"Amankan jalan Tuan Kecil, jangan biarkan Kekaisaran Tang mendapatkannya!"
Ceng Ho dan Li Wei pergi menemui Lanting Beruga di penginapannya.
Belum pula melaporkan masalah ini kepada Lanting Beruga, mereka malah berdebat panjang pendek.
Lanting Beruga jelas tidak tahu menahu apa yang mereka ucapkan, tapi melihat wajah-wajah tegang semua pendekar di sini, Lanting Beruga merasa ini bukan pertanda baik.
"Apa yang terjadi?" tanya Lanting Beruga.
"Beberapa pendekar hebat berada di atas tebing," ucap Ceng Ho. "Tuan Pendekar, pergilah dari Kota Lembah Seribu Bunga, kami akan menahan mereka di kota ini."
Li Wei mendekati Lanting Beruga, berbicara bahasa isyarat agar segera bergegas pergi dari tempat ini.
"Tuan Pendekar, aku yakin kau masih marah terhadapku, tapi situasi saat ini begitu sulit, jika kalian tidak pergi dari kota ini, maka akan terjadi pertarungan besar yang akan membahayakan penduduk Kota Lembah Seribu Bunga."
"Apa kalian
Li Wei benar-benar pergi ke arah Jalur Iblis, seperti yang diduga oleh bawahan Pendekar Timur Beralis Putih.Hanya sedikit orang yang berani melewati Jalur Iblis, dan diantara mereka hanya sedikit orang pula yang berhasil keluar setelah masuk ke sana.Li Wei memutuskan masuk ke dalam Jalur Iblis karena dua alasan, pertama ini bisa memotong jarak menuju kota selanjutnya. Jika perjalanan 20 hari yang harus mereka tempuh, dapat dipotong hanya 2 hari saja.Namun, tentu saja resiko melewati jalur tersebut benar-benar besar. Mereka bisa saja mati di sana.Alasan ke dua adalah, Li Wei merasa bahwa Lanting Beruga akan melindungi bayi ini saat berada di jalur iblis. Meskipun mungkin Lanting Beruga tidak akan melindungi dirinya, tapi Li Wei begitu yakin, pemuda itu bisa diandalkan."Maafkan aku Tuan Pendekar, aku harus menempuh jalan ini ..." ucap Li Wei. "Jika kita terus melewati jalan utama, kemungkinan terbunuh sangatlah besar."Li Wei tidak tahu b
Berjalan penuh hati-hati, Lanting Beruga dan Li Wei akhirnya berhenti tepat didepan pohon besar yang mengeluarkan asap cukup tebal.Entah apa yang ada di dalam lubang pohon tersebut, Li Wei dan Lanting Beruga jelas tidak tahu.Baru pula hendak pergi meninggalkan lokasi tersebut, tiba-tiba pohon besar bergerak. Yang lebih aneh adalah, akar pohon tersebut mendadak hidup dan melilit tubuh Li Wei."Tuan Pendekar ..." Li Wei berniat meraih tangan Lanting Beruga, tapi gagal.Wanita itu malah diseret oleh akar menuju pohon besar, seakan pohon itu akan melumat Li Wei hidup-hidup."Tenaga dalamku lenyap ...?" Li Wei bergumam kecil, sambil berusaha melepaskan diri dari lilitan akar-akar keras pohon aneh ini.Ketakutan semakin menyelimuti Li Wei, ketika dia merasakan seluruh tenaga dalamnya diserap oleh akar tersebut.Namun ini bukan akhir dari masalah, ketika pohon berhasil menguras habis tenaga dalam Li Wei, dia akan mulai menyerap energ
Setiap mahluk yang ada di jalur iblis tercipta dari seluruh sifat jahat manusia yang hidup di belahan bumi tengah. Rasa dendam, kesedihan, dan kemarahan menjelma menjadi sosok yang mengerikan, dan terjebak di jalur iblis.Lanting Beruga tidak tahu apa yang menyebabkan hal ini bisa terjadi, dan kenapa hanya di tempat ini saja ada mahluk-mahluk ini.Namun dalam dunia lelembut, mahluk ini disebut sebagai Hasrat.Keberadaan mereka bukan hanya mengganggu ketenangan komunitas mahluk nyata, tapi juga berdampak pada mahluk lelembut. Pada dasarnya mereka bisa keluar masuk ke alam lelembut sesuka hati mereka, dengan catatan ketika berada di alam nyata mereka hanya bisa tinggal di jalur iblis."Jadi kau dulunya adalah orang jahat?" tanya Lanting Beruga.Pohon itu menjawab dengan angkuh, "Aku tidak akan lenyap sebelum berhasil membalas dendam.""Kau tidak mungkin bisa membalas dendam jika terjebak di jalur iblis seperti ini," timpal Lanting Beruga.
