Home / Pendekar / LANTING BRUGA / Perjalanan Selanjutnya

Share

Perjalanan Selanjutnya

Author: Pancur Lidi
last update Last Updated: 2021-12-02 18:41:14

"Amankan jalan Tuan Kecil, jangan biarkan Kekaisaran Tang mendapatkannya!"

Ceng Ho dan Li Wei pergi menemui Lanting Beruga di penginapannya.

Belum pula melaporkan masalah ini kepada Lanting Beruga, mereka malah berdebat panjang pendek.

Lanting Beruga jelas tidak tahu menahu apa yang mereka ucapkan, tapi melihat wajah-wajah tegang semua pendekar di sini, Lanting Beruga merasa ini bukan pertanda baik.

"Apa yang terjadi?" tanya Lanting Beruga.

"Beberapa pendekar hebat berada di atas tebing," ucap Ceng Ho. "Tuan Pendekar, pergilah dari Kota Lembah Seribu Bunga, kami akan menahan mereka di kota ini."

Li Wei mendekati Lanting Beruga, berbicara bahasa isyarat agar segera bergegas pergi dari tempat ini.

"Tuan Pendekar, aku yakin kau masih marah terhadapku, tapi situasi saat ini begitu sulit, jika kalian tidak pergi dari kota ini, maka akan terjadi pertarungan besar yang akan membahayakan penduduk Kota Lembah Seribu Bunga."

"Apa kalian

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Zulfiah Isk
mantapppppppp
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • LANTING BRUGA   Jalur Iblis

    Li Wei benar-benar pergi ke arah Jalur Iblis, seperti yang diduga oleh bawahan Pendekar Timur Beralis Putih.Hanya sedikit orang yang berani melewati Jalur Iblis, dan diantara mereka hanya sedikit orang pula yang berhasil keluar setelah masuk ke sana.Li Wei memutuskan masuk ke dalam Jalur Iblis karena dua alasan, pertama ini bisa memotong jarak menuju kota selanjutnya. Jika perjalanan 20 hari yang harus mereka tempuh, dapat dipotong hanya 2 hari saja.Namun, tentu saja resiko melewati jalur tersebut benar-benar besar. Mereka bisa saja mati di sana.Alasan ke dua adalah, Li Wei merasa bahwa Lanting Beruga akan melindungi bayi ini saat berada di jalur iblis. Meskipun mungkin Lanting Beruga tidak akan melindungi dirinya, tapi Li Wei begitu yakin, pemuda itu bisa diandalkan."Maafkan aku Tuan Pendekar, aku harus menempuh jalan ini ..." ucap Li Wei. "Jika kita terus melewati jalan utama, kemungkinan terbunuh sangatlah besar."Li Wei tidak tahu b

    Last Updated : 2021-12-02
  • LANTING BRUGA   Pohon Aneh

    Berjalan penuh hati-hati, Lanting Beruga dan Li Wei akhirnya berhenti tepat didepan pohon besar yang mengeluarkan asap cukup tebal.Entah apa yang ada di dalam lubang pohon tersebut, Li Wei dan Lanting Beruga jelas tidak tahu.Baru pula hendak pergi meninggalkan lokasi tersebut, tiba-tiba pohon besar bergerak. Yang lebih aneh adalah, akar pohon tersebut mendadak hidup dan melilit tubuh Li Wei."Tuan Pendekar ..." Li Wei berniat meraih tangan Lanting Beruga, tapi gagal.Wanita itu malah diseret oleh akar menuju pohon besar, seakan pohon itu akan melumat Li Wei hidup-hidup."Tenaga dalamku lenyap ...?" Li Wei bergumam kecil, sambil berusaha melepaskan diri dari lilitan akar-akar keras pohon aneh ini.Ketakutan semakin menyelimuti Li Wei, ketika dia merasakan seluruh tenaga dalamnya diserap oleh akar tersebut.Namun ini bukan akhir dari masalah, ketika pohon berhasil menguras habis tenaga dalam Li Wei, dia akan mulai menyerap energ

