mulai menyerap energ