Pendekar Timur Beralis Putih bergerak di belakang anak buahnya. Sekarang mereka mulai memasuki wilayah pedalaman barat Jalur Iblis.Meski dia enggan memberi tahu anak buahnya, pendekar itu merasakan aura mengerikan berselimut di Jalur Iblis. Aura itu kini mulai mengusik mereka.Di dalam pandanga mata Pendekar Timur Beralis Tebal, seolah dia menggiring anak buahnya masuk ke dalam mulut seorang monster yang buas, dan mereka tidak memiliki kesempatan untuk keluar dari mulut tersebut."Tuan ...apa kau melihatnya?!" salah satu anak buahnya bergerak mendekati, kemudian menunjuk ke arah kiri, pada sekelebatan kabut tipis yang bergerak tidak menentu.Kabut seperti apa yang dapat berputar-putar di antara pohon kering, kemudian lenyap lalu muncul lagi diantara pohon kering."Mahluk seperti apa itu?" gumam Pendekar Timur Dari Barat, kemudian dia meminta dua anak buahnya utuk memeriksa asap tipis tersebut."Kami akan melakukan yang terbaik, Tuan."
Semua pendekar yang ada dibawah pimpinan Pendekar Timur Beralis Putih serentak menjauhi pohon aneh itu.Namun beberapa orang tidak cukup cepat. Akar pohon berhasil ditangkap oleh pohon angker itu."Tuan tolong aku ......"Pendekar Timur Beralis Putih tidak dapat melakukan apapun saat ini, kecuali melihat satu persatu anak buahnya ditangkap oleh akar tersebut.Dalam sebuah momen, akar pohon angker hampir saja berhasil menangkap kaki Pendekar Timur Beralis Putih, tapi pak tua itu menumbalkan seorang anak buahnya.Setelah cukup jauh melarikan diri, kini yang tersisa hanya tiga orang lagi, termasuk Pendekar Timur Beralis Putih."Tuan mahluk apa itu tadi?" Salah satu bawahannya bertanya dengan nada bergetar karena ketakutan.Tentu saja, setengah dari jumlah mereka telah mati oleh satu mahluk yang jelas-jelas tidak pernah mereka temui sebelumnya.Dalam dunia persilatan, informasi mengenai musuh adalah satu dari beberapa senjata
Lanting Beruga mulai bosan, telah berteriak sepanjang waktu tapi pohon aneh yang dapat bicara tak kunjung pula muncul.Akhirnya dia menyerah.Dengan langkah gontai, Lanting Beruga akhirnya berjalan membuntuti Li Wei.Bayi mungil mulai menangis saat ini, sementara persediaan susu mulai menipis. Jika sampai besok hari mereka tidak dapat keluar dari tempat ini, khawatirnya bayi ini dalam masalah.Apa yang bisa dimakan oleh balita kecil di tempat seperti ini, tidak ada. Bahkan Lanting Beruga tidak bisa menemukan satu ekor hewan untuk dimakan.Sekarang mungkin sudah malam, suasana di Jalur Iblis semakin mencekam. Pandangan Li Wei mulai terbatas, dia bahkan mulai kesulitan membedakan pohon dengan batu yang ada di dihadapannya."Tuan pendekar ..." ucap Li Wei.Lanting Beruga mengerti maksud ucapan wanita itu. Langsung mengambil baju dan merobeknya menjadi kain yang cukup panjang.Tubuh Li Wei diikat dengan kain tersebut, kemudian ujun
Lanting Beruga mungkin tidak menyadari bahwa energi panas yang dimilikinya adalah sumber kelemahan para Hasrat ini.Ya, tampaknya mereka benar-benar takut dengan api, mungkin pula karena hal itu, tempat ini diselimuti oleh kabut tebal agar cahaya matahari tidak berhasil menembus hingga ke permukaan tanah.Masih diliputi dengan perasaan yang kesal, Lanting Beruga melepaskan banyak serangan ke arah mahluk putih berkuku tajam tersebut.Entah sudah berapa belas buah dia melempar pedang ke arah mereka, Lanting Beruga tidak sempat menghitungnya.Namun yang jelas, sekarang hanya tersisa 1 hasrat lagi.Mahluk itu terkena lemparan pedang Lanting Beruga tepat di bagian bawah, -Lanting Beruga menganggapnya sebagai bagian kaki-, dan tidka bisa melepaskan pedang itu meskipun mahluk tersebut telah berusaha keras.Sementara Li Wei hanya bisa menelan ludah karena menyaksikan kebrutalan yang ditunjukan oleh Lanting Beruga.Sungguh tidak bisa diterima
Dimata Li Wei, orang yang mengaku sebagai dewa kematian itu, benar-benar mengerikan. Wajahnya diselimuti oleh bintik-bintik aneh seperti kutil berwarna merah.Ketika di berbicara, kulit merah itu tampak bergerak kian kemari. Sedikit jijik, tapi juga menakutkan.Dari semua orang yang pernah dilihat Li Wei, mahluk di depannya mungkin yang paling menakutkan. Gelar dewa kematian tampaknya tidak berlebihan untuk mahluk satu ini.Tepat di tengah keningnya ada sebuah tanduk perunggu. Li Wei tidak tahu apakah tanduk itu hasil dari modifikasi, atau memang tumbuh seperti itu ketika mahluk ini baru lahir ke dunia.Ah, sudah seberapa tua dewa kematian ini? gumam Lanting Beruga.Rambutnya putih dan tipis. Saat udara gersang gurun pasir menerpa rambut mahluk tersebut, terlihat seperti helaian rambut jagung di musim panas."Apa kau yang menguasai tempat ini?" tanya Lanting Beruga, pemuda itu menggaruk dagunya, mata tajamnya meneliti setiap jengkal bagian d