    Last Updated : 2021-12-03
  • LANTING BRUGA   Pemimpin Jalur Iblis

    Setiap mahluk yang ada di jalur iblis tercipta dari seluruh sifat jahat manusia yang hidup di belahan bumi tengah. Rasa dendam, kesedihan, dan kemarahan menjelma menjadi sosok yang mengerikan, dan terjebak di jalur iblis.Lanting Beruga tidak tahu apa yang menyebabkan hal ini bisa terjadi, dan kenapa hanya di tempat ini saja ada mahluk-mahluk ini.Namun dalam dunia lelembut, mahluk ini disebut sebagai Hasrat.Keberadaan mereka bukan hanya mengganggu ketenangan komunitas mahluk nyata, tapi juga berdampak pada mahluk lelembut. Pada dasarnya mereka bisa keluar masuk ke alam lelembut sesuka hati mereka, dengan catatan ketika berada di alam nyata mereka hanya bisa tinggal di jalur iblis."Jadi kau dulunya adalah orang jahat?" tanya Lanting Beruga.Pohon itu menjawab dengan angkuh, "Aku tidak akan lenyap sebelum berhasil membalas dendam.""Kau tidak mungkin bisa membalas dendam jika terjebak di jalur iblis seperti ini," timpal Lanting Beruga.

    Last Updated : 2021-12-03
  • LANTING BRUGA   Utusan Kekaisaran Tang Dalam Bahaya

    Pendekar Timur Beralis Putih bergerak di belakang anak buahnya. Sekarang mereka mulai memasuki wilayah pedalaman barat Jalur Iblis.Meski dia enggan memberi tahu anak buahnya, pendekar itu merasakan aura mengerikan berselimut di Jalur Iblis. Aura itu kini mulai mengusik mereka.Di dalam pandanga mata Pendekar Timur Beralis Tebal, seolah dia menggiring anak buahnya masuk ke dalam mulut seorang monster yang buas, dan mereka tidak memiliki kesempatan untuk keluar dari mulut tersebut."Tuan ...apa kau melihatnya?!" salah satu anak buahnya bergerak mendekati, kemudian menunjuk ke arah kiri, pada sekelebatan kabut tipis yang bergerak tidak menentu.Kabut seperti apa yang dapat berputar-putar di antara pohon kering, kemudian lenyap lalu muncul lagi diantara pohon kering."Mahluk seperti apa itu?" gumam Pendekar Timur Dari Barat, kemudian dia meminta dua anak buahnya utuk memeriksa asap tipis tersebut."Kami akan melakukan yang terbaik, Tuan."

    Last Updated : 2021-12-04
  • LANTING BRUGA   Pemuda Yang Mencari Pohon

    Semua pendekar yang ada dibawah pimpinan Pendekar Timur Beralis Putih serentak menjauhi pohon aneh itu.Namun beberapa orang tidak cukup cepat. Akar pohon berhasil ditangkap oleh pohon angker itu."Tuan tolong aku ......"Pendekar Timur Beralis Putih tidak dapat melakukan apapun saat ini, kecuali melihat satu persatu anak buahnya ditangkap oleh akar tersebut.Dalam sebuah momen, akar pohon angker hampir saja berhasil menangkap kaki Pendekar Timur Beralis Putih, tapi pak tua itu menumbalkan seorang anak buahnya.Setelah cukup jauh melarikan diri, kini yang tersisa hanya tiga orang lagi, termasuk Pendekar Timur Beralis Putih."Tuan mahluk apa itu tadi?" Salah satu bawahannya bertanya dengan nada bergetar karena ketakutan.Tentu saja, setengah dari jumlah mereka telah mati oleh satu mahluk yang jelas-jelas tidak pernah mereka temui sebelumnya.Dalam dunia persilatan, informasi mengenai musuh adalah satu dari beberapa senjata

    Last Updated : 2021-12-04
  • LANTING BRUGA   Melampiaskan Kekesalan

    Lanting Beruga mulai bosan, telah berteriak sepanjang waktu tapi pohon aneh yang dapat bicara tak kunjung pula muncul.Akhirnya dia menyerah.Dengan langkah gontai, Lanting Beruga akhirnya berjalan membuntuti Li Wei.Bayi mungil mulai menangis saat ini, sementara persediaan susu mulai menipis. Jika sampai besok hari mereka tidak dapat keluar dari tempat ini, khawatirnya bayi ini dalam masalah.Apa yang bisa dimakan oleh balita kecil di tempat seperti ini, tidak ada. Bahkan Lanting Beruga tidak bisa menemukan satu ekor hewan untuk dimakan.Sekarang mungkin sudah malam, suasana di Jalur Iblis semakin mencekam. Pandangan Li Wei mulai terbatas, dia bahkan mulai kesulitan membedakan pohon dengan batu yang ada di dihadapannya."Tuan pendekar ..." ucap Li Wei.Lanting Beruga mengerti maksud ucapan wanita itu. Langsung mengambil baju dan merobeknya menjadi kain yang cukup panjang.Tubuh Li Wei diikat dengan kain tersebut, kemudian ujun

    Last Updated : 2021-12-04
  • LANTING BRUGA   Munculnya Penguasa Jalur Iblis

    Lanting Beruga mungkin tidak menyadari bahwa energi panas yang dimilikinya adalah sumber kelemahan para Hasrat ini.Ya, tampaknya mereka benar-benar takut dengan api, mungkin pula karena hal itu, tempat ini diselimuti oleh kabut tebal agar cahaya matahari tidak berhasil menembus hingga ke permukaan tanah.Masih diliputi dengan perasaan yang kesal, Lanting Beruga melepaskan banyak serangan ke arah mahluk putih berkuku tajam tersebut.Entah sudah berapa belas buah dia melempar pedang ke arah mereka, Lanting Beruga tidak sempat menghitungnya.Namun yang jelas, sekarang hanya tersisa 1 hasrat lagi.Mahluk itu terkena lemparan pedang Lanting Beruga tepat di bagian bawah, -Lanting Beruga menganggapnya sebagai bagian kaki-, dan tidka bisa melepaskan pedang itu meskipun mahluk tersebut telah berusaha keras.Sementara Li Wei hanya bisa menelan ludah karena menyaksikan kebrutalan yang ditunjukan oleh Lanting Beruga.Sungguh tidak bisa diterima

    Last Updated : 2021-12-04
  • LANTING BRUGA   Rahasia

    Dimata Li Wei, orang yang mengaku sebagai dewa kematian itu, benar-benar mengerikan. Wajahnya diselimuti oleh bintik-bintik aneh seperti kutil berwarna merah.Ketika di berbicara, kulit merah itu tampak bergerak kian kemari. Sedikit jijik, tapi juga menakutkan.Dari semua orang yang pernah dilihat Li Wei, mahluk di depannya mungkin yang paling menakutkan. Gelar dewa kematian tampaknya tidak berlebihan untuk mahluk satu ini.Tepat di tengah keningnya ada sebuah tanduk perunggu. Li Wei tidak tahu apakah tanduk itu hasil dari modifikasi, atau memang tumbuh seperti itu ketika mahluk ini baru lahir ke dunia.Ah, sudah seberapa tua dewa kematian ini? gumam Lanting Beruga.Rambutnya putih dan tipis. Saat udara gersang gurun pasir menerpa rambut mahluk tersebut, terlihat seperti helaian rambut jagung di musim panas."Apa kau yang menguasai tempat ini?" tanya Lanting Beruga, pemuda itu menggaruk dagunya, mata tajamnya meneliti setiap jengkal bagian d

    Last Updated : 2021-12-05

Latest chapter

  • LANTING BRUGA   TAMAT

    Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N

  • LANTING BRUGA   Keinginan

    Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig

  • LANTING BRUGA   Maaf

    Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg

  • LANTING BRUGA   Terserah

    Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan

  • LANTING BRUGA   Matilah

    Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya

  • LANTING BRUGA   Satu Serangan

    Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.

  • LANTING BRUGA   Terlambat

    Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik

  • LANTING BRUGA   Ingin Menjadi Mahasepuh

    Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.

  • LANTING BRUGA   Apakah Terluka

    Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m

DMCA.com Protection Status